❤ Kutukan Berakhir ❤

3.1K 536 93
                                    

.

.

.

.

.

Happy Reading

.

.

.

.

.



Hari ke-25  setelah pertemuan pertama Alec dan Aria







Alec berdiri di tepian danau, menatap sosok berpakaian putih-putih yang kini menapak di atas permukaan air danau tersebut.

Sosok Aria Edward tak hanya misterius di matanya, tapi penuh daya tarik dan keajaiban. Dia bukan seorang peri, tapi dunia seketika akan berwarna-warni hanya dengan sentuhan ujung jari-jarinya, Alec sering menyaksikan itu dengan matanya sendiri.



Aria itu penuh keajaiban ....

Bagaimana tatapan matanya mampu membuat Alec melupakan segala keresahan hatinya. Bagaimana tutur lembutnya mampu membuat Alec seperti terlarut dalam alunan lagu nan lembut.


Aria, sebuah nama dengan banyak makna. Ia berarti seekor singa, berarti udara atau bisa juga berarti alunan musik yang lembut. Bagi Alec, semua makna dari nama Aria itu ada pada sosok yang saat ini sedang melayang di atas air danau sana.


Aria memiliki kekuatan seekor singa, Alec pernah melihatnya berlari menuruni bukit menuju tepian danau hanya dalam hitungan detik, Alec pernah melihat bagaimana ia menghalau mendung dan menghadirkan jutaan kerlip bintang di angkasa.

Alec selalu merasa butuh Aria, seperti ia butuh udara untuk bernapas. Alec butuh Aria untuk tetap bertahan hidup, ia sendiri tak pernah menyadari itu sampai kebersamaannya dan Helena membuatnya menyadari satu hal, satu minggu tak bertemu Aria, ia seperti orang yang hidup di ruang hampa udara, dadanya sesak dan ia seperti mengambang di permukaan, hidupnya seakan tak nyata.

Alec butuh Aria, butuh suara sehalus melodi paling indah di dunia itu. Ia butuh Aria sebagai penyeimbang jiwanya.

Tapi pengakuan Aria beberapa detik yang lalu telah meruntuhkan dunianya. Membuat Alec tak tahu harus berkata apa dan itu terlalu banyak untuknya.

"Apa kau masih tak percaya jika aku bukan manusia, Alec?" Aria bertanya, pria cantik itu kini tepat berada di depannya, melayang di atas permukaan danau.

"Aku bukan seorang manusia sepertimu ...."


"Aku siluman, Alec!" Aria kini melayang menjauhinya, ia merentangkan kedua tangannya dan seketika air danau bergejolak. Alec menahan napasnya.

"Aku bisa memanipulasi pandangan mata semua orang, Alec!" Aria berseru, kini kedua tangan terentangnya terangkat melampaui kepalanya, bersamaan itu jutaan kerlip seperti cahaya kunang-kunang berpendar di sekitarnya.

"Aku bisa memanipulasi pikiran siapa saja!"

"Siapa saja Alec, kecuali kau dan orang-orang yang berhubungan denganmu!"




Aria kini melayang ke arah sisi seberang danau, merentangkan tangannya dan mengubah hutan di sana menjadi sebuah lapangan dengan kobaran api.





The Prince And The Swan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang