2

38 6 0
                                    

Nicholas terlihat sedang berjalan menyusuri istana. Melihat sekeliling kastil yang nampak sedang di dekorasi se-indah mungkin. Mulai dari gerbang bahkan hingga ke lorong menuju kamar. Sepertinya benar kata Beth, raja dan ratu akan menggelar pesta yang begitu meriah. Semuanya tampak mewah—juga berlebihan.

Nicholas melepas rompi nya dan menggantungnya di lengan kirinya. Lalu ia berjalan kembali menuruni tangga menuju lantai pertama. Matanya memicing saat melihat Beth dengan gaun biru muda berlari ke arahnya. Nicholas menghentikan langkahnya saat berpapasan dengan Beth.

"Atur napasmu, ada apa?" tanya Nicholas dengan sedikit kekehan sebab adiknya yang terlihat begitu polos seperti anak kecil.

"Emma menunggumu di depan gerbang kastil!"

Mendengar itu, ia segera berlari menuju gerbang kastil dan tidak lupa berterimakasih pada Beth.

Sesampainya disana, nampak seorang gadis berambut cokelat berkulit putih pucatnya yang begitu kontras dan mempesona dibalut oleh gaun. Ia tersenyum ke arah Nicholas.

"Hai, maaf membuatmu menunggu lama." Balas Nicholas dengan senyum yang tak kalah manisnya dengan gadis bernama Emma itu.

"Kau mau aku menemanimu mengambil pesanan keluargamu di Nyonya Bovary? Kemarin saat aku berkunjung kesana, ia bilang bahwa pesanan milik kerajaan sudah jadi dan ia juga menunjukkan beberapa gaun indah buatannya yang khusus untuk keluargamu." Ucap Emma yang sesekali membetulkan lekuk kerah gaun berenda sederhana yang ia pakai.

Pangeran tersenyum. "Baiklah tunggu sebentar, aku akan mengambil kudaku."

Emma mengangguk dan menunggu pangeran mengambil kudanya. Tentu saja pangeran tidak hanya pergi berdua dengan Emma, melainkan beserta dua pengawalnya. Butik milik Nyonya Bovary berada di pusat kota. Butik itu sudah menjadi langganan bertahun-tahun untuk membuat bermacam gaun milik ratu beserta putri Beth. Juga Estella yang masih kecil dulu. Ah Estella, aku sungguh merindukannya. Batin pangeran. Suara gemerincing lonceng di pintu butik menyadarkan Nicholas dari lamunan.

"Nyonya, apa gaunnya sudah bisa aku ambil?" tanya pangeran sesampainya di butik.

"Yang Mulia, seharusnya biar pegawai di toko kami saja mengantarkan ke kastil. Anda tidak perlu repot datang kesini." Ujar Nyonya Bovary dengan ramah dan segera mengambil beberapa helai gaun untuk diserahkan.

"Tidak apa, lagi pula aku ingin memberikan surat undangan ini untukmu."

"Undangan apa ini pangeran?" raut wajah Nyonya Bovary sungguh terkejut.

"Pesta dansa kerajaan, kami ingin anda  datang nanti. Ibuku akan sangat senang jika anda bersedia datang."

"Terima kasih, Yang Mulia," menerima surat nya, wanita paruh baya itu menaruhnya diatas nakas di sebelahnya, "apa gadis cantik di sampingmu akan menghadirinya juga?"

"Kuharap ia datang nyonya." Senyum pangeran mengembang lebar dari telinga ke telinga.

Suara pintu berdecit menimbulkan loncengnya berbunyi terdengar, menandakan kepergian putra mahkota dan semua yang ikut serta bersamanya.

"Aku tidak yakin akan menghadiri pesta dansanya."

Pangeran menatap lekat mata sosok yang berbicara barusan.

"Kau takut raja dan ratu tidak suka melihatmu? Dan kau takut dicibir oleh para ton karena kau bukanlah seorang putri kerajaan?"

Emma tersenyum miris, "dan parahnya lagi adalah aku juga bukan bangsawan." Ia kemudian segera menaiki kuda putih yang di tunggangi Nicholas dan dirinya.

Two Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang