Chapter 3 - Tragedi

85 17 6
                                    

"Hal baik bahkan hal buruk, suatu saat akan datang bukan tanpa sebab."

***

Suasana Kota Bandung masih seperti biasanya. Langit masih kelabu. Udara disekitar terasa dingin menyentuh kulit. Burung-burung terdengar riang bernyanyi.

Kicauannya yang merdu membuat seseorang di rumah pohon itu bangun dari bunga tidurnya. Ryan meregangkan otot-otot badannya dan mengucek kedua matanya.

Sebenarnya Ryan tak benar-benar pergi dari tempat itu. Ia menginap di sebuah gubug kecil yang ada di sekitar rumah pohon itu. Ia khawatir kalau terjadi apa-apa dengan Raina.

Ryan kemudian menengok Raina di rumah pohon itu. Raina masih tertidur pulas dengan mimpinya. Wajahnya yang sedang tertidur pun masih tampak cantik dengan lesung pipitnya yang selalu nampak meski tidak sedang tersenyum.

Setelah melihat Raina baik-baik saja, Ryan memutuskan untuk pulang ke rumahnya.

❄ ❄ ❄


Sebuah mobil sedan hitam terlihat melaju kencang dari arah timur. Pengendara mobil itu tidak sadar bahwa ada seseorang yang sedang melintas di tengah jalan. Ia masih fokus mencari ponselnya yang terus berdering sembari menyetir mobil.

Ketika jarak mobil dengan seseorang di tengah jalan itu hanya sejengkal. Pengendara itu sadar, namun ia tidak bisa menghindari agar tidak menabrak sosok di depannya itu.

"Astaga!! Gue nabrak orang," pengendara sedan itu terlihat cemas. Ia buru-buru melihat seseorang yang ditabraknya. Kepala yang bersimbah darah, karena membentur pembatas jalan itu membuatnya semakin kalut.

Pengendara sedan itu kemudian membopong sosok perempuan yang ditabraknya itu dan segera membawa ke rumah sakit terdekat.

Flasback on

Setelah bangun dari tidurnya, Raina merasa kepalanya seperti sedang di tindih sesuatu yang berbeban berat. Kepalanya terasa begitu berat.

Raina mencoba sekuat tenaga untuk membawa berat badannya menuju ke rumah. Namun nihil, saat ia hendak menyeberang jalan menuju kompleks rumahnya. Rasa sakit di kepalanya semakin bertambah parah, seketika pemandangan disekitarnya terlihat kabur.

Hingga Raina kehilangan keseimbangan dan ambrug di tengah jalan. Pemandangan yang terakhir ia lihat yaitu sosok laki-laki yang menolongnya.

Flasback off

❄❄❄

Sudah dua hari ini, Ryan menunggu Raina yang masih terkapar di ruang ICU. Wajah Ryan yang biasanya selalu ceria sekarang terlihat kusut dan tidak terurus, ia begitu terpukul dengan kondisi Raina sekarang ini.

Seorang wanita paruh baya dan seorang laki-laki yang usianya masih cukup muda, terlihat berjalan bersisihan dari arah timur menuju ruangan ICU tempat Raina dirawat. "Yan, keadaan Raina bagaimana?" tanya perempuan paruh baya itu dengan khawatir.

"Masih koma, Tan. Tante sama Kak Pras kalau mau masuk ke dalam bisa kok, yang boleh masuk ke dalam maksimal 2 orang, tapi enggak boleh lama-lama," jelas Ryan.

Wanita paruh baya itu adalah Nesya, mamah Raina. "Kalau gitu, tante masuk dulu ya, kamu mau ikut masuk ke dalam Pras?" tanya Nesya kepada putranya.

"Enggak mah, mamah masuk duluan aja. Pras disini dulu aja temenin Ryan," ujar laki-laki berperawakan tinggi itu.

Wanita itu kemudian masuk ke dalam ruangan ICU lengkap dengan seragam dominan hijau yang harus dipakai saat memasuki ruangan tersebut. Dan Pras yang masih tinggal di depan ruangan ICU menemani Ryan.

"Yan, gimana kejadiannya adek gue bisa begini?" tanya laki-laki berperawakan tinggi itu yang merupakan kakak Raina.

"Gue gak tahu, Bang. Kemarin, terakhir kali gue bareng Raina, dia lagi di rumah pohon. Raina hari itu kayaknya lagi banyak masalah, sampai dia tidur di rumah pohon. Waktu itu, gue juga tidur di gubug sekitar rumah pohon itu buat jagain Raina.
Dan bodohnya, gue pagi itu lihat keadaan Raina masih baik-baik aja, terus gue cabut pulang ke rumah, dan gak nemenin dia sampai pulang ke rumah," jelas Ryan panjang lebar kepada kakak Raina.

"Jadi, gue gak tau persis kecelakaanya kayak apa. Gue minta maaf juga, Bang. Baru ngabarin elo hari ini, gue kemarin khawatir banget, jadi gue gak bisa mikir apapun selain keadaan Raina."

"Iya gapapa, Yan. Gue ngerti. Makasih juga udah jagain Raina," balas Pras. "BTW, lo tau gak siapa yang udah nabrak Raina?"

"Kalau itu gue gak tahu, Bang. Dia enggak kasih identitas dirinya. Tapi, dia tanggung jawab sama apa yang dia lakuin kok, Bang.
Kemarin gue dikasih tahu sama dokter yang menangani Raina. Waktu Raina hampir kehabisan darah dan berhubung stok darah AB kosong di rumah sakit ini. Pelaku yang nabrak Raina itu donorin darah buat Raina."

"Asal Raina gapapa, gue sih gak permasalahin siapa yang nabrak. Tapi, kalau keadaan Raina memburuk, gue bakal cari dan kasih perhitungan sama dia," balas Pras tak main-main dengan ucapannya.

Setelah beberapa menit Nesya masuk ke dalam ruangan ICU, akhirnya ia keluar dengan mata sembap seperti habis menangis.

"Yan, makasih ya, udah jagain anak tante, Raina. Kamu pulang aja, Yan. Gantian tante jagain Raina disini," ujar Nesya.

"Gapapa, tan. Ryan masih pengin jagain Raina disini."

"Udah, elo pulang aja dulu. Gampang nanti bisa kesini lagi. Muka lo udah ga berbentuk tau, Yan. Benerin dulu sana! kalau udah bener nanti kesini lagi," ledek Pras kepada sahabat adiknya itu.

"Iya deh, Bang." Kemudian Ryan berpamitan kepada Nesya seraya mencium punggung tangan milik wanita paruh baya itu. "Tan, Ryan pulang dulu ya."

"Iya, hati-hati di jalan ya, Yan."

"Iya, Tan."

***
Jangan lupa Vote, Komen, dan Share cerita ini kalau kamu suka yak :)
Follback?Feedback? DM aja skuyy!!!

EXTRAS IN YOUR HEART (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang