Bagian Satu

55 7 5
                                    

"Woi!!!"

Aku sedikit terlonjak saat satu tepukan menyentuh bahu. Sebenarnya tanpa melihatnya aku sudah tahu, siapa lagi yang jahil, kalau bukan dia.

"Kaget tau! Minggir saya mau lewat." Dengan sedikit mendorong bahunya aku berjalan santai menuju bangku kantin yang sudah berisi 3 temanku, ditambah beberapa anggota OSIS yang ikut gabung.

"Eh saya kok ditinggalin," gumam lelaki itu.

"Mau apa?" Aku bertanya.

"Makan."  jawab Kahfi singkat. Ya namanya Kahfi, teman ku sejak kelas 10 SMA, orang yang paling menyebalkan yang pernah kutemui.

"Ya beli dong, ngapain ikutan duduk?" Ucapku heran

"Nggak mau." jawaban Kahfi membuat gerakan tangan ku yang sedang mengaduk mie instan terhenti.

"Ya kalau mau makan tuh beli Kahfi, dasar aneh."

"Saya ngga bawa uang."

"Ya terus?" Aku menatapnya aneh, sepertinya ada yang tak beres.

"Mau minta." Kahfi dengan santainya berjalan menuju penjual mie, meminjam mangkuk serta sendok.

"Ehh mie instan kan sedikit, ya kali mau di bagi dua."

Kahfi tak menggubris, ia menarik mangkuk mie instan, lalu membagi dua, "nih Kin, selamat makan!"

Aku mendengus. Teman-teman ku tertawa.

5 menit kemudian

"Kenyang ngga Kin?" Tanyanya

"Kamu pikir aja sendiri."

"Lagian nih ya, kita tuh ngga boleh banyak makan mie instan, ngga sehat ya ngga nis." Kahfi menoleh kearah Nissa meminta pembelaan.

"Terserah deh!" Jawabanku yang ketus membuat Kahfi tertawa.

"Tapi sebagai gantinya, kamu harus bantuin beresin proposal," ucapku

"Ga mau itu kan tugas kamu."

Aku melotot, enak saja.

"Iya-iya nanti pulang sekolah tunggu di ruang OSIS ya ibu sekretaris."

Aku mendengus mendengar ledekannya "baiklah bapak ketua."

Lalu kami semua tertawa.

***

Setelah bel pulang berbunyi, aku langsung menuju ruang osis. Aku harus menyelesaikan proposal secepatnya, atau kami tidak bisa segera menyelenggarakan acara pentas seni terakhir kami sebelum digantikan dengan struktur organisasi OSIS yang baru.

"Assalamualaikum" pintu ruang osis terbuka oleh dorongan seseorang.

"Waalaikumussalam, aduh Kahfi lama banget kemana dulu sih? Ayo lanjutin proposalnya!" ucapku kesal, pasalnya aku telah menunggu selama hampir 30 menit di ruangan ini.

"Kin masa kita di gosipin pacaran," ucap Kahfi sambil melempar tas sembarangan di lantai ruang osis.

"Apa sih baru aja dateng, suka ngga jelas banget ayo cepetan beresin proposalnya. Tadi Nissa udah kasih daftar keuangannya, kamu tinggal masukin ke proposal, aku udah kerjain dari tadi cape tau"

"Sumpah Kintan." Kahfi mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah.

"Apa sih kahfi aneh tau ga." aku tertawa melihat muka Kahfi yang serius.

"Kamu inget ngga pas kemarin di lapangan ada pemilihan ketua OSIS baru itu."

Aku mengerenyitkan dahi berusaha mengingat lagi kejadian seminggu yang lalu.

Arti Mencintai Adalah MelepaskanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang