dua bidadari

7.9K 51 2
                                    

Kami sampai dirumah satria. Rumah dia besar. Paling besar diantara kami berempat. Orang tua dia bekerja disebuah perusahaan milik negara jadi wajar saja jika dia termasuk orang yang berkecukupan.
"Darimana kalian. Udah ditungguin lama bener. Salah sendiri kan nih makananya udah habis dimakan robi"
Celetuk satria yang nyindir robi yang hobinya tukang makan.
" Iya kita tadi berhenti dulu. Ada kejadian tadi dijalan"
"Ohh. Tapi kalian gpp kan?"
"Tenang sob"
Akhirnya waktu kami habiskan main PlayStation bersama. Ya buat apa lagi. Kami berempat jomblo. Dan gapunya banyak teman. Alhasil kami slalu berempat. Kemana mana slalu bersama.
Waktu menunjukan pukul 7. Saatnya kita untuk pulang.
"Sat kita pulang dulu ya. Thanks nih"
Iya. Ati ati dijalan. Oh ya rob lu mau gua anterin?"
"Ya iyalah kalo gak. Ntar gua sama siapa?" Celetuk robi sambil sedikit marah.
" Ya kirain lo mau jalan kaki" satria sambil sedikit tertawa.
"Enak aja. Yok ah gass anterin"
"Siap"
Diperjalanan pulang gue dan Tino mampir ke supermarket untuk membeli minuman. Dan sekedar nongkrong didepan. Kebiasaan nebeng wifi milik toko hehe.
"Don noh lu liat tu ada siapa."
"Siapa no?"
Ternyata Dinda bidadari sekolah yang tengah lewat dihadapan kita.
"Eh btw dia kok sendirian ya?"
"Dia gak sendirian Don. Lu liat gak tu diseberang sana!" Sambil menunjuk arah seberang jalan.
"Oh iya ada risa juga. Tapi ngapain dia kesini?"
"Ini kan supermarket bego. Lu kira yang boleh kemari keturunan lu doang."
"Ets slow boss. Orang semarang. Slow"
Seketika gue teringat akan pemberian kakek tadi.
"Tin. Lu ingat gak sama sarung tangan dari kakek tadi?"
"Ingat. Emng kenapa?"
"Lu inget gak kata kakek itu soal sarung tangan itu?"
Inget. Emng kenapa sih?"
"Gimana kalo kita coba sekarang. Mumpung lagi ada mangsa."
"Ets dah lu masih percaya sama gituan?"
"Bukanya gitu bego. Kita kan bisa coba siapa tau emng beneran."
"Ayo" sahut tino.

Tak lama kemudia Dinda keluar dan kami pun mengikutinya. Kami mengikuti Dinda dan risa yang tengah berjalan menuju sebuah kompleks. Ya itu adalah kompleks rumah dari Dinda. Akhirnya setelah keadaan aman kami pun mendekati mereka berdua
"Hai dinda, risa. Apa kabar? Kenal kami gak?" Gue langsung basa basi
Dan langsung disenggol oleh tino
"Ngapain lo bilang begitu. Mana mungkin mereka kenal kita"
"Udah diem aja"
"Maaf siapa ya" Dinda
"Kenalin saya doni. Ini temen saya tino. Kami satu sekolahan sama kalian. Kita anak teknik mesin."
"Oh iya. Pantesan kaya pernah liat" dinda sambil memicingkan senyumanya yg buat meleleh.
"Btw kalian kesini ada apa?" Risa
"Kami cuman mau kenalan kok" tino
Gue pun mengambil sarung tangan itu ditas dan memakainya.
"Oh yaudah kami pulang dulu yah bye." Dinda
"Entar dulu. Kami mau salaman dulu hehe. Gpp kan?" Ucap gue
"Iya gpp" Risa
Akhirnya gue berhasil bersalaman dengan mereka berdua. Dan tak lama setelah itu badan mereka mulai mengempis bagai balon.
"Don gimana ini. Mereka kok kaya balon sih?"
"Udah masukin tas buruan. Nanti ketahuan orang"
"Oke²"

Kehidupan yang baruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang