Hiroshi masih ingat betul siapa wanita yang ia interview sebulan lalu saat perusahaannya mengadakan interview tes pegawai baru. Dari 20 pelamar yang beruntung ikut wawancara perusahaan mabel di Kota Kobe, Prefektur Hyogo itu, ada satu nama yang menarik baginya, Misako Ishida. Nama itu masih terniang di kepalanya hingga detik ini, bukan karena Misako telah membuat masalah di bulan pertama ia bekerja, bukan juga karena hasil kerjanya yang memuaskan tapi karena....
Kedua mata tajam Hiroshi menatap lurus pada kertas laporan hasil penjualan bulan ini dari departemen marketing. Senyumnya sedikit menungging di sudut bibirnya yang tipis.
Gara-gara nama Misako Ishida, belakangan ini ia sering senyum-senyum di ruangan kerjanya yang berukuran empat meter kali sepuluh meter. Hal lucu apakah yang telah diperbuat karyawan barunya yang ceria itu hingga membuat Hiroshi senyum-senyum sendiri? Apakah itu adalah hal yang menggelikan dan memalukan? Jelas hampir tidak ada, kalau pun ada hanyalah kejadian lucu karena sifat Misako yang sedikit ceroboh.
Kecerobohan Misako yang paling diingat Hiroshi adalah ketika dengan tak sengaja Misako menumpahkan kopi hangat di kemejanya saat mereka akan mengikuti rapat departemen keuangan. Misako yang tidak hati-hati saat membawa banyak berkas berkas dan segelas kopi di tumbler. Saat itu tentu saja Hiroshi kesal, ketidakbersihan adalah salahsatu hal yang ia tidak suka.
Misako mengeluarkan sebuah sapu tangan miliknya "Maafkan saya, Hayata-san." kata Misako dengan nada panik dan tidak enak. Dari raut wajahnya terpancar jelas ketakutan dan kecemasan, Misako mencoba membersihkan tumpahan kopi di kemeja Hiroshi dengan sapu tangan miliknya. "Biar saya bersihkan."
Hiroshi masih menatap agak kesal, ia menahan tangan Misako dengan memegangnya.
"Sudahlah, tidak usah. Sampai sapu tanganmu menipis pun noda ini tidak akan hilang." katanya dengan kesal. Hiroshi mengambil sapu tangan milik Misako itu.
"Maafkan saya." permintaan maaf Misako terulang lagi, wajahnya murung seperti seekor kucing yang tidak diberi makan, kedua bibirnya sedikit naik, dan kedua kelopak matanya agak turun. Kemudian lewatlah beberapa karyawan yang akan mengikuti rapat. Hiroshi memanggil mereka.
"Hei kalian." panggil Hiroshi, keempat karyawan itu menoleh padanya, termasuk itu salahsatu desainer terbaik perusahaan ini, si cuek Seichiro Kitamura. Pria tampan berkemeja merah tua dan kaos cokelat itu menghentikan langkahnya. Seichiro menoleh pada kedua orang yang tengah berurusan sangat penting itu. Pandangan Seichiro bergilir mulai dari arah Misako dan Hiroshi. Terlebih pada noda kopi yang tampak jelas di kemeja Hiroshi.
"Ada apa, Hayata-san?" Seichiro mendekati mereka berdua, berdiri di antara Misako dan Hiroshi.
"Tolong bantu dia membawa berkas-berkas itu." ucap Seichiro dengan nada tidak memerintah. Seichiro lantas menoleh pada barang bawaan Misako yang sebagian sudah tercecer di lantai, pasti sudah terjadi sebuah insiden di sini. Hiroshi meninggalkan Misako dan Hiroshi, ia berlalu dan masuk ke ruang rapat.
"Baiklah." Seichiro menuruti perintah atasannya itu dan membantu teman masa kuliah itu membereskan dan membawa berkas-berkas untuh bahan rapat mereka hari ini.
"Apakah ada yang terjadi barusan?" tanya Seichiro yang membereskan buku-buku tebal laporan keuangan. Suaranya sedikit berbisik, dan terdengar sedikit berat. Tatapan mata kedua bertemu, Misako tersenyum simpul sambil terus membereskan barang bawaannya.
"Aku tak sengaja menumpahkan kopi di bajunya." jawab Misako sambil berdiri.
"Ish kau ini, sudah membuat kesalahan di minggu kedua kau bekerja. Dan itu pada seorang kepala departemen." kata Seichiro sambil mengelus pelan rambut Misako. Misako tersenyum malu.
"Terima kasih ya, Sei-chan!" ucap Misako, ia kemudian berjalan masuk ke dalam ruang rapat, Seichiro mengikutinya dari belakang.
♥♥♥
YOU ARE READING
Untitled Feeling
RomanceMisako Ishida, seorang pegawai kantoran biasa, hidup dengan sederhana dan pas-pasan di sebuah apartemen kecil. Misako bekerja di bagian administrasi akuntansi di sebuah perusahaan mabel. Di tempat kerjanya ia ditaksir diam-diam oleh senior sekaligus...