Chapter 18

70K 8.3K 5.4K
                                    

Haii... Akhirnya bisa update lagi 🤭 Sekali lagi, makasih untuk respons baiknya di cerita ini.
Kupikir banyak dari kalian yang udah muak sama Gen Xanders 😂

Jika ada typo, mohon koreksinya ya ☺️❤️




Happy Reading



***
Gebrakkan nyaring itu membuat semua yang ada di sana terhenyak—tidak terkecuali Sandra dan orang tuanya.

"Aduh, Ecen sampe keselek. Belum juga dikunyah makanannya, udah masuk aja!" protes Chasen sambil memegang lehernya. "Om Rion, berasa Hulk banget ya pake acara gebrak-gebrak meja? Kan aku jadi kaget!"

Tidak ada yang berani berkomentar, kecuali Chasen seorang. Dia bahkan dengan tidak sopannya memilih mengguncang lengan Natalie untuk mengambilkannya air minum di tengah meja, dibandingkan meminta tolong pada Kakeknya sendiri. Dan entah ada apa juga dengan anak itu yang memilih duduk di antara keduanya.

"Tolong dong, tante, ambilin. Sakit banget tenggorokan aku."

Rigel menunduk, berusaha keras menahan gelak ketika dengan kurang ajarnya bocah itu menyuruh orang tua Sandra. Ringan sekali, tanpa beban. Benar-benar tidak ada akhlak.

Sea yang sudah tahu kalau tawa suaminya sudah nyaris meledak, bahkan harus mencubit paha Rigel cukup keras agar dia tetap tenang dan tak memperburuk keadaan.

Terlihat masam, tetapi Natalie tetap mengambilkan air minum untuk si petakilan Chasen.

"Makasih ya." Chasen meraih minum yang disodorkan padanya. "Gara-gara tante sih berisik terus dari tadi."

"Apa...?!" Natalie nyaris memekik, tidak terima. Rautnya terlihat kesal—tetapi berusaha tetap sabar.

Chasen cuma menggeleng pelan, dengan botol minum yang masih dikulum santai.

"Anak aku kurang ajar banget," bisik Rigel pada istrinya—benar-benar tidak tahan untuk menertawakan kelakuan putranya.

"Apa lo pikir ini lucu?"

Rigel mendongak, begitu suara Rion kembali mengudara. Terdengar amat tajam dan dingin.

"Nggak ada yang sedang membuat lelucon, Yon," sahut Rigel datar, seraya meraih sampanye di gelas bertangkai dan menyesapnya perlahan.

"Berhenti membuat kegaduhan. Jangan mengacaukan acara gue!" tukasnya penuh penekanan—menatap sepasang netra coklat Kakaknya yang tidak terlihat gentar sama sekali.

"Hah? Siapa?" Chasen yang sedang sibuk menenggak minumnya—ikut menoleh pada Rion. "Aku cuma minta minum kok. Masa gitu aja mengacaukan?"

"Kamu kalau mau minum, minum aja, Cen. Habiskan. Om Rion nggak ngomong sama kamu." Jayden menggumam pelan di telinga cucunya.

Melihat suasana yang semakin serius, Sea memberikan isyarat pada Chasey untuk membawa ketiga adiknya pindah ke meja lain—sofa di dekat ruang televisi yang mengarah langsung ke taman gedung. Kalau tidak, hanya Tuhan yang tahu kekacauan apa yang akan dilakukan Chasen. Beruntung ruangan acara makan malam yang dipesan ini juga dilengkapi berbagai macam fasilitas dan cukup luas sehingga mereka bisa terhindar dari keributan para orang dewasa.

"Makanan aku tolong bawain ya. Sekalian minumnya, sama cake penutupnya."

"Iya, iya." Chasey mendorong punggung Adiknya agar dia cepat pindah sesuai titah ibunya, sambil begitu repot membawakan makanan Chasen dan memindahkan ke meja yang kini mereka tempati.
Sedang Chasen sendiri, berlenggang santai sambil menggandeng lengan Aiden.

Chasing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang