Musim semi tahun ini menjadi musim semi terindah bagi Misako. Bagaimana tidak, wanita mana yang tidak bahagia ketika diajak serius untuk menikah dengan pasangannya. Misako menikmati hari ini dengan perasaan berbunga-bunga, bahagia yang tak terbendung. Keceriaannya hari ini bertambah seratus persen karena ajakan menikah Seichiro tadi malam, ya walaupun ia belum memberikan jawaban.
Misako masih sibuk seperti hari-hari biasa, mengetik file-file penting di laptop, memoto kopi berkas penting, mengantarkan berkas penting dari satu meja ke meja lain bahkan ke departemen lain. Hampir tidak ada yang mampu merusak mood-nya hari ini, inilah salahsatu kekuatan dan keajaiban cinta. Hampir semua orang yang ditemuinya ia sapa dengan manis dan ramah, lebih ramah dari biasa hingga membuat semua orang terheran-heran.
Misako baru saja menyelesaikan laporan awalnya mengenai proyek universitas, satu bundle berkas yang terdiri dari lima puluh halaman yang sudah diketik rapi dan sesuai standar. Dengan hati yang bahagia ia mengetuk pintu ruangan Hiroshi, ia melihat Hiroshi sedang berbincang dengan seorang staff dari departemen marketing. Misako masuk dan duduk menunggu di sebuah sofa yang tidak begitu jauh dari meja kerja Hiroshi.
Hiroshi sesekali mencuri pandang pada Misako, tampak baginya Misako yang tengah bahagia. Lima menit kemudian, setelah si tamu selesai dengan urusannya, dan keluar dari ruangan itu, Hiroshi mempersilahkan Misako untuk duduk.
"Selamat pagi, bos. Apakah anda ingin minum kopi pagi ini?" kata Misako yang dengan tiba-tiba menawarkan Hiroshi meminum kopi buatannya pagi ini. Hiroshi memperhatikannya sembari menahan tawa dan heran, tumben sekali Misako menawarinya, biasanya ia akan pertama kali menyuruh Misako membuatkannya. Senyum Misako begitu lebar dan merekah indah.
"Boleh." jawab Hiroshi mengangguk pelan.
"Baiklah. Tunggu sebentar ya." Misako mengucapkannya dengan riang dan meletakan bundle yang dibawanya di meja Hiroshi. Dengan segera Misako bergegas keluar menuju pantry departemen untuk membuat segelas kopi kesukaan Hiroshi.
"Dia tampak lebih ceria ya hari ini." ujar Aiko yang duduk di mejanya, melirik Hiroshi yang menoleh ke arahnya. Tak lama Misako kembali membawakan kopi kesukaan Hiroshi di dalam sebuah tumbler warna oranye pucat, ia meletakannya dengan sopan di meja Hiroshi.
"Selamat menikmati, bos." kata Misako dengan senyuma lebarnya, ia duduk kembali di kursi yang tadi ia tempati. Binar-binar kebahagiaan tak pudar dari pandangan dan matanya, ada sebuah pelangi cantik yang memancar dari kedua matanya. Hatinya sangat bahagia, dan Hiroshi bisa mengetahuinya.
"Ow! Sepertinya kau sedang berbahagia hari ini." kata Hiroshi yang mengambil bundle berkas hantaran Misako, membuka beberapa halaman pertama. "Kau sudah menyelesaikan semua laporanmu ya? atau kau mendengar desas-desus kenaikan gaji dari departemen manajemen?" Hiroshi menebak-nebak, ia membaca sekilas halaman yang ia buka, kemudian menatap Misako lagi.
"Bukan karena itu." senyum Misako masih mengembang. Hiroshi teringat sesuatu, ia membuka laci mejanya, mengambil berkas laporan Misako kemarin. Hiroshi menaruhnya di sebelah laptopnya.
"Apapun itu yang membuatmu bahagia, aku juga bahagia." ucap Hiroshi agak keceplosan, Aiko tersenyum sendiri mendengarnya. Misako memperhatikannya dengan heran, apa maksudmu tadi? Tersadar keceplosan, Hiroshi tampak malu. "...karena itu tidak mengganggu kinerjamu di kantor. Hehehe." sambungnya. Keduanya tertawa garing.
"Apakah laporanku kemarin ada kesalahan bos?"
Hiroshi menggeleng.
"Tidak ada. Yang ini akan ku baca dulu ya." kata Hiroshi sambil berdiri dari duduknya dengan membawa buku catatan dan tumbler berisi kopi, Misako juga ikut berdiri. Hiroshi berjalan ke arah pintu ruangannya.
YOU ARE READING
Untitled Feeling
RomanceMisako Ishida, seorang pegawai kantoran biasa, hidup dengan sederhana dan pas-pasan di sebuah apartemen kecil. Misako bekerja di bagian administrasi akuntansi di sebuah perusahaan mabel. Di tempat kerjanya ia ditaksir diam-diam oleh senior sekaligus...