Kacau! Layaknya sebuah medan perang kondisi mereka saat ini benar benar kacau balau. Para monster itu menggempur manusia tanpa henti. Para monster yang menggempur manusia, dan manusia yang digempur monster, mereka sama sama terlihat tidak beraturan.
Pada awalnya manusia terlihat unggul dalam peperangan ini, beberapa manusia berusaha mengatur manusia lainnya untuk mengalahkan para monster. Namun sayangnya, mereka yang terbiasa hidup di zaman yang aman dan damai, tidak terbiasa dengan "kerja keras" dan juga "kekerasan". Hal ini yang menyebabkan "Insting Brutal" manusia menumpul.
Satu persatu korban berjatuhan baik itu dari pasukan monster dan juga manusia.
10 Menit, hanya 10 menit saja waktu yang dibutuhkan bagi beberapa monster untuk menembus barisan depan pasukan manusia.
"Kyriaak!" teriak salah satu Gnoll sebelum menghela nafas terakhir akibat pedang Devan.
[Ding! Gnoll terbunuh, mendapat 1 SP]
Devan menendang tubuh Gnoll tersebut. Satu Goblin yang berlari sambal mengayunkan sebuah pisau pendek ke arah Devan tersandung tubuh Gnoll dan membuatnya jatuh terjerembab, ia berusaha bangkit untuk menyerang Devan. Namun sayangnya pedang Devan lebih cepat darinya.
Slash...
Kepala Goblin tersebut terpisah dari badannya.
[Ding! Goblin terbunuh, mendapat 2 SP]
Devan mencoba melihat ke arah James. Meskipun tidak sebanyak Devan, namun James berhasil membunuh beberapa monster kecil yang berhasil lolos dari barisan depan. Begitupula dengan Kim Minjee, ia berhasil membunuh 2 Gnoll dengan peluru udaranya sambil melindungi anak anak dibelakangnya.
Bila Devan mengandalkan kecepatan dalam bertarung, maka Kim Minjee mengandalkan sihir udaranya dan James mengandalkan kekuatannya yang brutal. Setiap monster yang James bunuh memiliki penampakan akhir yang mengenaskan. Tinju James yang dilapisi gauntlet besi mampu merontokkan tulang tulang monster monster kecil tersebut.
"James, nampaknya kau dan Kim Minjee cukup mampu melindungi anak anak tersebut dengan baik," kata Devan sambil tersenyum kepada James yang menghampirinya.
"Yeah, monster yang menghampiri kita lebih lemah dari yang aku bayangkan." Jawab James sembari mengusap noda darah dari pipinya.
"Kalau begitu biar kau dan Kim Minjee yang melindungi anak anak."
"Memang Ahjussi mau kemana?" Tanya Kim Minjee kepada Devan.
Mendengar kata "Ahjussi" membuat bibir Devan berkedut. Fantasinya tentang wanita wanita Korea yang sering meneriakkan kata "Oppaa~" dengan nada manis dan sok imut, hancur berantakan.
"Aku akan maju kedepan dan mencari komandan monster tersebut," Kata Devan.
"Komandan? Kau yakin monster monster itu memiliki komandan?" Tanya James.
"Entahlah, mungkin hanya firasatku. Namun apabila diamati, meskipun para monster itu bertarung tanpa aturan, mereka yang terluka parah memilih mundur dari medan pertempuran untuk digantikan dengan monster lainnya, seakan aka nada yang mengendalikan gerak gerik mereka dari belakang."
"Hm... Kau benar, namun kau tak perlu terlaalu khawatir! Kau lihat pria pirang yang memakai google, membawa AK-47 dan mengkomando yang lainnya itu? Namanya Robert Smithson, dia berada dalam satu squad denganku. Ia salah satu tentara yang ahli dalam strategi mau bagaimanapun medan perangnya, Ia selalu bisa memikirkan strategi yang tepat. Jadi kau tak perlu khawatir!" kata James sembari menepuk pundak Devan.
"Semoga saja yang kau katakan itu benar. Meski begitu aku harus tetap kedepan dan membantu mereka, hanya sekedar berjaga jaga." Kata Devan.
Melihat sorot mata Devan, James yang telah bertahun tahun di medan perang menghela nafasnya. Apapun yang dia katakan tidak akan mampu mempengaruhinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dynamic World
ActionBagaimana jadinya apabila kedamaian Bumi terganggu? Bagaimana jadinya apabila Bumi dijajah Makhluk Asing? Bagaimana jadinya apabila manusia-manusia di Bumi memiliki kekuatan yang tak terduga? Devan Wijaya, laki laki berusia 24 tahun, terjebak di Tut...