"Iris, apa kamu yakin?"
"A-aku.. aku yakin, Ayah"
Pria itu menatap putrinya dengan lembut. Kemudian kembali memeluknya dengan erat seakan tidak pernah bertemu lagi. Ya, memang berlebihan. Tapi itulah bentuk sayang Mr. Barney kepada putrinya.
"Oh, ayolah, Ayah. Teman-temanku sudah menunggu"
Suara interupsi terdengar. Mr. Barney mengakhiri pelukannya. Dia menoleh kepada Freya. "Jaga Iris, Freya. Kamu kakaknya di sini. Oke?"
"Tentu" Freya tersenyum manis.
"I love you, Mom" dipeluknya Samantha dengan erat. Kemudian Freya beralih memeluk Ayahnya.
"Bye, Dad."
"Jaga dirimu, Iris. Aku selalu menanti.. kepulanganmu"
Senyum dan tatapan yang diberikan Samantha padanya, kini Iris merasa takut. Jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya.
"Baiklah, kita pergi"
Freya mengalungkan tangannya ke leher Iris. Di tangan kedua cewek itu sebuah tas berisi keperluan untuk camping. Mereka berjalan menuju mobil Van yang sudah menunggu sedari tadi.
"Hai, akhirnya terbebas dari basa-basi perpisahan haha." Ucap Freya.
"Ya! Dan kita sudah mati kebiasaan."
Freya tertawa bersama teman-temannya.
"Bye, Mr. Barney. Bye, Mrs. Barney." Teriak Melody Kim dengan kepala yang menyembul keluar dari Van. Dia memberikan lambaian tangan pada kedua orang tua itu.
"Bye. Selamat bersenang-senang" balas Mrs. Barney tak kalah ramah. Senyuman terus tersungging.
Lalu Van melaju perlahan-lahan. Membelah jalan sempit perumahan yang nampak sepi. Jalan beraspal yang dipinggirnya penuh pepohonan.
"Hey, Will. Apa yang kamu lakukan?"
Suara Freya terdengar. Iris menoleh ke belakang dan melihat Freya dan William tengah sama-sama mengamati sesuatu di handphone milik William. Hanya Freya yang terus berbicara, sedangkan William hanya menanggapinya seadanya.
Tiba-tiba pandangan William beralih ke depan. Seakan tersadar tengah diperhatikan. Lalu pandangan mereka bertemu. Sontak Iris terkejut, dan segera mengalihkan pandangannya kembali ke depan. Dia sedikit gugup bertatapan secara langsung dengan William.
Iris kembali memperhatikan William melalui kaca depan. William sudah tidak lagi menatap ke depan. Sudah sibuk berbincang-bincang dengan William dengan Freya yang terus menempel.
Pipi Iris memanas mengingat betapa dirinya dulu sempat dekat dengan William. Sebelum Freya datang dan pindah ke sekolahnya, tentu saja. Dia dan William selalu duduk berdampingan jika mengambil kelas yang sama. Bertemu di kantin ketika mereka tidak satu kelas. Dan, saling bertukar pesan.
Namun sekarang tidak lagi. Dulu, semenjak Freya datang. Iris hanya ingin dekat dengan Freya. Mereka selalu bersama dan seiring berjalannya waktu, William terlupakan olehnya. Terlebih, Freya pernah mengatakan padanya kalau dia sedikit mengagumi William. Dan kemudian, tanpa Iris duga. Mereka ternyata sudah sangat dekat.
Iris menghela napas. Dia memandang pemandangan pegunungan dan hutan-hutan yang terlihat. Van telah keluar dari daerah perkotaan dan kini hanya hijau sejauh mata memandang. Sungguh pemandangan yang indah. Sudah lama dia keluar dan menikmati keindahan alam yang ada. Iris dan Ayahnya harus mengalah ketika mengetahui Freya dan ibunya lebih menyukai perkotaan daripada alam yang masih asri.
"Bagaimana menurutmu, Iris?"
Iris mengalihkan pandangannya dari luar, "Ya?"
"Pemandangannya, Iris" Ted tertawa di samping Iris. Cowok itu bertubuh kurus dengan kacamata kotak. Badannya gelap dan tidak berisik. Sama seperti Iris, sama-sama pendiam. Bedanya, ketika Ted sudah mengenal orang itu, dia sedikit lebih sering tertawa.
"Cukup memikat kurasa"
Ted tertawa, "Ya, dan kamu bakalan lebih terpikat setelah pegunungan itu"
Iris mengikuti pandangan Ted pada sebuah pegunungan yang berada di kiri jalan. Jalan yang dilaluinya menurun dan mengitari pegunungan yang dimaksud Ted. Matanya tak bisa lepas dari pemandangan alam yang luar biasa ini.
Di kanan jalanan beraspal, terdapat sebuah cekungan yang penuh dengan pepohonan memisahkan gunung yang dilaluinya dengan gunung yang ada di kanan. Sama-sama besar dan megah.
"Sedikit lagi, Iris."
"Jangan membuatku kecewa, Ted"
Ted kembali tertawa, "Tentu tidak akan. Aku berani pemandangannya tidak akan mengecewakan."
"Aku akan menuntutmu jika kamu berbohong"
Dan, tentu saja Ted tidak berbohong. Mata hijau milik Iris disajikan pemandangan pegunungan yang begitu indah. Sebuah lengkungan terbit di bibirnya. Tentu Iris tidak dapat menahan senyumannya.
Sebuah jalan lurus yang di kiri kanannya berbaris lurus pohon-pohon cemara. Dilatari pegunungan dengan pohon-pohon hijau yang menyelimutinya. Di permanis oleh cuaca yang begitu cerah. Awan putih yang muncul selembut kapas tanpa membuat sesak langit.
"Bagaimana?"
Iris menoleh kepada Ted. Dia tersenyum manis.
"Indah, Ted"
✶✶✶
Minggu, 19 April 2020 (11.03 PM)
KAMU SEDANG MEMBACA
ASENA : She Wolf
WerewolfDaneiris Aku tak sepenuhnya sadar ketika melihatnya. Badanku seakan diseret secara paksa. Seluruh tubuhku rasanya mati rasa mendapati goresan-goresan yang diberikan ranting-ranting dan bebatuan. Leherku terapa perih, dan tak nyaman. Kepalaku terasa...