Leny menghela napas pelan menunggu seseorang di restoran.
"Kenapa beliau harus menyuruh gue di sini? Padahal mahal" pikir Leny.
Sebelumnya begitu dari pertemuan dengan teman SMPnya Leny telepon Om itu dan beliau langsung minta bertemu tanpa menyuruh Leny mengeluarkan pendapat.
"Leny?"
Terdengar suara berat dari balik punggungnya lalu Leny menoleh dan melihat seorang lelaki yang sudah berumur. Leny melihat lelaki tersebut dan berpikir keras.
"Kamu Leny, bukan?"
"Iya...iya. Saya Leny. Apa Om..."
Beliau langsung mengangguk.
"Tadi yang kamu telepon saya" lanjut beliau.
Leny segera berdiri dan menyapa dengan sikap hormat.
"Kamu tidak perlu sampai begitu. Santai saja dengan saya"
Leny melihat terus beliau. Leny memang merasa beliau figur orang yang santai.
"Saya tidak bisa duduk di sini. Kamu ikut saya tidak masalah, bukan?"
"Ke mana, Om?"
"VIP"
"Ehm...baiklah" kata Leny pelan dengan canggung.
Leny berjalan mengikuti beliau dengan melihat punggung tinggi beliau dan sampai di ruang VIP beliau bicara kepada pelayan. Leny mendengar sekilas beliau memberikan perintah dan ternyata sebelumnya beliau sudah memesan ruang VIP. Beliau mempersilahkan Leny untuk masuk lebih dulu dan Leny bingung.
"Ayo" kata beliau dengan mempersilahkan Leny masuk.
Leny berjalan masuk dengan pelan dan beliau melihat terus Leny lalu semakin lama tersenyum penuh arti dan berjalan mauk.
"Masih sangat polos" pikir beliau.
Beliau duduk di depan Leny dan Leny melihat postur tubuh beliau cukup bagus walaupun bukan atletis. Bahunya lebar, perut tidak buncit, tubuh tegap, cukup tinggi (jika disandingkan dengan Leny cocok karena Leny pun bukan perempuan pendek), kulit kuning, rambut tidak ada sehelai pun beruban, bahkan Leny yang melihat beliau memakai hem berlengan pendek warna putih motif spiral pantas dikenakan di tubuh beliau dan...tampak menarik. Beliau memang tidak tampan tapi cukup memiliki karisma sebagai pria yang sukses.
"Oh ya, kenalkan dulu. Saya Hadi"
Leny mengangguk.
"Jadi gimana? Sekilas mendengar cerita kamu agar saya membantu meminjamkan uang"
"Benar, Om. Saya butuh uang"
Pelayan datang dengan membawa pesanan Hadi dan meletakkan di atas meja.
"Kamu benar tidak memesan apapun?"
Leny menggeleng.
"Sudah pesan saja"
"Tidak, Om" kata Leny menolak halus.
Pelayan berjalan pergi dan Hadi minum.
"Untuk biaya kuliah saya karena ekonomi orang tua saya mulai goyah"
Leny menceritakan semuanya dan Hadi mendengarkan dengan sesekali mengangguk.
"Sebenarnya selama ini stabil tapi karena hal itu jadi keadaan mulai goyah"
"Ya...hidup memang ada saja masalah apalagi masalah ekonomi"
"Jadi Om bisa mengerti sehingga mau meminjamkan kepada saya?" tanya Leny berharap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Salah (21+)
Romance"Apa yang kamu cari? Uang? Saya sudah memberikan berapapun yang kamu minta? Cinta? Saya tulus mencintai kamu bahkan rela mulai mengabaikan keluarga kecil saya. Lelaki itu juga memberikan cinta tulus untuk kamu. Apalagi?"- Hadi "Apa jadi selama ini k...