POV. Dzaki
Nama gue Ahmad Dzaki Al-Latief. Temen-temen gue sering memanggil gue dengan sebutan Dzaki atau Jaki, bahkan lebih parahnya dengan julukan khas yang membuat telingaku bergidik kesal. Kegiatan gue saat ini adalah sebagai bagian dari komunitas remaja Islam kampus dan beberapa komunitas di luar kampus. Di sini gue menjabat sebagai kepala bagian yang mengurus hubungan kemasyarakatan dan jaringan sosial media.
Sebagai seseorang yang bergelut di dunia medsos, gue menjadi anak yang paling eksis di sini. Tidak heran jika hampir semua teman-teman akhwat mengenalku. Astagfirullah. Yaa, maksud gue bukan gitu, itu hanya bercanda sih. Hobi gue selain bermain sosmed adalah membuat konten dakwah. Kali ini gue akan membuat sebuah video perjalanan dakwah gue dari masa ke masa hingga sekarang.
(Membenahi kamera dan mengatur perekaman)
"Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Hallo gaes, jumpa lagi dengan video inspiratif by Dzaki Al-Latief. Nah, kali ini video yang akan gue buat adalah sebuah video yang menceritakan kisah perjalanan dakwah gue semasa SMA yang penuh lika-liku. Sebelum lanjut jangan lupa like video ini and subscribe chanel ini, lalu tekan tombol lonceng, agar kalian tidak ketinggalan video inspiratif berikutnya"(Tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke kamar kost tanpa salam)
"Hey, bro, Lo lagi ngapain sih? Serius amat." menepuk bahu.
Ini nih contoh manusia tidak berakhlak, datang tanpa salam, langsung masuk aja tanpa ketuk pintu pula. Gue masih memandanginya dengan wajah agak kesal, sampai dia pun ikut-ikutan kesal.
"Hey, napa Lo lihatin gue kayak gitu? Ini nih akibat kelamaan menjomblo. Sampai-sampai temen lelakinya jadi korban pula."
Gue masih terdiam memandangi temen gue yang satu ini. Temen gue yang paling setia nemenin gue kemana-mana, tapi kadang khilaf juga. Akhirnya gue angkat bicara.
"Lo nggak merasa bersalah gitu ya?" tanya gue berlagak polos.
"Bersalah darimana? Gue kan ngga ngapa-ngapain."
"Video gue, Jan. Lo masuk tanpa salam, tanpa ketuk, nyelonong gitu aja. Trus nepuk bahu gue, dan Lo nggak merasa bersalah?"
"Ohh, Lo lagi buat video ya? Sorry-sorry, oke kita ulang ya? Gue masuk ketuk pintu dulu baru salam."
"Au ahh" gue mendengus kesal.
Inilah salah satu temen dakwah gue yang masih langgeng sampai sekarang. Kayak pernikahan ya? Langgeng itu maksudnya awet gitu lho. Namanya Fauzan Mas'ud Al-Faiz. Gue senang memanggil namanya dengan sebutan Ujan. Ujan ya bukan Hujan. Dia juga seorang kepala bagian di komunitas remaja Islam. Tugasnya adalah yang mengurus semua kajian yang diadakan kampus atau dikenal dengan dakwah kampus. Walaupun agak ceroboh dan kadang khilaf, dia adalah sobat gue yang paling peka dan peduli dengan situasi.
"Ehh, Jak. Lo buat video apaan sih? Serius amat."
Gue memang tidak menghiraukan pertanyaan Ujan, karena sedang fokus mensetting kamera. Ujan pun kesal akhirnya dia tidur. Sudah menjadi hobinya setelah pulang ngampus adalah tidur.
"Cihh, nih anak setiap mencium bau bantal aja langsung tidur. Tapi mumpung dia tidur, gue bisa buat video tanpa ada gangguan."
(Ditengah-tengah pembuatan video)
Suara dengkuran Ujan terdengar hingga ke kamera. Gue pun mendadak menjadi kesal dan berniat membangunkan Ujan. Tapi sebuah ide muncul di kepala gue. Akhirnya gue tidak jadi bangunin Ujan, melainkan gue rekam videonya yang sedang tertidur pulas. Beberapa gambar pun juga gue ambil, pose tidur Ujan bak model membuat gue tertawa cekikikan. Gambar dan video itu pun gue simpan sebagai arsip di dalam laptop. Itung-itung sebagai dokumen berharga karena menyimpan aib teman. Astagfirullah.
(15 menit kemudian)
"Dah bangun, Jan? Tidur Lo pulas banget. Capai ya?" tanya gue sambil menahan tawa.
Ujan bangkit dari tidurnya dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya. Ia mengucek-ucek mata dan melihat ke arah gue dengan muka masih pucat.
"Lo dari tadi belum selesai ya, Jak?"
"Belum nih, masih editing."
"Ohh, oke. Gue mandi dulu ya. Habis ini ada kajian rutin di kampus. Lo ntar datang ya! Lo yang jadi MC hari ini."
"Lahh, kok gue lagi? Gue kan sudah sering nge-MC. Masa sekarang aku lagi?"
"Alahh, cuma nge-MC mah gak apa-apa. Biasanya juga Lo banyak omong." Ujan tertawa.
"Ya, udah terserah. Gue mau lanjutin editing video."
Ujan pun pergi mandi dan bersiap-siap menuju masjid kampus.
Jadi tempat dimana gue dan Ujan ngekost itu deket kampus. Nah maka dari itu, setiap ada event religi Islam kampus, gue dan teman-teman serperjuangan gue yang mengurusi.
🌱🌱🌱🌱🌱
Gue dan Ujan berangkat ke kampus bareng naik motor. Gue yang nyetang sementara Ujan yang bonceng. Memang sudah kebiasaannya seperti ini, padahal kalau dipikir-pikir Ujan lebih besar daripada gue. Tapi ya karena motor ini milik gue, jadi gue yang nyetang. Sampai di kampus sudah banyak anggota remaja Islam disana. Termasuk para akhwat yang sudah menyiapkan konsum untuk kajian hari ini.
Pandangan gue tertuju pada satu gerombolan akhwat disana, ya itulah mereka para akhwat pengurus remaja Islam kampus. Astagfirullah. Ingat Dzak, jaga pandangan.
"Jak, Lo lagi liatin akhwat ya?" suara Ujan sembari menepuk bahu hingga menyadarkanku.
"Apaan sih?" jawab gue marah.
"Tuhh, kenapa marah, Jak? Ya wajar aja kita sebagai seorang lelaki kalau lihat perempuan ya gitu."
"Udahlah, ayo masuk! Udah ditunggu sama yang lain nih."
Akhirnya gue dan Ujan pergi meninggalkan tempat parkir yang dekat dengan bagian akhwat. Ternyata di dalam masjid sudah banyak teman-teman gue yang datang. Diantara mereka adalah pengurus remaja Islam kampus. Seperti biasanya setiap perjumpaan maupun perpisahan, kami para remaja Islam selalu berjabat tangan.
"Assalamu'alaikum, Bro." sapa gue ke salah satu teman pengurus remaja Islam kampus.
"Waalaikummussalam, akhirnya Lo datang juga, Jak." jawabnya agak ketus, dia adalah bendahara remaja Islam kampus.
"Ya iyalah, kan nanti dia yang jadi MC. Pasti datanglah." Ujan menjawab.
"Ya, nggak gitu juga kali. Gue biasanya datang, cuma nelat. Biasalah anak sibuk, sosmed ramai."
"Astagfirullah, lebih mementingkan sosmed daripada kajian nih. Ya mentang-mentang anak gaul, banyak kenalannya."
"Ehh, bukan gitu maksudnya. Kalian tau kan, kalau gue tuh suka buat video inspiratif. Nah, kalau sore seperti ini gue biasanya lagi ngedit. Jadi yaa nggak bisa datang." jawab gue mengelak.
"Heleh, sok sibuk. Mentingin urusan duniawi ya gitu." celetuk Ujan.
"Sudahlah, Jak. Lo kan yang nge-MC. Ya udah siap-siap sana. Pemateri 10 menit lagi datang."
Gue akhirnya meninggalkan teman gue yang satu ini. Oh ya lupa. Dia adalah seorang bendahara, namanya Haikal Mukhtar Al-Izzan. Teman-teman sering memanggilnya Ikal atau Haikal. Teman gue yang satu ini tipe orang ngga bisa santai. Maka bawaannya kalau ngomong agak ngegas. Tapi bagi gue dan teman-teman pengurus lainnya adalah hal yang biasa.
Oke, inilah sedikit cerita yang bisa gue ceritain untuk hari ini. Yang baik-baik boleh ditiru ya, kalau yang buruk jangan ditiru. Pergi ke pasar beli kentaki, mampir ke sawah memetik padi. Sekian dulu cerita dari Dzaki, bila ada rindu nanti bisa chat pribadi.
🌱🌱🌱🌱🌱
Jangan lupa tinggalkan jejak😇
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay In Dakwah or Stay in My Heart?
AlteleHallo Gaess. Assalamu'alaikum Wr.Wb Cerita ini aku rekomendasikan buat kalian yang mengalami drama masa remaja tapi kalian takut untuk mengutarakan kata cinta karena ada banyak larangan. So, ikutin terus ceritanya. Kalian akan disuguhkan dengan sebu...