Iris semakin merapatkan jaket, ketika dilihatnya Freya tengah bergerombol dengan genknya di salah satu meja kantin. Matanya terus menatap kearah lantai tanpa berani untuk sekalipun mengangkat. Jangan sampai dirinya menarik perhatian Freya.
Namun, keberuntungan sedang tidak berpihak padanya.
"Hey, Iris" kaki Iris otomatis berhenti. Dia memejamkan mata, menarik napas lalu mengeluarkannya. Lalu terbuka dan memandang ke arah Freya. Iris tersenyum kecil.
Freya, cewek itu menyeringai, wajahnya penuh kejahilan dan selalu seperti itu. Meremehkan.
"Kemarilah"
Iris tidak ingin mencari masalah lagi, karena dia mengabaikan Freya. Dan, ya, kakinya melangkah ke arah kerumunan itu dengan hati berat. Ingin sekali dia mengatakan, "Maaf, tapi aku tidak mau membuang waktu dengan berurusan denganmu." tapi tak pernah ia ucapankan. Terlalu takut dirinya bakal ditemukan orang penuh cakaran di toilet, dengan posisi sekarat.
"Ada apa?" Freya melompat dari duduknya di atas meja. High heels yang dipakainya secara otomatis membuatnya lebih tinggi dari Iris, yang mana cewek berambut sebahu itu hanya menggunakan sepatu boots coklat. Dan jujur saja, Iris sedikit terintimidasi.
"Kamu tahu.. ah, aku tidak ingin berbasa-basi saat ini."
Jadi kamu sekarang nggak berbasa-basi, hah?
"Oke"
"Sebenarnya.. –oh, shit– musim panas minggu depan, aku akan mengadakan kemah. Dan apa kamu tahu? William akan ikut bersama kita? Dia–"
"Tunggu.. kita?"
Freya tertawa, "Oh, ya. Tentu. Tentu aku mengatakan ini karena aku ingin mengajakmu untuk kemah minggu depan."
"Apa?" Suaranya tercekat. Sungguh, tidak mungkin Freya mengajaknya dengan alasan karena mereka berteman. Atau, permainan maaf. Jelas tidak mungkin. Iris yakin ada maksud tersembunyi di balik permintaan Freya.
"Jadi, kamu ada acara?"
"A-aku.. "
"Tidak bukan? Jadi, aku akan mengabarimu lagi."
Setelah mengatakan itu, Freya kembali ke teman-temannya. Mereka membicarakan sesuatu dengan sangat heboh.
Tidak mungkin
Iris masih berdiri terpaku. Merasa begitu bodoh untuk tidak menolak permintaan Freya. Karen, sungguh, mereka bukan teman.
✶
At home"IRIS! IRIS! IRIS!" Suara teriakan menjengkelkan membuat Iris terpaksa berlarian dengan cepat menaiki tangga. Dia baru saja menamatkan menaman satu bunga mawar hasil stek yang ia lakukan. Jantungnya berdebar secepat ia berlari.
Dibukanya pintu kamar asal suara berasal. Barang-barang berserakan di mana-mana. Baju-baju miliknya hampir seluruhnya keluar dari lemari. Laci terbuka dengan barang-barangnya berceceran di mana-mana. Dan, yang paling membuatnya terkejut adalah novel-novelnya yang ikut berserakan.
Seorang cewek berdiri dengan tangan menyilang. Rambut yang panjang miliknya diikat tinggi. Tetap membiarkan beberapa helai keluar. Matanya menyipit tajam melihat Iris.
"Ada apa?" tanya Iris padanya.
"Di mana syal merah milikku?"
"Aku tidak memakainya"
"LALU KEMANA?"
Iris menelan ludah dengan susah payah. Tangannya terasa dingin. Walaupun sudah berkali-kali berhadapan dengan situasi semacam ini, dia tetap tidak terbiasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASENA : She Wolf
WerewolfDaneiris Aku tak sepenuhnya sadar ketika melihatnya. Badanku seakan diseret secara paksa. Seluruh tubuhku rasanya mati rasa mendapati goresan-goresan yang diberikan ranting-ranting dan bebatuan. Leherku terapa perih, dan tak nyaman. Kepalaku terasa...