Prolog

17 1 0
                                    

❤️Disukai oleh bryndii dan 753 lainnyaRaaaaaaaaa_rslTerimakasih, untuk Bandung yang telah menerima segala keluh kesahku setiap saat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❤️Disukai oleh bryndii dan 753 lainnya
Raaaaaaaaa_rslTerimakasih, untuk Bandung yang telah menerima segala keluh kesahku setiap saat. Dan untuk pengantar grabfood yang selalu bisa diandalkan. 😁
Lihat semua 97 komentar
Naom_iiiii Demi apa lo, tukng grb ny masih muda?
Naom_iiiii Bknny lo skanya sm om om? Wkwk:v
Tambahkan komentar.....

"Naomi gila.. Siapa juga yang suka sama om om? " Dara mematikan ponselnya. Tubuhnya lelah, pikirannya lelah, hatinya lelah. Dia memutuskan untuk pergi ke kamar mandi, menenangkan jiwa dan raganya dengan berendam.

Berendam air hangat dengan aroma terapi membuat Dara nyaman hingga tertidur beberapa menit, atau mungkin bisa sampai berjam jam, jika saja tidak ada yang memanggilnya.

"iyaa bun,sebentar. Dara baru selesai mandi."secepat kilat Dara berpakaian bahkan tanpa sempat berdandan. Dia tahu bahwa bundanya tidak akan mempan dengan hanya menjawab panggilannya saja, melainkan pertemuanlah yang akan langsung membuatnya berhenti memanggil. Begitulah. Karena memang Dara adalah anti anak durhaka - durhaka club,jadi semepet apapun keadaan, dia akan berusaha sekuat tenaga memenuhi panggilan sang bunda.

Langkahnya melambat seiring netranya menangkap sosok yang telah lama hilang, yang entah ditelan bumi atau diculik alien. Hingga diujung tangga terakhir, pandangan keduanya bertemu.
Satu detik...
Dua detik...
Sosok itu memutuskan pandangannya dan kembali mengobrol dengan Wildan, sang kakak.

"Ra! Bantu bunda ambilin loyang kue dilemari atas." kembali -Sandra, sang bunda memanggil Dara yang melamun diujung tangga.

"Ehh, iya bun." menghampiri sang bunda yang kini telah merapatkan sebuah kursi di depan lemari.

"bunda takut kalo harus naik - naik kursi buat ngambil loyang" sang bunda terus berbicara alasan menyuruh Dara mengambilkan loyang.

"lagian, siapa yang suruh nempatin lemari gantung tinggi banget. Pake kursi aja masih harus jinjit, apalagi kalo gak pake kursi"cerocos Dara sambil mengambilkan pesanan sang bunda.

"udah deh gak usah ledekin bunda pendek." kata sang bunda

"astaga, siapa juga yang ledekin." Dara berjalan menuju kulkas dan mengambil satu buah apel kemudian duduk di kursi didepan meja pantry.
"ohh ya bun. Yang di depan itu? "

" Arjuna, teman abangmu. Lagi ada urusan katanya"seakan tau apa yang sedang dirasakan putrinya, Sandra menatap penuh selidik.
"bukannya kalian pernah deket ya? Kenapa gak disapa?"celetuk sang bunda.

Deg!

Sandra memang tidak tahu apa yang terjadi diantara putri sematawayangnya dengan teman putra sematawayangya. Yang dia tahu hanya kedekatan keduanya kerena memang teman teman Wildan selalu akrab dengan Dara.

"Dara gak kenal ya sama temen abang yang ini. Kalo kenal mah ngapain Dara tanya ke bunda." berhasil. Dara berhasil membohongi dirinya sendiri.

"masa sih"tatapan sang bunda kini benar benar penuh intimidasi.

"suwerr..  Udah kan bun? Gak ada yang perlu dibantu lagi? Dara ada tugas dari dosen nih." alibi yang bagus Dara.

"udah. Sana belajar yg bener." ujar sang bunda sambil sibuk memasukkan adonan kue ke dalam oven.

"siap bunda ratu" Dara melakukan penghormatan layaknya seorang putri kepada ratu kerajaan. Lalu berjalan menuju kamarnya dilantai dua.

Sebenarnya Dara gak mau melewati ruang yang dipakai ngobrol sang kakak, tapi mau bagaimana lagi. Wong tangga nya dekat situ, masa iya tangganya digeser jadi ke deket dapur. Kan ini tangga beton, bukan tangga bambu ya.

Semakin mendekati ruangan semakin berkecamuk perasaannya, hatinya, pikiranya, raganya. Hingga didepan tangga, pandangannya kini telah menangkap ruangan tadi telah kosong. Kemana dia?
Sudah pulangkah?

"syukurlah" gumamnya lega sambil menaiki tangga menuju kamarnya.

"Raa?"

Suara itu?
Dara berbalik, persis dibelakangnya didepan pintu kamar sang kakak. Sosok itu, berjalan mendekati Dara yang kini mematung didepan pintu kamarnya. Memang kamar Dara dan Wildan besebrangan.

"apa kabar?"ucapnya lagi. Dan itu sukses membuat Dara lemas, matanya panas, dan dadanya sesak.

"buruk hehe" satu kata, dan Dara mengucapkannya sambil mencoba tersenyum lalu Dara berbalik masuk kekamarnya dan mengunci diri. Perasaannya kini sangat buruk. Segalanya buruk, kenapa harus diasapa segala sih?  Kan Dara belum menyiapkan diri. Batinnya.

"bodoh bodoh bodoh...  Lelaki bodoh." Semua pertahanannya runtuh, kini Dara menenggelamkan wajahnya di bantal hingga lelah dan tertidur.

🐝🐝🐝

Hallo semua, maaf ya ceritanya absurd, aku lagi belajar nulis nih. Kalau ada ejaan atau tulisan yang salah mohon koreksi ya, aku terima apapun komentar nya🤗 semoga suka ya sama cerita aku ini.

Tinggalkan jejak ya!! 🌟
Kalian tahuBintang dilangit gak terhitung jumlahnya. Tapi semenjak kamu memiliki bintang favoritmu, kamu pasti akan selalu menemukanya diantara milyaran juta bintang lainnya. :)

Dari makhluk pengagum senja dan penanti fajar,semoga kalian bahagia💋


JUST LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang