Bagian I : Devan Wijaya

25 0 1
                                    

"Oi! Jangan lupa nanti malam!" Teriak Ali dari seberang jalan.

"Ok! Kalau aku belum datang, kamu berangkat saja dulu!" Jawab Devan sembari menyalakan motor bututnya.

Devan Wijaya, pria berumur 24 tahun itu mengendarai motornya menyusuri jalan Kota Jember. Dia merasa hidupnya yang selama ini datar datar saja mulai terasa seru. Bagaimana tidak? Sahabat karibnya, Ali Sukaryo minggu lalu terbangun dari tidurnya dipagi hari dan secara tidak sadar telah menjadi Awakened.

Yup, Awakened...

Pada akhir tahun 2019 sampai pertengahan tahun 2020, Bumi dilanda wabah penyakit mematikan bernama Covid 19 atau yang biasa disebut Corona. Namun pada akhir tahun 2020, banyak dari warga bumi yang tiba tiba terbangun disuatu pagi dengan kekuatan ajaib yang bahkan mereka sendiri tidak sadar bagaimana mereka bisa memiliki kekuatan tersebut. Para ilmuan berusaha meneliti bagaimana kekuatan itu muncul, namun penelitian tersebut mengalami kebuntuan dikarenakan kurangnya materi acuan bagi para peneliti tersebut.

Pada saat itu, Bumi mengalami kekacauan tatanan sosial. Tingkat kriminalitas meningkat diakibatkan oleh mereka yang menggunakan kekuatan mereka tanpa batasan moral. Namun pada akhirnya, Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa memutuskan untuk medirikan suatu aliansi untuk mengatur mereka yang memiliki kekuatan ajaib dan menamai mereka Awakened.

Namun sekarang, di awal tahun 2021. Mereka, para Awakened. Bagaikan selebriti yang sering muncul dan lalu lalang di TV dan media. Bagaimana tidak? Mereka memiliki sesuatu yang sering di impikan oleh masyarakat biasa. Seperti... mengendalikan elemen layaknya mage dalam game, kekuatan super layaknya super hero di film, bahkan ada yang mampu menghilang tanpa jejak layaknya koruptor di Indonesia.

"Sendiri aja Mas Devan?" Tanya Pak Sunaryo, tukang parkir di Cafe kecil milik Devan.

"Iya pak, si Ali ada kesibukan di rumanya," Jawab Devan tersenyum sembari turun dari motornya.

"Oh... Katanya Mas Ali jadi Awakened juga ya mas? Kalau tidak salah.... kepalanya bisa jadi besi ya? Keras kepala dong?" Kelakar Pak Sunaryo. Dia memang suka bercanda.

"Bukan kepala pak... tapi tangannya...." Jawab Devan sambil menahan tawa.

"Tangan besi?"

"Pft..!" Mendengarnya Devan tidak tau harus tertawa atau bagaimana. Entah apa yang akan dilakukan Ali bila ia sampai mendengar perkataan Pak Sunaryo nanti."Ya sudah pak, saya masuk dulu. Nanti kalau yang lain datang, tolong sampaikan, saya tunggu di kantor."

"Siap Boss! eh Mas!" jawab Pak Sunaryo sambil hormat layaknya seorang ajudan.

Devan membuka pintu cafenya yang masih sepi. Cafe yang ia bangun dengan jerih payah dia dan sahabat baiknya, Ali. Kecil memang, namun setidaknya ia tidak merepotkan orang tuanya.

Devan, lahir dan dibesarkan di dalam keluarga kaya raya. Meskipun begitu ia tidak pernah mau hidup dengan gaya hidup yang terlalu mewah. Semenjak ia duduk di bangku SMP ia sadar, bahwa harta yang ia miliki adalah milik orang tuanya, bukan miliknya. Maka dari itu, ketika ia duduk di bangku kuliah ia memilih untuk pindah ke kos kosan dan mencoba memulai usaha kecil kecilan dari uang saku yang ia terima dari keluarganya.

Saat ini, Ayah, Ibu dan adik perempuannya telah pindah ke Korea Selatan dan mengembangkan bisnis mereka disana. Meskipun begitu, ia tetap kukuh untuk mengembangkan usaha kecilnya sendiri di Indonesia. Tak pernah terbersit sekalipun pikirannya untuk ikut orang tuanya ke Korea Selatan, walaupun ibunya berkali kali menghubunginya.

Ding!

Suara notifikasi dari HPnya, salah satu sahabatnya Arifin mengiriminya pesan.

"Dev, Gimana kabar?"

Dynamic WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang