13

465 35 0
                                    

-a/n pov-

"Apa kamu sudah menemui wanita itu?" tanya seorang wanita separuh baya namun terlihat 10 tahun lebih muda dari usia sebenarnya itu kepada Park Jihoon . Sekertaris dari anak semata wayangnya.

"Belum nyonya. Nomornya tidak bisa dihubungi dan saya sudah berkali-kali kerumahnya namun sepertinya rumah itu kosong"

Wanita itu menghela nafas kesal  lalu memandang wajah anaknya yang sedang tertidur pulas di ranjang rumah sakit itu.

Seminggu sejak kejadian itu. Semua berjalan dengan sempurna. Jeon Jungkook. Pemuda korban dari kecelakaan itu kondisinya semakin membaik. Hanya saja.. Sudah 3 hari terakhir mereka mencari keberadaan wanita yang telah menyelamatkan nyawa anaknya itu masih belum bisa ditemukan.

"Kalau gak bisa ditelpon datangi rumahnya. Kalau gak dibukain, suruh pemilik gedung membukakan pintunya..pokoknya besok kamu bawa dia kemari" serunya mulai kesal

"Baik nyonya" jawab pemuda itu patuh dan keluar dari ruangan.

"Mami berisik banget sih.. Jungkook mo tidur mi" suara parau  Jungkook terdengar cukup kesal karena tidurnya terganggu.

"Ah.. Maaf kookie sayang.. Habisnya mami kesel sama Jihoon. Cuman nemui seorang wanita aja perlu waktu lebih dari 3 hari.. Mami kan mau balas jasa aja. Karena dia kan anak kesayangan mami bisa selamat."

"Karena dokter kali mi. Kenapa dia..dia hanya saksi di TKP aja" jawab Jungkook malas.

"Loh..gak tau kamu ya..kalo gak ada dia. Udah wassalam kamu."

Jungkook tertawa kecil melihat kegemasan mami nya.

Ya..Pemuda itu juga ingin berterimakasih dengan wanita yang kabarnya memberikan pertolongan pertama padanya dengan benar sehingga dia bisa terselamatkan dari kecelakaan maut itu.

.
.

-y/n pov-

Sudah kesekian kalinya terdengar suara ketukan di pintu kontrakannya.

Dengan susah payah aku bangun dari ranjangku.

3 hari ini benar2 hari yang paling menyakitkan. Demam tinggi. Tanpa makanan yang pantas. Dan sendirian. Pikirku.

Dengan susah payah aku berjalan kearah pintu dan membukanya.

"Ah..akhirnya.. Selamat siang nyonya.." sapa lelaki didepan pintu. Oh sekertaris pemuda yang kecelakaan kemarin. Pikirku.

Ah..tunggu.. jangan2 terjadi sesuatu.

Aku berusaha berdiri tegak dan menatap nya.

"Maaf. Ada apa ? Apa terjadi sesuatu?" tanyaku was was

"Nomor anda tidak bisa dihubungi. Dan sudah 3 hari ini saya datang kesini tapi anda tidak membukakan pintu. Apa.. Anda baik2 saja?" Tanyanya sedikit khawatir melihat keadaanku. Mungkin aku terlihat berantakan. Pikirku

(kamu terlihat menyedihkan y/n. Dengan perut yang udah 7 bulan jalan2 itu. Baju yang cukup lusuh. Raut muka yang kayak habis kalah lotre.dan kulit yang lumayan pucat macam vampire. Gimana gak heran diliatnya)

"Oh..maaf..ponsel saya.. Saya jual.. Maaf..umm..apa terjadi sesuatu?" tanyaku lagi. Gimana kalau tuan nya sekarat? Atau yang lebih parah lagi...akupun segera geleng2 kan kepala menghilangkan pikiran jelek dalam kepalaku.

Jihoon tersenyum kecil melihat tingkahku. "Bukan.. Tuan muda Jeon keadaannya sudah membaik. Berkat anda."

"Ahh.. Syukurlah" jawabku lega

"Hanya saja.. Nyonya besar ingin bertemu dengan anda. Jadi apakah anda bisa ikut dengan saya sekarang dan bertemu dengan beliau?"

"Oh.. Maaf.. Tapi saya sedang kurang sehat.. Jadi.." kataku ragu

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang