Pt. IV

106 4 0
                                    

Malam itu, denyut jantung Rhea kembali melemah. Melihat keadaannya, hatiku seperti tertusuk pisau yang sangat tajam. Dokter terus mengatakan tentang keajaiban Tuhan. Yang artinya, Rhea bisa kembali sadar adalah hal yang tidak mungkin terjadi.

Aku hanya memperpanjang waktunya dengan mempertahankan alat bantu pernafasannya.

Rhea overdosis. Rhea mengkonsumsi obat tidur. Sebelumya, Rhea tidak pernah bercerita bahwa dia mengalami insomnia untuk jangka waktu yang panjang. Karena memang selama aku berada di Indonesia, Rhea selalu tidur nyenyak setiap malam.

Sehari setelah kepulanganku, Rhea mulai bertingkah aneh. Ada sesuatu yang ganjal darinya. Rhea seperti orang lain yang tidak kukenali.

"Rhe, kamu kenapa?"

"Aku gapapa, Mas. Kamu istirahat duluan aja. Aku masih ada jadwal kerjaan yang lain."

"Yang mau di edit naskahnya, banyak, ya? Boleh aku bantu?" Usulku.

"Aku bisa sendiri kok, kamu tidur duluan aja, ya?" Aku akhirnya mundur dan keluar dari ruang kerjanya.

Sampai keesokan harinya, kutemukan Rhea sudah tidak sadarkan diri. Aku merasa bersalah di sepanjang perjalanan menuju ke rumah sakit. Dan menyesal.

Andai saja malam itu aku tetap bersamanya, Rhea tidak akan terbaring lemah seperti saat ini.

***

Aku berusaha mengingat lagi nama yang ada di dalam buku Rhea. Auriga. Apakah lelaki ini sahabat Rhea yang sering dipanggil Gaga? Gaga yang waktu itu muncul pertama kali di kantor dan mengaku sahabatnya Rhea?

Argh!

Laki-laki ini yang telah melukai Rhea. Wajar saja jika Rhea tidak menganggapnya sebagai sahabat lagi. Tapi, apakah ada yang terjadi di antara mereka saat aku berada di Denmark?

Ada banyak tanya dan spekulasi yang tidak bisa kupecahkan sendiri. Aku telah mengambil keputusan. Aku harus menemui Gaga.

Aku menghubungi Anye, menanyakan keberadaan Gaga. Anye justru menyarankanku untuk menemui Kelana, mantan istri Gaga yang kini mendekam di penjara.

***

Untuk pertama kalinya, aku bertemu dengan Kelana. Wajahnya pucat dan kusam, rambutnya dicepol asal. Garis wajahnya ketika melihatku tidak bisa ditebak.

"Maaf jika saya mengganggu waktu kamu, Kelana. Perkenalkan, saya Danish. Suami Rhea." ucapku dengan hati-hati.

"Rhea? Rheandra?" Tanyanya memperjelas.

"Iya. Rheandra. Tujuan saya ke sini, mau menanyakan keberadaan Gaga. Saya harus bertemu dengannya." Jelasku.

"Kamu salah orang. Lebih baik kamu tanyakan pada istrimu tentang Gaga. She knows everything about him." Jawabnya acuh.

"Rhea dalam keadaan koma, Kelana. Itulah alasannya saya ketemu sama kamu."

AUREA : Two Old Souls [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang