[1] Miss Dating

2.1K 244 734
                                    

(Heartbreaker Girl--5 Seconds of Summer)


Sudah dua jam Alta mematut diri di depan cermin. Make up tipis dan lipstik warna peach selesai dipoles satu jam yang lalu. Dengan rincian, lima belas menit make up, lima belas menit memilih warna lipstik, setengah jam berkutat menutupi jerawat yang mendadak muncul tadi pagi. Satu jam sisanya digunakan untuk memilih baju yang sampai sekarang belum pas, menurutnya. Belum lagi dia harus memilih aksesoris, tas dan sepatu.

Alta mengacak rambut sebahu yang sudah di-blow-nya dengan frustasi. Dia menoleh ke jam beker di atas nakas. Lima belas menit lagi jemputannya tiba. Alta menggigiti bibir tipisnya ragu, "Nicky atau Jovan, ya?" Sambil mengusap-usap pipi dia melongok notes di sampingnya lalu nyengir lebar. "Heheheh... bukan. Ternyata Abim. Nicky kan udah ilfeelsama gue. Kalau Jovan..." Alta garuk-garuk kepala, "Kita udah putus kan ya?"

Lima belas menit lewat begitu saja karena Alta melamun. Kakinya mengentak-entak kesal. "Kudu pakai apa ini?! Arrgghh..."

Ponsel Alta bergetar. Pesan dari Abim. 'Ta, gue udah sampai. Gue tunggu di lobi ya."

Mati gue! Batin Alta. Alih-alih membalas, Alta malah menekan speed dial ke nomor Ryandra.

"Lagi ngapain sih lo?" sambar Alta tak sabar. Panggilan kelima dan Ryandra baru mengangkat telpon.

"Hah? Buat ap—" Alta buru-buru menganulir pertanyaannya. Bukan saatnya menyahuti jawaban konyol Ryandra. "Lo di mana?"

"Emang cowok jomblo kayak gue bisa ke mana malam minggu begini selain meringkuk mengenaskan di pojokan kamar kost?"

"Ya udah, gue ke sana." Alta buru-buru akan menutup telpon tapi Ryandra mencegah.

"Iya, tapi gue bingung mau pakai baju yang mana lagi. Semua udah pernah dipake dating," suara Alta memelas.

Ryandra memutar bola mata. Ekspresi yang jelas-jelas tidak bisa dilihat Alta. "Ya udah sih, lo kan baru sekali jalan sama Dito. Nggak bakal ngehdia."

"Dito?" Alis Alta terangkat. Dia menjauhkan ponsel dari telinga. Sebuah pesan masuk dari Dito membuat bibirnya menganga.

"Gue ke tempat lo sekarang, Ry!" potong Alta. Telpon ditutup dan jantung Alta berdentam-dentam. Berulang dia merapal kata sialan.

Alta mencomot baju yang paling mudah dijangkaunya. Diambilnya dompet dan kunci mobil buru-buru. Tepat begitu pintu lift terbuka, mata Alta menangkap sosok Dito berdiri di lobi. Sial! Alta memutar badan dan mengendap di belakang orang yang satu lift dengannya tadi. Sambil menahan jantungnya yang melompat dan bersalto, Alta melenggang ke luar lobi apartemen.

"Alta?"

Panggilan itu terdengar ketika Alta baru selangkah keluar lobi. Tanpa berani menoleh, Alta berlari kencang menuju tempatnya memarkir mobil. Jantungnya nyaris copot begitu sukses mencapai mobil. Mulutnya komat-kamit mengutuki kebodohannya sendiri sambil melajukan mobil sebelum Dito berhasil mengejarnya.

oOo

From Mamah

'Udah Mamah transfer ya, uang bulanan kamu.Kade kedah diajar sing junun.'

Ryandra menatap pesan itu lama. Cowok itu mengatupkan rahang. Matanya belum bisa beranjak dari pesan itu, tapi tidak ada kalimat lain yang diucapkan ibunya.

Rasa getir menyelusup samar dan perlahan di dada Ryandra. Dia tidak nyaman dengan kenyataan bahwa dia masih bergantung pada nafkah ibunya. Sebagai seorang single parents, membiayai kuliah tidaklah mudah. Ryandra pernah ingin berhenti, tapi ibunya menentang keras. Jadi satu-satunya yang bisa dia lakukan adalah selekasnya lulus dan bekerja dengan benar. Fokus Ryandra, FOKUS!

Ryandra mungkin masih akan menatapi layar ponselnya lebih lama jika tidak ada panggilan masuk ke ponselnya. Dari Alta. Cewek itu sudah menunggu di pintu depan.

"Beneran ke sini lo?" kata Ryandra begitu menemukan Alta di balik pintu ruang tamu kosnya. Tangannya berlipat di dada. Kepalanya menggeleng-geleng sambil berdecak. Diamati sahabatnya itu dari ujung ke ujung. Rambut sebahunya tampak stylish, meski kalau biasa saja juga tetap bagus. Potongannya cocok untuk wajah oval Alta. Mata bulatnya selalu berbinar. Alta tidak punya hidung yang kelewat mancung. Kulit putih bersih membuat dia cocok mengenakan baju warna apapun.

"Yang bener aja, masa batal datinggara-gara bingung milih baju. Giliran jalan sama gue, baju bekas lap dipakai juga."

Ryandra mendesah. Ini bukan kali pertama Alta membatalkan kencan karena alasan remeh-temeh. Pernah gara-gara alisnya kurang rapi, ilfeel karena cowoknya pakai celana pendek, atau karena Titanic akan ditayangkan ulang di TV. Alta memang cakep, tapi selain menyebalkan, dia juga agak kurang beres otaknya.

"Lagi gue pikirin," jawab Alta ketus. Sebal dia capek berdiri tapi tidak kunjung dipersilahkan masuk.

Alta manyun. Ryandra memang menyebalkan. Jika kebanyakan cowok mengantri untuk bisa jalan bareng dirinya, Ryandra berbeda. Meliriknya saja tidak. Hebatnya lagi, Ryandra juga tidak mudah ilfeel. Padahal,banyak cowok akhirnya mundur teratur mengetahui betapa 'ajaib'-nya Alta. "Kencan sama lo adalah hal terakhir yang gue pikirkan setelah negara api menyerang," balas Alta tak mau kalah.

Sudut bibir Ryandra mencebik. "Ya udah, buruan. Gue lagi sibuk." Tanpa menunggu respon, dia menarik tangan Alta masuk. Percuma mengusir Alta, otak cewek ini terlalu 'ajaib' sampai tidak paham kalau kehadirannya tidak diinginkan. Mungkin justru itulah yang membuat keduanya cocok. Ryandra yang seenaknya dan Alta pemilik 'otak ajaib' yang tidak peka.

"Eh?" Alta melintasi deretan kamar kos yang tertutup rapat. "Pada ke mana?"

"Yang punya pacar jelas malam mingguanlah. Kalau yang jomblo laknat, tuh lagi pada nge-game." Ryandra menunjuk kamar pojok yang pintunya terbuka dan berisik.

"Kalau lo masuk golongan yang mana?" Alta mengekori Ryandra ke kamar cowok itu. Begitu pintu dibuka, Alta langsung melompat masuk dan menjatuhkan diri ke mung beandi sudut kamar.

Ryandra memutar bola mata. Mung bean itu seperti singgasana bagi Alta setiap kali cewek itu menjajah kamarnya. Cowok itu memunguti buku-buku yang tersebar di dekat Alta. Bukan supaya Alta lebih nyaman, tapi supaya cewek itu tidak mengacak-acaknya.

Untuk ukuran cowok, kamar Ryandra termasuk rapi. Tidak ada benda-benda berserakan kecuali buku. Selimut di atas tempat tidur selalu terlipat dengan rapi. Lemari, meja belajar, rak buku yang menempel pada dinding, semua tertata dengan baik. Termasuk kamar mandinya.

"Golongan orang-orang beriman yang sering diganggu setan!" Ryandra melepaskan tangan Alta dan mengacungkan telunjukkan pada hidung cewek itu.

Alta cengengesan. "Gue nggak takut setan, Ry. Kan, ada lo." Dia tahu Ryandra sedang sibuk mengejar skripsi, tapi cewek itu tetap saja datang merusuh. "Gue janji nggak ganggu. Kerjain! Kerjain! Ryandra semangat!" Alta mengepalkan tangan ke udara.

"Gue janji diem, anteng di pojokan, kalau dibikinin mie instan pakai telor ya, Ry. Kasih cabai dua juga boleh. Ada kornet? Oke juga tuh."

oOo


Belajar baik-baik biar sukses.


Aya's note

Hai gais aku lagi iseng

Yang bilang cowoknya galak (lagi lagi) minta aku lempar ke kandang gorila

Love Aya

A Fault in Our Love (exclusive on Gramedia Digital)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang