Leo POV
Sebenarnya gua gak terlahir sebagai penderita androphobia. Kejadian yang gua alami di panti asuhan, membuat gua trauma sampe sekarang.
Greep! Dia megang pundak gua. Gua pikir dia penjaga panti, ternyata...
"Ayo ikut om" Bisiknya. Dia tega narik tangan gua. Gua syok banget hari itu.
"Gak mau!!" Pekik gua.
Gua berusaha berontak dengan sekuat tenaga biar gak dibawa pergi. Tapi kekuatan gua gak setara dengan om itu. Kalo bukan karena guru, mungkin gua bakal berakhir di pasar ilegal.
Kejadian buruk itu bener bener bikin masa depan gua berubah. Gua yakin kalo gak ada adegan penculikan itu, gua bisa hidup normal seperti perempuan pada umumnya. Akhirnya gua menemukan sebuah tekad.
'Gua harus jadi kuat!'
Sejak hari itu gua selalu minta ijin buat latihan karate diluar panti. Setiap hari, tanpa istirahat dan tanpa lelah. Gua terus mengasah kekuatan gua. Sampai pada akhirnya semua itu sia sia.
Setelah gua masuk SMP, gua malah selalu diincer laki laki. Dimusuhi para perempuan dikelas. Bahkan dijauhi temen temen panti. Memangnya ini imbalan atas semua usaha gua??
"Tembak! tembak!" Sorak mereka.
Didepan gua, dia bilang. "Hai Leona, mau gak jadi pacar gua?"
Gila. Gavin nembak gua depan umum!
Sengaja gua cuekin. "Minggir" Gua buru buru pergi.
Gua tau dia marah. Tanpa aba aba, dia langsung narik tangan gua gitu aja. Dan itu malah mengingatkan gua tentang kejadian di panti. Gua takut setengah mati.
"Memangnya kalo lo cantik, lo bisa berlaku seenaknya?!" Dia mojokin gua. "Baru terkenal dikit aja udah sombong, lo pikir lo siapa? Lo cuma anak pungut tau!!"
Gua memalingkan wajah gua. Bukan karena memerah, tapi karena marah.
Setelah gua nolak Gavin, gua selalu jadi bahan bullyan.
'Haha sok cantik lo'
'Sombong amat'
'Dasar miskin!'
Sebisa mungkin gua abaikan perkataan mereka. Tapi cuma satu kalimat ini yang bikin gua depresi selama tiga hari. 'Lo cuma anak pungut tau!!' Kata kata itu selalu terngiang dikepala gua. Bahkan suara guru jelasin pelajaran aja bunyinya gitu.
Gua mogok makan selama tiga hari. Gak berangkat sekolah. Udah gua siapin tali segala macem, kalo gak ketemu jalan keluarnya tinggal gantung aja kepala ini. Pikiran gua gak jernih waktu itu.
Akhirnya 3 hari semedi dalam kamar gua nemuin jawabannya. 'Ternyata jadi kuat bukan solusinya, justru gua benci jadi pusat perhatian'
Malam itu juga gua potong rambut gua. 'Benar kalo gua keliatan kaya laki laki, gak akan ada yang gangguin gua' Sejak hari itu, gua mulai berpakaian seperti laki laki.
Gua pun ngajuin ke ibu pondok untuk mencari orang tua angkat buat gua. Gua gak peduli semua kalo dibilang bandel. Ini hidup gua, gua yang atur.
Seminggu kemudian mereka datang menjemput gua. Orang tua angkat gua adalah malaikat yang memperlakukan gua dengan sangat baik. Apakah masih ada orang yang mencintaiku tanpa syarat kaya mereka?
Tapi setelah adik laki laki gua lahir, gua bertekad "Gua ingin tinggal sendiri!" Dengan lantangnya gua ngomong gitu ke mereka.
"Apa? Kenapa tiba tiba?" Tanya Ibu,
KAMU SEDANG MEMBACA
A TIME TRAVELER [HIATUS]
Teen FictionBagaimana jika mesin waktu benar benar ada? Apa yang akan kamu lakukan jika seseorang dari masa depan datang menghampirimu? Tak percaya?? Sulit mempercayainya bukan? Sama halnya seperti Leo, gadis penderita androphobia yang menyamar sebagai laki lak...