"Jika yang namanya mimpi bukankah hal yang wajar untuk dikhawatirkan."
°°°
"Bunda, bunda.. ini lucu banget. Aku suka."
Bunda tersenyum lebar ketika mendengar suara antusiasme Raka yang sangat takjub melihat isi kotak merah berukuran kecil pemberiannya.
Seperti nyawanya tergantung dalam kotak merah tersebut Raka mendekapnya kuat-kuat supaya tidak terjatuh. Lalu kembali tertawa geli dengan apa yang tengah dilakukannya.
"Raka, ditaruh aja nanti jatuh-"
Drttt.. drtt..
Ponsel wanita paruh baya itu berbunyi tapi fokusnya masih pada jalanan yang mereka lalui dengan menggunakan mobil. Lalu dengan hati-hati mengambil ponsel yang ada dalam sakunya.
"Iya mas?-iya ini aku udah mau pulang, enggak. Tapi Renald masih ada di sekolah kan, gak usah biar aku aja yang jemput. Sekalian aja mas-iya, kenapa-Raka suka biarin aja buat dia, kenapa sih gak boleh-"
"BUNDA!!!"
Wanita setengah paruh baya itu dikagetkan dengan teriakan putra bungsunya yang nampak ketakutan. Anak laki-laki itu menunduk dengan wajah pucat.
"Kenapa sayang?"
"Ba-banyak da-darah, di hidung aku, hisk.. bunda.."
"Sayang, kamu mimisan!" Wanita itu tidak kalah paniknya ketika melihat raut wajah putranya yang menahan sakit dari balik kaca kemudi.
Wanita itu dengan cekatan langsung mengambil tissu guna menyeka darah yang kian banyak. Tidak peduli dengan seruan di ponselnya yang masih menghubungkan pada seseorang. Wanita itu langsung memutus hubungan sepihak.
"Sayang, hilangin darahnya pake tisu ini ya!"
Wanita itu mengulurkan tissunya pada Raka dengan masih membagi fokusnya pada jalanan.
"Hiks, bunda.."
"Iya kenapa? Kepalanya ikut pusing?"
"I-ya, tapi kotaknya jatuh ke situ. Bunda ambilin!" Raka masih menangis, kepalanya juga semakin sakit. Tapi anak itu malah terlihat sedih saat kotak merah itu sudah tergelundung jatuh di bawah kakinya.
Wanita itu menghela napas lalu dengan raut khawatir menepikan mobilnya di pinggir jalan.
"Bunda.."
"Iya?"
Butuh waktu lama wanita itu mengambil benda persegi kecil di bawah. Kemudian memberikannya pada Raka yang masih menyumpal hidungnya dengan tissu.
"Kamu tadi kelamaan renangnya jadi masuk angin kan."
Wanita itu sedikit kesal atas apa yang dilakukan putra bungsunya di dalam kolam renang yang hampir menghabiskan waktu sejam hanya bercenggraman dengan air.
"Bunda-itu kena-"
Wanita itu menoleh ke depan dahinya mengrenyit lalu raut kaget membuatnya semakin panik. Wanita itu berbalik memeluk Raka kuat.
Karena hal tidak terduga menghampiri mereka. Truk yang lepas kendali mengarah ke mobil mereka.
"AAAAAAA!!!"
"BUNDA!!!"
Satu kilatan cahaya dari langit sukses mengagetkanya dari alam mimpi. Raka terbangun dengan napas yang tersenggal-senggal. Ada sesuatu tak kasat mata mencabik ulu hatinya yang kian menyesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Boy ✓
Teen Fiction[don't forget to follow brillantemine] [BISA DIBACA LENGKAP DI DREAME!] karena setiap luka terkubur dalam tawa! If you love me don't let go! ─ raka aldeno © brillantemine 2018