5.Dinner

9 3 0
                                    

     Liu berlari tergesa-gesa menuju cafe , gadis itu terlambat ia baru ingat hari ini adalah jadwalnya piket. Dan sialnya teman piket nya malah melarikan diri alhasil Liu lah yang harus membersihkan semuanya seorang diri.

Bel otomatis cafe berbunyi saat Liu memasuki tempat bekerjanya itu, Liu dengan cepat memasuki rumah ganti.

Kini Liu sudah rapih dengan seragam bekerjanya nya, ia mengambil sticky note diatas meja dan memulai pekerjaannya.

"Kau terlambat Liu." Ujar salah satu pegawai.

Liu cukup terkejut. "Ah maafkan aku, hari ini adalah jadwal ku membersihkan kelas. Aku terlambat karena itu," ucap Liu.

"Baiklah, lain kali jika kau akan datang terlambat hubungi aku terlebih dahulu. Untuk apa gunanya kau mempunyai ponsel!" Tegas pegawai itu dan Liu hanya mengangguk paham. Gadis itu kembali melangkahkan kakinya saat melihat dua orang pengunjung yang datang, mereka adalah laki-laki dan mereka sudah duduk manis dan sedang menunggu pramusaji datang.

Liu dengan tergesa-gesa menghampiri mereka. "Selamat sore," ujar Liu sopan sambil memberikan dua lembar buku yang berisi daftar menu makanan dan juga minuman.

"Aku ingin memesan ice Americano, kau apa Hyung?"

Liu meringis pelan menurutnya kedua lelaki dihadapannya itu cukup aneh, mereka memakai baju rapih di musim panas mereka juga memakai topi dan masker. Apa merek seorang detektif atau bahkan penjara yang tengah menyamar? Entahlah.

"Aku ingin jus alpukat." Ujarnya.

"Baik kami hanya memesan itu."

"Baiklah, terimakasih telah memesan dan harap tunggu sebentar." Ujar Liu.

🌱✨

     Liu merogoh saku rok nya dan mengambil ponselnya sejak tadi bergetar, ia melihat seutas nama yang tertera Disana. Bibinya menelpon tumben sekali, biasanya bibinya akan menelpon dan menanyakan kabar dirinya pada akhir pekan dan tentunya pada waktu siang hari namun hari ini berbeda mungkin ada sesuatu yang penting.

"Halo bibi ada apa? Mengapa kau menelponku di tengah malam seperti ini?" Tanya Liu.

"Apa kau sudah berada dirumah?" Tanya bibi diseberang sana.

"Tidak bibi aku baru saja keluar dari cafe, memang nya ada apa?"

"Aku sedang berada diperjalanan menuju Seoul, besok pagi bisalah kau menjemputku dibandara?" Tanya Bibi, Liu cukup terkejut mendengar perkataan bibinya.

Biasanya bibinya sangat enggan untuk datang menemui nya di Korea, biasanya jika sang bibi merindukannya Liu lah yang akan pulang ke China.

"Apa bibi serius? Ada apa gerangan? Apa bibi merindukan ku?" Tanya Liu bertubi-tubi, pasalnya ia juga sangat merindukan bibinya itu. Sudah hampir satu tahun Liu tidak berjumpa dengan nya, berada dikelas akhir membuat dirinya sibuk dan sangat sulit untuk menyisihkan uang untuk pulang ke China.

"Ya aku sangat merindukanmu, namun ada yang lebih penting dari itu."

"Apa itu bibi?" Tanya Liu.

"Rahasia!"

Liu menghela napas, bibinya selalu bersikap seperti itu. Tak apa, besok juga ia akan menemui nya.

Liu kembali berjalan menyusuri jalanan Seoul yang sudah mulai sepi, wajar saja jam sudah menunjukkan angka sebelas malam mungkin orang-orang sudah tertidur lelap diatas kasur empuknya.

Liu tinggal disalah satu rumah peninggalan orang tuanya, dulu saat Liu masih kecil mereka memang tinggal dinegara gingseng ini dengan alasan sang ayah yang memiliki pekerjaan disini, namun itu hanya berlangsung beberapa tahun saja setelah itu mereka kembali ke Shanghai dan tinggal Disana.

Liu membuka pintu rumahnya, itu hanya rumah kecil dengan dua kamar dan juga ruang tamu yang nyaman untuk berbaring dan juga bersantai ria sambil menonton televisi.

Liu menaruh asal tas yang ia pakai, punggungnya terasa begitu kaku karena menggendong tas yang berat dan juga dipenuhi buku-buku tebal.

Liu menatap jam dinding, sudah hampir pagi namun dirinya masih enggan bangun untuk membersihkan dirinya. Sepertinya menghemat air sehari tidak masalah, ia sangat malas untuk beranjak.

Tak lama gadis itu terlelap, hanya ada keheningan malam yang menyelimuti dirinya.

🌱✨

     Liu membantu sang bibi membawa koper kecil miliknya untuk ia taruh dikamar bekas peninggalan kedua orang tuanya, sedangkan sang bibi langsung berlalu menuju dapur untuk menghilangkan dahaga nya.

Liu kembali ke rumah tamu, ia duduk Disana sambil menonton televisi tua nya.

"Apa kau makan dengan baik selama hampir setahun ini?" Tanya bibi.

"Hmm aku makan dengan sangat baik," jawab Liu, ya dirinya memang perantau namun ia sangat telaten dalam memilih makanan walaupun uang yang ia punya tak terlalu banyak. Ia jarang sekali memakan makanan cepat saji, tentu saja gadis itu pandai memasak.

"Bagaimana dengan sekolah mu?" Tanya bibi, dirinya sudah seperti ibu kedua bagi Liu ia sangat perhatian.

"Baik sangat baik, aku belajar dengan nyaman walaupun terkadang otakku seperti ingin melihat saat melihat tumpukan tugas akhir." Jawab Liu, walaupun dirinya terkenal dengan otak nya yang encer namun ia juga manusia biasa. Kadang dirinya sangatlah frustasi jika tugas nya menumpuk.

"Nanti malam berdandan lah dengan cantik jangan lupa pakai dress yang aku beri padamu tadi, nanti malam kita akan makan diluar bersama seseorang."

"Bersama siapa bi?" Tanya Liu.

"Kau ingat paman Lee? Sahabat ayahmu itu?" Tanya bibi

"Tidak, aku lupa."

"Sudahlah intinya nanti malam kita akan makan malam bersama keluarga Paman Lee, kau adalah sahabat kecil anak lelakinya. Apa kau benar-benar tidak ingat siapa mereka?" Tanya bibi lagi, pasalnya Liu sangatlah dekat dengan anak lelaki tuan Lee.

"Tidak, mungkin karena efek aku terlalu sibuk dengan belajar dan bekerja aku tidak pernah mengigat masa lalu." Jawab Liu.

"Sahabat kecil mu akan kecewa jika mendengar ini," decihnya.

Liu tersenyum kecil. "Bisa jadi sahabat kecil ku itu yang telah lupa siapa aku."

---tbc

You're my Light Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang