Prolog

25 4 0
                                    


Langkah kaki Zora terhenti saat melihat
gerombolan laki-laki yang tengah berkumpul disebuah trotoar tepat berjarak lima belas meter darinya.

Gadis berumur enam belas tahun itu menimang-nimang apa dia harus jalan terus dan memberanikan diri, atau putar balik melupakan  keinginannya terhadap eskrim rasa boba yang sampai membuatnya nekat untuk pergi saat itu juga setelah melihat postingan iklan di Instagram.

Bukannya berjalan terus atau berbalik gadis dengan piama motif panda  yang dibalut kardigan putih itu malah menyembunyikan dirinya dibalik mobil parkir saat mendengar suara deru motor.

Mengintip sedikit kearah depan sana, dan mengucap syukur saat kumpulan laki-laki itu pergi satu persatu dengan motor mereka. Namun mengernyit bingung saat melihat salah satu dari mereka tertinggal terbaring ditrotoar jalan.

"Pembegalan.." gumamnya yang langsung  berlari menuju sosok yang terbaring lemah.

Zora menutup mulutnya dengan kedua tangannya menahan suara teriakan saat terkejut bukan main dengan keadaan laki-laki dihadapannya yang bersimbuh darah.

Setidaknya Zora harus bersyukur bahwa ini bukan pembegalan.

Zora menundukan badannya dan langsung menutup hidungnya saat bau asing yang tidak menyenangkan menyapa indra penciumannya.

"Hey, Hey kamu nggakpapa?" seru Zora sambil menepuk bahu laki-laki dihadapannya.

"Aku telepon polisi atau ambulan?" Seru Zora kebingungan saat ponselnya kini berada ditangannya. Ia tidak pernah mendapati kasus seperti ini sebelumnya.

Otaknya seakan kosong, meski mengingat-ingat semua adegan film dan novel dikepalanya yang mungkin saja ada adegan seperti ini. Namun sekali lagi otaknya kosong.

"Jangan..Shh" Rintih laki-laki dihadapannya sambil menggenggam erat tangan Zora.

Zora mentap laki-laki tersebut hingga mata hitamnya bertemu dengan manik abu-abu.

"To...long"

ZORAZELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang