Malam ini juga, Rangga dan Ki Mutung berangkat ke Lembah Maut, tempat tinggal Nini Sawitri yang dikenal berjuluk si Perawan Lembah Maut dan para pengikutnya. Mereka masuk ke dalam hutan lebat dan tidak pernah diinjak orang kecuali pengikut-pengikutnya si Perawan Lembah Maut. Walaupun Ki Mutung sudah bercerita banyak, tapi Rangga masih saja bersikap hati-hati.
Sebagai pendekar yang berwawasan luas, Pendekar Rajawali Sakti belum percaya penuh pada laki-laki setengah baya ini. Bisa saja hal seperti ini hanya sebuah jebakan saja. Dan itu yang menjadi pikiran Rangga saat ini. Rangga merasakan sudah cukup jauh berjalan menembus lebatnya hutan di Lembah Maut ini, tapi belum juga terlihat ada tanda-tanda letak sarang persembunyian si Perawan Lembah Maut dan para pengikutnya.
Langkahnya segera dipercepat, menyusul Ki Mutung yang berjalan lebih dahulu di depan. Dan ayunan langkahnya disejajarkan di samping laki-laki berusia setengah baya yang mengenakan baju jubah panjang warna hitam pekat ini.
"Masih jauh tempatnya?" tanya Rangga bernada mulai curiga.
"Tidak. Sebentar lagi sampai. Sebaiknya, kau jangan banyak bicara. Nini Sawitri bisa mendengar dari jarak jauh," sahut Ki Mutung.
"Hm... Kebetulan sekali kalau begitu. Aku memang ingin langsung bertemu dengannya," ujar Rangga kalem.
"Iya. Tapi kalau dia yang tahu lebih dulu, kita berdua akan celaka. Percayalah padaku, Rangga. Kalau dia tidak mati, aku yang pasti mati. Dan kau juga...."
"Berapa orang pengikutnya?" tanya Rangga mengalihkan pembicaraan.
"Sekitar seratus orang."
"Banyak juga...."
"Itu yang ada di lembah ini. Belum yang tersebar di setiap desa di sekitar Lembah Maut ini. Mungkin jumlah seluruhnya ada sekitar lima ratus orang. Nini Sawitri juga menyebar orang-orangnya sampai ke kota-kota kadipaten dan kotaraja. Pengikutnya sangat banyak. Dan kalau sudah menyebar, sulit dikenali lagi. Mereka berbaur dengan orang-orang biasa. Tapi kalau ingin mendapatkan mangsa, mereka bisa menjadi ganas. Bahkan lebih ganas dari serigala kelaparan."
"Apa saja tugas mereka?"
"Selain merampok, juga membuat cacat anak-anak muda. Terutama, yang berwajah tampan. Hmmm.... Kau juga sangat tampan, Pendekar Rajawali Sakti. Hati-hatilah padanya. Dia bisa sangat liar dan kejam kalau melihat anak muda berwajah tampan. Kalau tidak bisa dibuat cacat wajahnya, akan langsung dibunuh secara kejam."
"Hm.... Tampaknya dia sangat dendam. Kau tahu, apa sebabnya?" tanya Rangga jadi ingin tahu.
"Dia memang dendam pada anak-anak muda tampan dan gagah. Tapi kami semua pengikutnya tidak ada yang tahu alasannya, kenapa dia begitu dendam pada anak-anak muda tampan," sahut Ki Mutung menjelaskan lagi.
Dan Rangga tidak bertanya-tanya lagi, dan terus berjalan di sebelah kiri laki-laki setengah baya yang ingin keluar dari gerombolan liar si Perawan Lembah Maut itu. Sementara hutan yang dilalui sekarang sudah terasa mulai tidak rapat lagi. Dan cahaya bulan pun mulai menerangi sekitarnya, hingga mereka bisa melihat jauh ke depan. Saat itu Ki Mutung menghentikan ayunan langkahnya.
Rangga juga jadi ikut berhenti berjalan. Hatinya agak heran juga melihat Ki Mutung memandang lurus ke depan, dengan kelopak mata tidak berkedip sedikit pun. Rangga mengarahkan pandangannya lurus ke depan, searah dengan pandangan mata laki-laki setengah baya itu. Tapi, Pendekar Rajawali Sakti tidak melihat apa pun di depan sana, kecuali sebuah padang rumput kecil dan lebatnya pepohonan saja yang terlihat di sana.
"Ada apa, Ki?" tanya Rangga tanpa berpaling sedikit pun juga.
"Di seberang padang rumput itu, tempat Nini Sawitri tinggal. Di sebuah puri tua," sahut Ki Mutung memberi tahu.
"Hm...," Rangga hanya menggumam saja sedikit.
"Kalau kau menyeberangi padang rumput ini, mereka akan cepat mengetahuimu, Rangga. Sedangkan untuk menuju ke sana, hanya melalui padang rumput ini saja," jelas Ki Mutung.
"Hm...," lagi-lagi Rangga hanya menggumam perlahan.
"Di seberang padang rumput ini, Nini Sawitri menyebar orang-orangnya. Mereka sulit dilihat, karena selalu bersembunyi dengan rapi. Kau tidak akan bisa menyangka kemunculannya, Rangga," sambung Ki Mutung.
"Kau tahu tempat-tempat persembunyian mereka yang pasti?" tanya Rangga.
"Sulit," sahut Ki Mutung seraya menggeleng.
"Sulit...? Apa maksudmu, Ki?"
"Nini Sawitri selalu memindah-mindahkan mereka tanpa ada seorang pun yang tahu. Hanya dia saja yang tahu persis, di mana orang-orangnya di tempatkan."
"Hebat.... Pertahanan yang sangat hebat dan mengagumkan," puji Rangga tulus.
"Memang dia sangat ahli dalam mengatur siasat bertempur dan pertahanan, Rangga. Itu sebabnya, sampai sekarang tidak ada yang bisa mengalahkannya. Bahkan pernah beberapa kelompok perguruan silat menyerbu ke sini, tapi semuanya mati sebelum bisa mencapai puri. Dan prajurit kerajaan juga pernah mencoba, tapi tidak ada yang berhasil. Hingga pihak kerajaan sampai saat ini seperti tidak mau tahu."
"Hm...," kembali Rangga jadi bergumam. Pendekar Rajawali Sakti jadi teringat cerita Kepala Desa Paringgi yang mengatakan kalau pihak kerajaan tidak tahu apa-apa tentang gerombolan liar si Perawan Lembah Maut ini.
"Ki! Aku selama ini tinggal di Desa Paringgi. Dan kepala desa itu mengatakan kalau pihak kerajaan tidak tahu apa-apa masalah ini," kata Rangga mencoba mengorek keterangan.
"Sudah tentu dia tidak akan mengatakan yang sebenarnya, Rangga. Karena kepala desa itu masih ada ikatan keluarga dengan pihak keluarga istana. Dan tentu saja dia tidak mau mencoreng nama keluarganya sendiri."
Rangga mengangguk-angguk. Memang bisa diterima alasan itu. Dan dia juga tidak mau mempersoalkan lagi. Perhatiannya kembali ke depan, ke seberang padang rumput yang tidak begitu besar ini. Dan tampaknya, padang rumput ini memang sengaja dibuat. Ini bisa dilihat dari banyaknya bekas tebangan kayu yang tersebar hampir di seluruh padang rumput ini.
"Kau di sini saja, Ki...?" ujar Rangga tanpa berpaling sedikit pun juga.
"Aku kira, kau sebaiknya jangan ke sana sendiri, Rangga. Terlalu berbahaya bagi dirimu sendiri," kata Ki Mutung, langsung bisa mengerti pertanyaan Pendekar Rajawali Sakti tadi. Rangga hanya tersenyum saja. "Baiklah, Rangga. Aku tidak bisa mendesak dan mencegahmu. Kalau kau ingin ke sana, biar aku di sini saja. Aku akan cegat kalau-kalau ada yang mau kabur dan menyerang ke sini," kata Ki Mutung lagi.
"Baiklah kalau begitu. Kau siap-siap saja di sini dengan bagianmu, Ki," kata Rangga terus tersenyum.
Ki Mutung hanya sedikit mengangguk saja. Sementara Rangga sudah mulai melangkah memasuki padang rumput yang tidak begitu luas ini. Ayunan kakinya terasa begitu ringan. Bahkan sedikit pun tidak terlihat gerakan pada daun-daun rerumputan yang terinjak kakinya. Seakan-akan, Pendekar Rajawali Sakti berjalan di atas pucuk-pucuk daun rerumputan. Begitu sempurna ilmu meringankan tubuhnya, sehingga membuat Ki Mutung yang melihatnya jadi berdecak kagum.
Tanpa mendapat halangan sedikit pun juga, Rangga sampai di seberang padang rumput ini. Tapi baru saja melewati satu pohon yang sangat besar, tiba-tiba saja dari balik kerimbunan daun pohon itu melesat turun dua buah sosok tubuh berpakaian serba hitam.
"Haiiit...!"
Rangga cepat-cepat melompat ke belakang, begitu dua orang berpakaian serba hitam itu langsung menyerangnya dengan pedang terhunus. Dan dengan kecepatan bagai kilat, Pendekar Rajawali Sakti langsung melenting ke udara sambil berteriak keras menggelegar.
"Hiyaaat..!"
Dengan kecepatan bagai kilat pula, pemuda berbaju rompi putih yang dikenal berjuluk Pendekar Rajawali Sakti menghentakkan kedua kakinya hingga merentang ke samping, tepat mengarah ke kepala dua orang berbaju jubah hitam yang menyerangnya tanpa basa-basi lagi. Begitu cepat sekali serangan Pendekar Rajawali Sakti, sehingga dua orang berjubah hitam itu tidak sempat lagi berkelit menghindar. Maka tendangan itu tepat menghantam kepala mereka.
Desss!
Prak!
"Akh...!"
"Aaa...!"
Dua kali jeritan panjang melengking seketika terdengar menyayat. Sementara, Rangga sudah memutar tubuhnya di udara dengan gerakan indah sekali. Dan begitu kakinya menjejak tanah, dua orang berbaju serba hitam itu ambruk menggelegar ke tanah dengan kepala pecah berlumur darah. Hanya sebentar saja mereka sempat menggeliat dan mengerang, kemudian mengejang kaku. Mati.
"Hhh!" Rangga menghembuskan napas berat. Wajahnya berpaling sedikit ke seberang padang rumput, tapi Ki Mutung tidak terlihat lagi di sana. Rangga tahu, laki-laki setengah baya itu sudah menyembunyikan diri di balik pepohonan.
Sebentar Rangga mengedarkan pandangan ke sekeliling, mengamati keadaan sekitarnya. Kemudian kakinya melangkah perlahan memasuki hutan yang kelihatannya tidak begitu lebat ini. Tapi, pepohonan yang tumbuh memang sangat besar-besar dan berdaun rimbun. Hingga, cahaya bulan sulit menerobos sampai ke permukaan tanah. Rangga terus melangkah dengan pendengaran dipasang tajam. Sedangkan kedua bola matanya juga tidak berkedip, memancar sangat tajam mengamati keadaan sekitarnya.
"Berhenti...!"
"Hm...."
Rangga langsung menghentikan ayunan kakinya, begitu tiba-tiba terdengar bentakan yang cukup keras mengejutkan. Tapi Pendekar Rajawali Sakti tidak kelihatan terkejut, karena memang sudah diperingati Ki Mutung. Tak heran kalau segala rintangan yang akan dihadapinya sudah dipersiapkan sejak tadi. Dan begitu terdengar desiran angin yang sangat halus dari belakang, Pendekar Rajawali Sakti cepat membanting tubuhnya ke belakang. Dan secepat itu pula kaki kirinya dihentakkan ke atas.
"Yeaaah...!"
Wusss!
Diegkh...!
Tepat di saat terlihatnya bayangan hitam berkelebat di atas tubuhnya, tendangan kaki kiri Pendekar Rajawali Sakti yang ke atas menghantam dengan telak. Hingga, terdengar suara benturan yang cukup keras disertai keluhan pendek. Tampak sesosok tubuh berjubah hitam jatuh bergulingan, tidak jauh di samping tubuh Rangga yang menelentang ke atas.
"Hup!" Manis sekali Pendekar Rajawali Sakti melompat bangkit berdiri. Dan begitu kakinya menjejak tanah, terlihat seseorang berjubah hitam sudah menggeletak di tanah dengan dada remuk akibat terkena tendangan dahsyatnya.
"Hm...." Hanya sedikit saja Rangga menggumam, kemudian sudah melangkah lagi dengan ayunan kaki ringan dan perlahan. Mata dan telinganya tetap dipasang tajam. Dia tahu, di sekitar hutan Lembah Maut ini banyak orang bersembunyi, yang pasti sudah diperintahkan untuk membunuh siapa saja yang mencoba memasukinya.
Berbagai macam rintangan dihadapi Pendekar Rajawali Sakti dengan mudah. Dan memang mereka yang mencoba menghadang, memang bukanlah tandingan pemuda berbaju rompi putih ini. Tak heran bila menghadapi rintangan dari mereka yang tingkat kepandaiannya masih rendah, bukanlah halangan yang berarti bagi Pendekar Rajawali Sakti.
Kini, mudah sekali Rangga bisa menemukan sebuah bangunan puri yang sudah tua dan kelihatan tidak terurus lagi ini. Dia tahu, puri itulah yang menjadi tempat tinggal si Perawan Lembah Maut. Tapi keadaan sekitarnya begitu sunyi, seperti tidak pernah ada yang datang ke tempat ini. Tanaman-tanaman rambat hampir memenuhi seluruh dinding puri yang terbuat dari batu. Bahkan lumut pun terlihat sangat tebal, menutupi seluruh batu-batu dinding puri ini.
"Hm.... Apa mungkin ini tempatnya...?" gumam Rangga jadi ragu-ragu sendiri melihat keadaan puri yang sudah hampir rusak dan tidak terawat ini. Namun, keraguan Pendekar Rajawali Sakti itu tidak berlangsung lama. Belum juga bisa berpikir lebih jauh lagi, tiba-tiba saja dari bagian atas puncak puri melesat sebuah bayangan hitam dengan kecepatan luar biasa. Seketika, Pendekar Rajawali Sakti jadi terperangah sesaat.
Wusss!
"Upts!"
Hampir saja bayangan hitam itu menghantam kepalanya, kalau saja Rangga tidak segera merunduk. Dan belum juga kepalanya bisa ditegakkan lagi, dari arah belakang sudah melesat satu bayangan hitam lagi dengan kecepatan bagai kilat.
"Hap...!" Cepat-cepat Rangga melenting ke udara dan berputaran beberapa kali. Sehingga, bayangan hitam itu lewat di bawah telapak kakinya. Saat itu juga, dari arah lain muncul bayangan hitam lagi yang langsung meluruk menyerang Pendekar Rajawali Sakti.
"Hup! Hiyaaa...!"
Kali ini, Rangga tidak punya kesempatan lagi untuk berkelit menghindari. Terlebih lagi, sekarang ini sedang berada di udara. Dan dengan pengerahan tenaga dalam penuh, Pendekar Rajawali Sakti langsung mengibaskan tangan kanan disertai jurus 'Sayap Rajawali Membelah Mega', tepat pada saat bayangan hitam dekat dengannya. Hingga....
Plak!
"Akh...!"
"Hap!"
Bersamaan dengan terdengarnya pekikan tertahan, Rangga cepat-cepat menjejakkan kakinya kembali ke tanah. Dan saat itu juga, terlihat seorang berjubah hitam bergulingan di tanah sambil menggeram. Tampak darah merembes keluar dari baju hitam yang dikenakannya. Dan saat itu juga, orang berjubah hitam ini langsung menggeletak tidak bisa bergerak-gerak lagi.
"Hiyaaat..!"
"Yeaaah...!"
"Hm"
Rangga hanya menggumam sedikit saja, saat melihat di sekelilingnya sudah bermunculan orang-orang berjubah hitam berlompatan ke arahnya. Dan sebentar saja, Pendekar Rajawali Sakti sudah terkepung tidak kurang dari seratus orang berjubah hitam, yang seluruh kepalanya berselubung kain hitam. Mereka semua menggenggam senjata pedang di tangan kanan. Begitu rapat, hingga tidak ada celah sedikit pun untuk bisa meloloskan diri.
Saat itu, Rangga cepat menyadari kalau tidak mungkin bisa menghadapi orang sebanyak ini bila hanya mengandalkan jurus-jurus biasa saja. Meskipun jurus-jurus yang dimiliki termasuk dalam golongan tingkat tinggi, tapi menghadapi orang yang berjumlah sekitar seratus ini tidak ada seorang pun yang akan sanggup. Sementara orang-orang berjubah hitam ini, tidak bisa dianggap sembarangan. Tingkat kepandaian mereka cukup lumayan.
Namun tetap saja Rangga tidak akan mampu menghadapi keroyokan orang sedemikian banyaknya. Maka Pendekar Rajawali Sakti harus menggunakan ilmu kesaktian dalam menghadapi kepungan orang yang berjumlah sekitar seratus ini. Rangga memutar tubuhnya perlahan dengan kaki menggeser, tetap menjejak tanah. Sorot matanya terlihat begitu tajam merayapi orang-orang berjubah hitam yang sudah mengepung rapat dengan senjata terhunus. Dan perlahan-lahan, kedua telapak tangannya mulai dirapatkan di depan dada, sambil terus bergerak perlahan memutar. Mereka juga bergerak perlahan, mengikuti arah gerakan Pendekar Rajawali Sakti.
"Seraaang...!"
"Hiyaaat...!"
"Yeaaah...!"
Begitu terdengar teriakan memerintah yang sangat lantang, orang-orang berjubah hitam ini langsung saja berlompatan menyerang Pendekar Rajawali Sakti dari segala arah. Pedang-pedang mereka berkelebatan begitu cepat, hingga sulit diikuti pandangan. Namun tanpa diduga sama sekali, saat itu juga Rangga yang sudah merapatkan kedua tangan di depan dada, memutar tubuhnya dengan kecepatan bagai kilat sambil berteriak keras menggelegar. Dan secepat kilat pula kedua tangannya dihentakkan hingga merentang ke samping.
"Aji 'Bayu Bajra'! Yeaaah...!"
Bersamaan terdengarnya teriakan lantang menggelegar Pendekar Rajawali Sakti, tiba-tiba saja bertiup angin badai topan yang datang dari kedua tangannya yang terentang lebar. Dan seketika itu juga, orang-orang berjubah hitam itu berpentalan ke belakang, tidak mampu menahan hempasan angin badai yang sangat dahsyat ini!
Werrr!
"Aaa...!"
"Akh!"
Jeritan-jeritan panjang melengking tinggi dan menyayat, seketika itu juga terdengar saling sambut Begitu dahsyatnya aji kesaktian yang dikerahkan Pendekar Rajawali Sakti, hingga bukan hanya orang-orang berjubah hitam ini saja yang berpelantingan terhempas. Tapi pepohonan di sekitarnya juga bertumbangan, tercabut sampai ke akar-akar nya disapu angin dari aji 'Bayu Bajra'. Bahkan bebatuan pun berhamburan bagai segumpal kapas.
Tampak bangunan puri yang seluruhnya terbuat dari batu itu jadi bergetar bagaikan diguncang gempa. Bahkan bagian atasnya mulai berguguran, tidak mampu menahan gempuran aji kesaktian Pendekar Rajawali Sakti yang sangat dahsyat ini.
"Hap!" Rangga segera mengatupkan kedua telapak tangannya ke depan dada. Maka seketika badai yang diciptakannya terhenti. Tampak sekitarnya sudah hancur porak-poranda bagai baru saja dilanda kawanan banteng liar yang mengamuk. Tubuh-tubuh berjubah hitam tampak bergelimpangan tak bernyawa lagi. Bahkan ada yang tertindih pohon dan batu. Atau, tubuhnya menembus potongan kayu pohon!
Tidak ada seorang pun yang kelihatan masih bisa bernapas. Rangga menghembuskan napas panjang yang terasa begitu berat, memandangi keadaan sekitarnya. Memang, aji 'Bayu Bajra' yang dimiliki Pendekar Rajawali Sakti bukan saja bisa menumbangkan puluhan atau mungkin ratusan orang dalam waktu singkat saja. Tapi, alam sekitarnya juga ikut terkena akibatnya. Dan setiap kali Rangga selesai menggunakannya, selalu terselip rasa penyesalan melihat keadaan sekelilingnya jadi hancur berantakan seperti ini.
"Maaf. Aku terpaksa menggunakannya," ujar Rangga pelan. Pendekar Rajawali Sakti kembali melangkah mendekati bangunan puri tua ini. Namun baru saja berjalan beberapa langkah....
Swing!
"Heh...?! Hup!"***
KAMU SEDANG MEMBACA
104. Pendekar Rajawali Sakti : Perawan Lembah Maut
БоевикSerial ke 104. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.