Aku memutuskan untuk kembali ke kelas karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Kakiku kini melangkah santai menuju ruang kelas ku yang berada di lantai 2 dari 5 lantai gedung sekolah ini, yah sekolahku memang termasuk sekolah elit walau bukan negri tapi disini sudah bertaraf International catet International gak banyak sekolah di Indonesia yang mendapat predikat seperti itu. Memang ku akui kalau biaya masuk sekolah ini cukup mahal tapi sorry saja aku masuk kesini dengan beasiswa karena kecerdasan otakku. Kalau kalian fikir aku adalah orang kaa yang berlimang harta, mension dimana mana samapai mobil bermerk pengeluaran terbaru. BIG NO kalian semua salah hahaha aku adalah gadis biasa yah sangat biasa bahkan bisa masuk dalam kategori Low Geng tapi mereka semua tak tahu mungkin karena sikapku yang berani, selalu menentang dan yeah hal buruk lainya yang mwmbuat mereka mengiraku sebagai orang kaya. Hahaha! Mereka semua salah besar bukan? Kenyataanya?, tapi biarlah ini menjadi rahasia agar mereka tak berani membully ku. Tak terasa jam berlalu begitu cepat mungkin aku yang terlalu bersemangat dalam pelajaran atau apa aku tak tahu yang penting hari ini menurutku jamnya berlalu begitu cepat, sejenak aku dapat melupakan masalah Kak Artha yang sudah berlalu biarlah saja kita tatap kedepan nantinya bagaimana, tinggal menjalaninya kan? Apa susahnya. Aku berlari menyusuri trotoar, keringat sudah membasahi wajah dan bajuku tapi aku tak perduli yang kupedulikan saat ini adalah keadaan ibuku, tadi saat baru saja keluar dari gerbang aku mendapat telfon dari Nila adikku dia bilang penyakit ibu kambuh dan sekarang tengah dilarikan kerumah sakit. Aku harus cepat sampai, aku mempercepat laju lariku biarlah orang yang menatappku berpendapat aku gila atau apa berlarian siang bolong begini dengan baju basah karena keringat, yang terpenting aku harus segera sampai ke rumah sakit. Sebenarnya aku sudah menunggu Bus tadi, tapi berhubung busnya lama sekali dan aku sudah tidak sabar maka aku putuskan untuk berlari. Sampainya dirumah sakit, untunglah tidak banyak orang yang menggubrisku mereka tengah sibuk dengan kegiatan masing masing, palingan Cuma suster yang sedang lewat saja mereka melihatku dengan pandangan yang tidak bisa diartikan dan kembali berjalan, masa bodo dengan mereka saat ini aku hanya ingi bertemu Ibuku dan melihat keadaanya. Aku melangkah melewati lorong lorong yang dipenuhi orang orang yang tengah siuk dengan kegiatan mereka hingga tak mau dibantu, dan ada seorang suster yang tengah membujuk seorang pasien untuk makan siang. Huh! Sudah lama aku tidak melihat pemandangan seperti ini dan sekarang aku akan melihatnya lagi, entahlah semoga saja tidak. Kaki kaki ku melangkah mendekati Nila yang tengah terduduk di depan pintu bertuliskan Ruang Isolasi, ahh! Tidak lagi, ku kira ibu benar benar sudah sembuh mengingat sikapnya yang akhir akhir ini mulai membaik ehh malah jadi begini. Semakin mendekati pintu itu aku semakin mendengar teriakan yang memkakkan telinya, yeah! Itu suara ibuku.
“bagaimana nil, kenap ibu bisa seperti ini lagi” tanyaku saat sampai di depan pintu itu, badanku menyender pada pintu besi didepanku dan pandanganku jatuh pada wanita yang yang tengah menjerit dan meronta meminta untuk dilepas, jujur saja sebenarnya aku tak tega jika ibu seperti ini tapi harus bagaimana lagi kalu tidak begini ibu akan seperti dulu lagi, pernah suatu waktu ibu hampir saja membunuhku, huh! Ini semua karena barang haram itu.
“Aku juga tidak tahu kak, saat aku baru saja pulang sekolah Ibu sudah mengamuk beliau melempar semua barang yang ada, bahkan ibu sempat menyayat tanganku” tukasnya sambil menunjukkan luka sayatan di lengan kanannya, ini semua sudah kuduga, bukanya aku ingin ibukku seperti ini tapi saat terapi terakhir dokter bilang ibukku tidak akan bisa sembuh total jadi ada kemungkinan beliau akan kambuh lagi. Huh aku membuang muka kasar aku mengalihkan pandanganku kembali pada ibukku, sekarang beliau sudah tampak mulai tenang sepertinya dokter Alan sudah menyuntikkan obat penenang untuk Ibuku. Dan jika kalian ingin tahu ibukku sakit apa, yah ini jawabannya beliau sakit jiwa, metalnya terganggu karena terlalu banyak mengkonsumsi Narkoba. Dulu ibukku adalah wanita yang baik, sopan dan soleh hingga suatu waktu Ibukku menemukan ayah yang tengah beradu diatas ranjang dengan seorang pelacur. Saat itu umurku baru menginjak 13 th dan adikku dia baru usia 10 Th, ayah dan ibukku bertengkar hebat karena kejadian itu semua barang dirumahkku hancur berantakkan Ibu yang berteriak dan ayah juga berteriak, dan akhir dari pertengkarang itu Ayah memutuskan pergi dengan wanita jalang itu meninggalkan Ibu yang menangis meraung raung, aku hanya bisa diam membisu dengan air mata yang membanjiri kedua pipiku dengan Nila yang juga menangis di sampingku. Ini semua bukan keinginanku jujur aku sangat ingin keluarga yang harmonis, ku kira Ayah dan Ibu baik baik saja saat itu tapi ternyata... kenyataaan itu tak sesuai seperti apa yang ku harapkan. Dan setelah kejadian itu Ibu lebih sering pulang malam dengan keadaan mabuk sambil merancau tak jelas, bukan itu saja Ibu tak lagi memperhatikanku dan Nila bahkan terkesan acuh dan menganggap kita tak ada. Masih jelas dalam ingatanku saat rumah ayah disita karena kelakuan Ibu yang berhutang pada rentenir dan tak bisa membayarnya, dan itulah masa-masa tersulit kami. Aku, Ibu dan Nila harus pindah kekontrakkan yang jauh dari kata layak untuk ditinggali tapi harus bagaimana lagi uang tabunganku hanya sanggup untuk menyewa tempat itu. Dan setelah itu Ibu sering sekali marah-marah bahkan tak segan untuk menyiksaku dan Nila. Pada akhirnya saat itu aku menemukan Nila yang menangis meraung raung sambil memegangi Ibu yang kejang, aku yang baru saja pulang kerja langsung berhamburan memeluk Ibu dan memanggil ambulance. Saat diperiksa ternyata Ibu terkena overdosis karena Narkoba, dan saat itulah hatiku begitu hancur mendengar kenyataan bahwa orang yang selama ini aku banggakan ternyata telah terkontaminasi obat haram. Dokter memutuskan agar Ibuku di rehabilitasi aku hany amengangguk setuju asalkan ibukku bisa sembuh, aku tidak masalah jika harus bekerja paro waktu untuk mebiayai hidupku dan Nila serta biaya berobat Ibu, padahal saat itu satu kali terapi memakan uang 10 juta, tapi bagiku itu hal yang mudah sekarang yang aku pikirkan adalah Ibu harus sembuh. Dan setelah di rehab ibuku bukanya pulih beia malah mengidak gangguan Jiwa karena kebiasaanya, saat itu aku tidak bisa menyalahkan siapa-siapa doktrpun sudah terlalu baik karena mau membantu Ibukku.
“kak” suara Nila menyadarkanku dari lamunan masa laluku
“ya” jawabku sambil menghapus air mata yang entah tumpah sejak kapan, Nila mengalihkan pandanganya kearah sampingku dan itu membuatku sadar bahwa Dokter Alan sudah berdiri disampingku
“oh dokter, bagaimana keadaan Ibu saya? Apa tidak papa?” pertanyaan ku pada dokter tampan yang sedah menangani Ibuku beberapa tahun ini.
“seperti yang saya bilang dulu, beliau belum bisa sembuh total” Dokter Alan berdehem sebentar sebelum melanjutkan perkataanya
“sepertinya ada sesuatu yang mengingatkan beliau pada masa lalunya” aku mengangguk paham, tapi apa?
“lalu selanjutnya harus bagaimana dok?” tanyaku takut takut
“untuk saat ini tidak ada, mungkin jika kondisinya semakin memburuk baliau harus mengianp disini lebih lama” huh! Sudah kuduga, dokter Alan pergi meninggalkanku dan Nila yang tengah meratapi nasib keluarga kami. Banyak drama yang sudah terjadi dan ini masih pertengahannya mungkin cerita kehidupanku kedepannya akan lebih panjang dan menyedihkan. Hah! Semoga saja selalu ada jalan untukku.
*
Sepertinnya setelah ini aku harus mencari pekerjaan tambahan untuk membiayai terapi Ibuku, tadi malam Dokter Alan menelfonku dan mengatakan bahwa Ibu ku harus menjalani terapi lagi tapi, dia tidak menyebutkan berapa biayannya dan berapa kali Ibu ku harus terapi. Aku membanting ponsel dan tubuhku ke atas ranjang secara bersamaan, entahlah aku harus bagaimana lagi? Tadi sore Nila mengatakan ingin bekerja paruh waktu untuk membantuku, tentu saja aku melarangnya aku tidak ingin dia sepertiku, aku tidak ingin dia terbebani dengan pekerjaan dan tugas sekolahnya apalagi dia sekarang sudah kelas 3 pasti akan banyak try out sebelum ujian, huh! Aku tidak ingin konsentrasinya terganggu biar aku saja yang seperti itu. Lagi pula dia sedang mengejar beasiswa ke London. Yeh! Dan reaksinya seperti biasa dia diam sambil mendengarkan omelanku yang sangat tajam, sebenarnya aku sangat menyesal mengomelinya tapi aku harus bagaimana? Saat itu kondisiku sangat kalut aku tidak tahu lagi harus apa, dan tiba-tiba dia berkata seperti itu. Aku menyesal sungguh, dan aku akan meminta maaf padannya besok pagi.
***
Hari ini pagi datang begitu cepat padahal aku baru saja memejamkan mata tapi matahari buru-buru muncul menampakkan sinar terangnya. Aku bangun seperti biasa melakukan ritual mandi dan berdandan ala orang kaya, kalian sudah tahu bukanbagaimana aku disekolah so jangan heran. Pagi ini sama saja setelah semua ritualku selesai aku buru-buru turun kebawah untuk menyiapkan sarapan, hari ini sebagai tanda maaf aku akan membuatkan omlet sayuran dengan saus mayonise kesukaan Nila oh ya! Asal kalian tahu rumahku ini berlantai dua walau tidak terlalu luas dan besar hanya ada dua kamar dilantai atas dan 1 kamar dilantai bawah. Nila baru keluar dari kamarnya ketika aku menyiapkan makanan di meja, dia terlihat tak baik pagi ini pasti karena masalah kemarin. Aku menghampirinya yang sudah duduk manis di kursi.
“Maafin Kakak yan Nil, soal kemarin kakak tidak bermaksud sperti itu” Aku duduk dihadapanya, dia melirikku sekilah lalu berdiri. Ku kira dia akan pergi dan tak mendengar omonganku tapi nyatanya dia menghampiriku dan menangis sesegukan.
“nggak kak, bukan kakak yang salah tapi Nila. Nila tahu kakak hanya ingin yang terbaik buat Nila, maafin keegoisan Nila kak. Mulai sekarang Nila janji akan belajar yang sungguh-sungguh dan mendapatkan beasiswa itu” Nila melepas pelukanya dan mengepalkan kepalan jari jarinya sekakan meninju udara.
“good girl” Aku mengacak rambutnya dan menghapus air matannya.
