2. In This Time

2 0 0
                                    

3 tahun berlalu.

Semuanya tetap sama, tiada yang berubah. Kekaguman dan kesukaan Hiroshi pada anak buahnya, Misaki Ishida tak berkurang sedikit pun. Jika banyak orang bilang waktu yang mampu merubah segalanya, kali ini tidak berlaku bagi Hiroshi, hanya sedikit perubahan saja yaitu rasa kekaguman dan sukanya semakin menjadi. Hiroshi memutuskan untuk tetap diam, ia tak punya cukup nyali untuk mengatakan perasaanya pada sasaran karena situasinya sekarang adalah Misako sudah memiliki kekasih. Pria beruntung yang mendapatkan hati wanita pujaan sang kepala departemen adalah Seichiro Kitamura.

Hiroshi sudah menduga sejak ia menyaksikan kejadian malam itu. Sejak itu isi kepalanya diisi oleh berbagai macam dugaan dan tebakan tentang hubungan dua manusia itu. Tuhan seolah memberitahukan pada Hiroshi mengenai status hubungan mereka, setelah kejadian itu ia semakin sering melihat kedekataan Misako dan Seichiro.

Apakah karena Misako dan Seichiro berpacaran lantas Hiroshi menyerah akan perasaannya? Oh tidak, tentu tidak. Mencintai seseorang tidak harus selalu terang-terangan di depan semua orang dan mendapat pengakuan. Dalam diam pun mencintai seseorang juga sah, terlebih ditambah dengan kau selalu selipkan namanya di setiap doa dan pengharapan baikmu.

Untungnya hubungan pertemanan dan pekerjaan antara Hiroshi dan Misako semakin baik, perlahan Misako menjadi teman dekat Hiroshi yang terbilang tidak memilik banyak teman. Mereka berdua saling menyemangati dan memberi dukungan, terlebih Misako yang selalu memberi semangat pada Hiroshi dengan sikapnya yang sangat ceria. Misako tak pernah lupa mengingatkan bosnya itu untuk selalu tersenyum, hampir setiap hari jika Misako mendapati Hiroshi yang mulai stress dan cemberut karena tuntutan pekerjaan mereka maka dengan suka rela ia akan mengingatkan Hiroshi untuk tersenyum.

Pernah sekali, Misako meletakkan kedua tangannya di pipi Hiroshi yang agak tirus, ini pertama kalinya ia menyentuh pipi pria yang kaku itu, halus namun kaku karena jarang tersenyum. Misako tanpa takut dan ragu menarik kedua sudut bibir Hiroshi, memaksa pria berambut poni bergelombang itu untuk tersenyum seusai rapat direksi.

Hiroshi tak nyaman dengan itu "Apa yang kau lakukan?" pipinya masih tertahan.

"Aku sudah bilang, jangan lupa tersenyum!" kata Misako. Hiroshi mencoba tersenyum tanpa dipaksa, perlahan binar matanya berubah karena senang Misako berusaha menghiburnya, ia tersenyum dengan sendirinya.

"Kau menyuruhku tersenyum di saat seperti ini?" ledek Hiroshi yang melepaskan tangan Misako dari wajahnya.

"Nah! Lihat! Kau sangat tampan dan hidup sekarang." ujar Misako tersenyum lebar sangat senang ketika melihat bosnya yang kaku itu tersenyum, ia menepuk pelan lengan Hiroshi. Hiroshi memperhatikan tangan Misako yang pertama kali menyentuh lengannya. Ya Dewa! Aku bahagia sekali Misako memujiku, jerit Hiroshi dalam hati.

Hiroshi tersenyum "Sudah sana kembali bekerja. Cepat selesaikan laporan balancing." kata Hiroshi.

"Baik bos!!" jawab Misako bersemangat, kemudian berbalik badan berjalan lebih dulu di depan Hiroshi, bergegas kembali ke ruangannya.

Cahaya matahari pagi perlahan menyinari apartemen Hiroshi dari cela kain hordeng yang tipis. Hiroshi sudah membuka kain hordeng yang tebal sesaat setelah ia terjaga dari tidur. Hal pertama yang ia lakukan setelah itu adalah pergi ke teras apartemennya untuk menghirup udara segar kota Kobe, kota pelabuhan yang indah ini. Langit belum begitu tampak cerah, sinar matahari masih belum sepenuhnya menyinari dunia. Hiroshi melakukan sedikit olahraga sederhana dengan pemanasan dan peregangan otot. Terakhir ia memautkan kedua telapak tangannya dan menarik kedua tangannya ke atas.

Di hadapannnya terbentang dari kejauhan pemandangan laut indah yang sudah terlalu sering ia lihat setiap hari. Tampak juga di pelabuhan itu, tempat wisata yang paling terkenal di kota ini, Kobe Harbor Land. Hiroshi pernah beberapa kali ke sana, namun tidak sering hanya sekedar untuk jalan-jalan dan refresing. Terlihat juga dari kejauhan wahana ferris wheel. Tempat itu tampak sepi di pagi hari, hanya tampak beberapa kapal yang lalu lalang.

Untitled FeelingWhere stories live. Discover now