1

180 13 9
                                    

"Siapa dia? Hah? Dia beneran yang mewakili distrik ini? Mana mungkin, kau tidak bohong kan?"

"Ya mereka adalah Yamada bersaudara, salah satunya Yamada Saburo."

🌺🌺🌺

Angin berhembus kencang di gedung sekolah ini, gadis dengan rambut twin tail lengkap dengan headphone di sisi kiri kanan lehernya menatap jendela pagi ini, hari ini dia tidak memutuskan bergaul dengan temannya. Seharian ini semuanya membicarakan Buster Bross. Sehebat apa Buster Bross itu? Pikirnya.

Jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Waktu yang wajar untuk pelajaran di sekolah selesai. Nakiri Zenaira, atau lebih dikenal Zen oleh teman-temannya membereskan semua peralatannya hari ini. Tidak lama dia saat ini sudah tiba di lantai bawah sekolah dan tiba-tiba.

"Cih, kau tidak punya mata ya? Apa aku kurang tinggi, hah?."

Tatapan heterochrominia pria itu menatap tajam Zen. Hijau dan ungu, mata yang unik sekali.

"Ah maaf, aku sudah menabrakmu."

Tidak ada jawaban dari pria itu, dia menuju ke meninggalkan Zen di tempat itu, Pria yang sombong! Pikirnya.

"Hei!" ucap Zen sembari berlari memegang tangan pria itu.

"Ada apa? Setelah kau menabrakmu sekarang kau sembarangan memegang tanganku?" lagi-lagi tatapan sinis nya terlihat.

"Cih, pria tidak peka!" Batin Zen.

"Kenapa kau diam? Oke tidak ada yang perlu dibicarakan lagi kan? Selamat tinggal." Pria itu meninggalkan Zen.

"Tunggu!"

"Ada apa lagi?"

"Aku sepertinya pernah melihatmu, apa kita pernah bertemu?"

"Tidak, Setauku aku tidak pernah bertemu wanita seperti mu, lagipula apa maksud tampilan mu itu? Haha ... kau mengingatku pada kakakku."

"Kakak? Jangan jangan kau...."

"Yamada Saburo, apakah sudah puas?"

Sesuai yang dipikirkan Zen, ya dia adalah orang yang sering dibicarakan teman-temannya, salah satu perwakilan distrik Ikebukuro anggota Buster Bross.

"Oh ya, salam kenal aku Nakiri Zenaira, kau boleh memanggilku Zen." Zen mengulurkan tangannya.

"Emangnya aku menanyakan namamu?" ucapnya sinis dan tidak menghiraukan uluran tangan dari Zen.

Zen terdiam, dan menarik kembali tangannya melipat tangannya di depannya. Menatap ke arah Saburo dengan sinis.

"Kenapa, kau tidak suka?"

"Ga!"

"Baiklah, kalau tidak ada yang dibicarakan lagi, sampai jumpa ...." Ucapnya sembari melangkahkan kaki.

Zen terdiam, dia tidak membalas perkataanya. Dia melangkahkan kaki dan .....

"Oh ya namamu Zenaira, kan?" ucapnya berhenti sejenak.

"Zen saja cukup."

"Baiklah Zen, salam kenal."

Zen mengangguk perlahan, berjalan melangkahkan kaki berlawanan arah dengannya, hanya beberapa langkah keluar dari gerbang sekolah, Nakiri Zen atau kakaknya Zen saat ini seperti biasa sedang menjemput adik kesayangannya.

"Yaho, Zena kau dari mana saja? Dasar, kau rela membiarkan nii-chan mu ini menunggu?" Ucap Zen sembari mencubit pipi Zena.

"Nii-chan, ayolah sudah beberapa kali ku bilang ... aku sudah besar! Jadi Nii-chan tidak perlu menjemput ku lagi."

"Ahahaha, aku tau kok ... adik kecil ku saat ini sudah menjadi gadis yang feminim."  Zen tersenyum lebar ke arah Zena.

"Oh ya, ada sesuatu yang ingin ku bicarakan padamu."

"Ada apa Nii-chan?"

"Aku hari ini ingin kerumah ke teman lamaku, temani ya...."

"Tapi Nii-chan...."

"Jadi kau tidak mau?"

"Baiklah Apasih yang tidak untuk Nii-chan ku tersayang."

🌼🌼🌼

"Ini rumah siapa Nii-chan?"

"Temanku?"

Zena dan Zen turun dari motor, meletakkan helmnya ke motor saat ini. Berjalan mengetuk rumah itu. Zen menekan tombol yang ada di pintu itu.

"Yo bro Ichiro, kau ada di rumah?"

"Ichiro? Oh teman yang nii-chan sering ceritakan?"

"Ya, ini rumahnya."

Tak berapa menit setelah bel rumah di bunyikan, pintu rumah terbuka.

"Yo yo yo, bro Zen ... lama tidak bertemu, dan kau...." Heterochrom merah hijau menatap Zen saat ini.

"Aku?" Zena menunjuk dirinya sendiri.

"Hahaha, kau adiknya Zen ya? Seperti apa yang diceritakannya kau manis sekali, siapa namamu?"

"Nakiri Zenaira."

"Ah salam kenal, aku Yamada Ichiro." ucapnya mengulurkan tangan.

Zena tersenyum dan mengulurkan kembali tangannya sembari mengucapkan, "Salam kenal juga."

"Baiklah, silahkan masuk."

🌱🌱🌱

"Yatta! Board game versi terbaru, baiklah sudah ku pastikan aku akan memainkan ini dengan Ichii-ni nanti."

Saburo keluar dari toko itu, tersenyum sembari memandangi board game yang dipegangnya saat ini, dan berjalan ke rumahnya sembari membayangkan hal-hal manis ketika dia memainkan kartu itu dengan saudaranya.

"Ichii-nii Tadai—....." Semangatnya menurun setelah apa yang dilihat dirinya saat ini.

"Kau?" Saburo menatap Zena.

"Kau?"

"Jadi kalian sudah saling kenal?" Tanya Zen kepada mereka berdua.

"Nakiri Zenaira!" Ucap Saburo sembari menunjuk Zena.

"Yamada Saburo!" Zena menunjuk Saburo.

"Haha, ternyata kalian sudah kenal."

🐱🐱🐱

707 word

Notice ✦ Saburo YamadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang