A Day In My Love
"Undangan Menikah Denganmu."
Judul awal : Found You
Ini tentang keseharian hidup Bayu dan kisah cintanya yang di luar dugaan.
Ia pernah gagal menyatakan cinta saat SMA karena ulah gadis SD yang menyebalkan.
Ia disangka gila karena...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bayu menatap kartu undangan pernikahan yang baru saja ia dapatkan dari salah satu karyawannya, katanya ada seseorang yang datang ke cafe miliknya dan menitipkan undangan itu untuknya.
"Hawa?" gumamnya, setelah membaca nama mempelai wanita yang tertulis di kartu undangan. Nama itu jelas tidak terasa asing baginya. "Win, tadi yang ngasih siapa?" tanya Bayu pada karyawan yang berdiri di bagian kasir.
"Tadi ngakunya sahabat Bapak, kalau nggak salah namanya itu, Ken. Tadinya mau nungguin, biar sekalian ketemu. Tapi, katanya dia harus pergi karena sibuk. Jadi, undangannya dititip ke saya, terus dia juga kasih kartu nama ini. Minta Bapak hubungi dia," jawab Windi sambil memberikan kartu nama yang dimaksudnya pada Bayu.
Bayu mengangguk, lalu mengucapkan terima kasih sebelum akhirnya ia pergi dari sana dan masuk ruangannya. Setibanya di ruang kerjanya, Bayu pun mencoba menghubungi nomor dari kartu nama yang diberikan Windi padanya. Tak butuh waktu lama menunggu, didering ketiga ia bisa mendengar suara di seberang sana.
"Hallo, selamat siang."
"Udah sore, Bego!"
"Maaf, dengan siapa ini?"
"Gue."
"Siapa gue?"
"Bayu!"
"Si anjir, gue kira siapa."
"Lo tadi ke cafe gue?" tanya Bayu to the point.
"Iya, buat ngasih undangan. Tapi, lo nggak ada. Padahal, gue mau melepas kangen sama lo, Yu." Bayu bergidik geli mendengar itu.
"Dih, geli gue. Kok, lo bisa tau ini cafe gue?" Karena sudah terlalu lama lost contacts, Bayu dan Ken sudah tak pernah bertukar kabar. Untuk itu, ia bingung tiba-tiba Ken datang ke Found You Cafe untuk memberikan undangan untuknya.
"Gue tau dari Instagram adek lo, Feeza. Gue stalking Instagram dia buat cari lo, abisnya tiba-tiba lost kontak. Gue cari ig nama lo malah nggak nemu, jadi gue nyari Instagram adek lo aja, untungnya ketemu. Terus lihat postingan dia pas grand opening Found You Cafe, ternyata milik lo. Gue cari tau deh dari sana, makanya gue tau itu cafe lo." Bayu mengangguk mengerti. Awal mereka lost kontak itu saat kuliah, keduanya tak masuk universitas yang sama karena Ken kuliah di luar negeri.
Dulu mereka masih sempat saling berkabar melalui surel setelah berpisah, hanya saja dulu Bayu sempat kehilangan ponselnya yang membuat semua nomor hilang. Bayu juga tak bisa log in akun lama di ponsel barunya, karena lupa password yang biasa ia tulis di memo ponsel lama. Selain itu, dulu mereka tak menggunakan aplikasi seperti WhatsApp, Instagram, dan yang lainnya untuk berinteraksi di sosial media. Saat itu, mereka hanya menggunakan pesan biasa dan BBM saja untuk berkabar ketika masih satu negara, dan memakai surel ketika Ken sudah pindah ke luar negeri. Untuk itu, ia agak kesulitan untuk bisa berkabar lagi dengan sahabatnya itu.
"Keluarga lo pindah rumah, ya? 10 tahun lalu gue sempat ke rumah lo, tapi nggak ada siapa-siapa. Katanya rumah lo udah lama kosong, atau Om Adam, Mas Gio, dan Hawa ikut ke luar negeri juga waktu itu?" tanya Bayu, itu juga yang menjadi salah satu alasan Bayu tak bisa saling berkabar lagi dengan Ken atau keluarga sahabatnya itu.
"Iya, pas Hawa kelas 2 SMP keluarga gue pindah, karena ada problem."
"Pantesan aja, terus sekarang lo ada di mana?"
"Gue setelah selesai S2 stay di Indonesia lagi, Bay. Tinggal sama Papa dan Hawa. Kalau Mas Gio udah pindah ke rumahnya setelah nikah."
"Mas Gio udah nikah? Kapan? Kok, gue nggak tau."
"9 tahun lalu kalau nggak salah, lagian lo sekeluarga demen banget pindah-pindah rumah. Jadi, undangannya nggak sampai karena pas dikirim katanya, rumah itu udah nggak ditempatin lagi." Bayu terkekeh mendengar itu, tak akan menyangkal dengan apa yang dikatakan Ken. Total, ia sudah 3 kali pindah, 2 kali pindah dengan keluarganya, dan yang ketiga ia pindah ke apartemen sendiri untuk hidup mandiri.
"Ini Hawa beneran mau nikah, Ken?" tanya Bayu memastikan, entahlah ia merasa tak percaya tiba-tiba mendapatkan undangan pernikahan adik Ken.
"Iya, Bay. Hawa tiba-tiba banget mau ngelangkahi gue."
"Emang lo ikhlas, Ken, dilangkahi?"
"Ya, kalau gue ikhlas-ikhlas aja, asalkan itu yang terbaik buat Hawa. Nah, kalau lo ikhlas nggak Hawa nikah?"
"Lha, kenapa malah nanya itu ke gue?"
"Kan, Hawa itu adik kesayangan lo, Bay." Bayu mendengkus mendengar itu, apalagi setelahnya Ken malah terkekeh di seberang sana. "Udah dulu, ya, Bay. Gue ada meeting bentar lagi, gue tunggu kedatangan lo.Titip salam buat Bapak dan Ibu lo juga, ya. Kangen banget udah lama nggak ketemu mereka."
"Iya, nanti gue sampaikan. Mereka lagi di kampung Bapak gue sekarang."
"Oh, gitu. Ya udah, gue tutup, ya, Bay."
"Iy—"
Tut.tut.tut
"Kurang ajar!" umpat Bayu, setelah itu ia menyimpan ponselnya di meja dan kembali menatap kartu undangan yang ia pegang.
Cepat sekali waktu berlalu, rasanya seperti baru kemarin ia pamit untuk pindah rumah pada gadis itu. Dan ternyata, kemarin yang terjadi itu adalah 12 tahun yang lalu. Jika tidak salah, saat itu Hawa masih kelas 6 SD. Namun, sekarang tiba-tiba mau menikah. "Masih kecil, udah kepengin nikah aja."