Bukan Misako namanya jika betah berlama-lama berada di atas tempat tidur. Ini adalah hari ke lima ia dirawat di rumah sakit, hari ini ia sudah melepas penyangga lehernya, punggung dan pinggangnya perlahan sudah bisa digerakan. Rahangnya juga sudah berfungsi normal, kini ia pun kembali menjadi Misako yang cerewet.
Hanya satu benda yang belum ia lepaskan, sangat sulit melepas benda yang satu ini, cincin pertunangan dari mendiang Seichiro. Sesekali ia termenung menatap cincin itu, hatinya masih sakit jika harus mengingat bagaimana Seichiro mengajaknya untuk menikah malam itu dan bagaimana Seichiro meninggalkannya dengan sekejap mata, selamanya.
Misako perlahan turun dari tempat tidurnya dibantu oleh seorang perawat, kemudian duduk di sebuah kursi roda yang sudah disediakan. Kursi roda berfungsi sebagai pengganti tugas kedua kakinya untuk sementara, dokter mengatakan jika kedua kaki Misako mengalami kelumpuhan sementara karena trauma kecelakaan. Dokter menyarankan agar Misako perlahan dan rutin melatih kakinya dengan kembali belajar berjalan.
Sore ini dengan semangat Misako menjalani latihannya. Ia enggan jika perawat mendorongkan kursi rodanya karena ia ingin melatih kedua tangannya. Lalu kemana Hiroshi? Hiroshi sedang bekerja seperti biasa, sebelum ia berangkat ke kantor ia selalu menyemangati Misako di pagi hari dan menitipkan Misako pada perawat. Setiap pagi pula Misako berkata ia sangat ingin kembali bekerja, bahkan ia meminta bosnya itu membawakannya laptop untuk mengerjakan laporan-laporan yang tertunda diselesaikan.
"Boleh ya bos?" kata Misako dengan senyumnya sambil menggerak-gerakan kedua alis matanya. Hiroshi menahan tawa. "Aku bosan jika berdiam diri selama di sini." tambahnya memberikan alasan.
"Tidak boleh." jawab Hiroshi dengan sedikit menekankan kalimatnya. "Kau harus istirahat dan menjalani pengobatan serta terapi dengan total." senyumnya. Misako tak bisa membujuk lagi, senyuman manis Hiroshi sudah membuatnya kenyang untuk berdebat. Selama menjagainya di rumah sakit, Hiroshi sering tersenyum, mungkin karena ingin memberikan semangat dan energi positif padanya agar cepat sembuh.
"Baiklah bos. Ohya jangan lupa tersenyum di kantor." ucap Misako mengingatkan. Hiroshi hanya mengiyakan dan tersenyum padanya.
Kedua tangan Misako berpegang pada besi pegangan di sebelahnya, dengan hat-hati ia menginjakan kedua kakinya ke lantai karena sangat terasa sakit pada persendian kakinya terutama pada lutut dan mata kaki. Di belakangnya ada seorang terapis yang siap siaga menjaganya dari belakang kalau-kalau tiba-tiba ia terjatuh. Langkah demi langkah baru ia jejakan di matras demi memulai kembali kehidupannya, memang sakit tapi ini adalah sebuah proses yang harus ia lewati.
Hari ini Hiroshi pulang lebih cepat dari biasanya, ia sudah menyelesaikan pekerjaannya hingga pukul lima sore, semua berkas pengajuan sudah ia tanda tangani, dan semua berkas yang sudah ia revisi telah ia kembalikan pada karyawan yang bersangkutan. Semua rapat kecil dan besar juga sudah ia ikuti dengan baik. Hiroshi bersiap untuk kembali pulang apartemennya sebelum ke rumah sakit.
"Bagaimana keadaan Misako, bos?" tanya Jun dan beberapa karyawan lain saat mereka berada di dalam lift yang sama.
"Keadaannya mulai membaik, banyak kemajuan karena semangatnya untuk sembuh sangat luar biasa." jawab Hiroshi bangga. Semuanya mengangguk.
"Itu karena bos ada bersamanya, ia tidak sendirian dan merasa masih ada yang peduli padanya." sahut Maeda senang.
"Keluarganya masih belum ada yang menemuinya ya, bos?" tanya Michiko penasaran. Hiroshi sedih jika mengingat hal ini, keluarga Misako yang sangat cuek pada keadaanya.
"Sayangnya belum, sampai detik ini kita belum temukan kontaknya." jawab Hiroshi sedih.
"Kehidupannya sulit, ia termasuk manusia tangguh bisa bertahan hingga sekarang dengan segala ujian yang ada." puji Maeda lagi, ia menghembuskan nafasnya diujung kalimat. Maeda tahu betul bagaimana perjalanan hidup teman kerjanya itu.
YOU ARE READING
Untitled Feeling
RomanceMisako Ishida, seorang pegawai kantoran biasa, hidup dengan sederhana dan pas-pasan di sebuah apartemen kecil. Misako bekerja di bagian administrasi akuntansi di sebuah perusahaan mabel. Di tempat kerjanya ia ditaksir diam-diam oleh senior sekaligus...