BAB 4 - GALATA TOWER

122 6 1
                                    

Lovers who are not meant to be together, cannot reach the top of the tower. At the same time, you are destined to marry the person with whom you go up to the top for the first time.

-folk legend-


Kami berempat menyusul Mas Andi di lobby utama Hall Exhibition. Aku lihat dari kejauhan Mas Andi sedang sibuk berbincang dengan seorang lelaki yang sangat tinggi tubuhnya. Mereka sepertinya sangat asik mengobrol sampai akhirnya tidak menyadari keberadaan kami berempat yang sudah berada disebelah mereka. Sosok lelaki yang berada di sebelah Mas Andi menengok ke arah kami sembari tersenyum.Hal itu sontak membuat Mas Andi menoleh pula.

"Ya,ampun saya ga sadar kalian udah disini semua. Kenalkan, ini sahabat saya semasa saya SMA boarding dulu dan asli Solo dia, Hafidz namanya." Mas Andi mengenalkan sosok lelaki tersebut kepada kami.

"Assalamualaikum. Salam kenal semuanya. Saya Hafidz Nanti saya izin ikut pergi bersama kalian ya? Boleh?"

"Wa'alaikumussalam wr wb. Boleh sekali mas. Salam kenal juga saya Alvin. Kami berempat dari yogya lagi ikut lomba disini. Mas kebetulan ada urusan apa bertemu Mas Andi disini? Tanya Mas Alvin mewakili rasa penasaran kami berempat.

"Wah kalian juga ikut acara ISIF ya? Saya juga. Tapi saya ga mewakili Indonesia. Saya disini mewakili Jerman, karena saya kuliah kedokteran disana".

Jawabannya Mas Hafidz ini sontak membuatku kaget dan tidak menyangka. Orang indonesia, kuliah di jerman, fakultas kedokteran juga dan saat ini malah mewakili jerman untuk presentasi penelitian.

Luar biasa. Batinku.

Syifa menyenggol pelan dan berbisik kepadaku "Din, ini orang paket lengkap din! Mirip artis korea .. iku mirip tenan karo seng jenenge(1) Lee Min Ho(2) Din. Asli".

Spontan aku tertawa mendengar bisikan medoknya Syifa yang ngaco, tapi memang 100 persen betulan setampan itu. Kulitnya kuning langsat bersih dan matanya agak sipit. Ia memakai baju kemeja hitam dan celana panjang kain warna putih. Tak kusangka orang indonesia bisa memiliki paras yang menawan menyerupai artis korea. Istanbul telah membuatku bertemu dengan orang-orang luar biasa.

"Masya Allah mas ga nyangka saya, mas berarti juga ada disini stand boothnya? Mungkin besok pas acara exhibition lagi kami mau mampir ke tempat mas." Tanya Mas Sam yang sepertinya turut antusias dengan kehadiran Mas Hafidz.

"iya mas, saya ada standnya disini. Boleh sekali kalau mau melihat stand booth saya dengan senang hati" jawabnya dengan lembut.

"oiya fidz, ini udah maghrib. Sekalian shalat di mushola sini aja ya? Kamu yang imamin".

"Loh, gak kamu aja ndi yang orang sini?"

"kamu aja, seorang imam harus yang lebih faham bacaan sholat. Kamukan juga hafidz quran. Bisalah pimpin kita semua". Jawab Mas Andi.

"Baiklah .."

Aku yang sekilas mendengarnya seperti nampak tak percaya. Ibaratnya seperti "nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan jika menjadi pendampingnya" kurang lebih seperti itu rasanya. Aku merasa agak malu karena aku sangatlah jauh dari sosok Mas Hafidz ini. Hafidz namanya. Seorang yang hafidz quran pula sangat sesuai dengan namanya. Pasti ibunya bangga memiliki anak seperti dirinya.

Kami berenam mulai berwudhu dan bersiap-siap untuk sholat. Saat ini, mushola sepi dan hanya kami berenam. Mas Hafidz berdiri di shaf paling depan dan memulai takbir.

Ku dengar lantunan surat Alfatihah dari Mas Hafidz. Setiap makhraj yang keluar benar-benar baik diucapkan dan sangat tartil. Dilanjutkannyalah surah kedua olehnya.

Cinta 2 BenuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang