Chapter 11

65.1K 7K 1.3K
                                    

Hai... akhirnya bisa updatee 😭 Maaf ya kalau jadwal update-nya nggak jelas. Minggu ini kerjaanku lagi full, jadi susah buat menyempatkan waktu untuk nulis 🙏🏻

Terima kasih untuk kalian semua yang sudah dengan sabar sudi menunggu cerita ini. Really appreciate it! Mohon koreksinya kalau ada typo ☺️

Mulmed: Setengah Hati - Cover




Happy Reading





Allea masih membisu, tubuhnya serasa dipaku di tempat diikuti alunan dadanya yang berdentam keras. Jika jantungnya bisa meledak, mungkin sudah dari tadi dia meledak di detik pertama bibir keduanya saling mengentak. Keras, panas. Yeah, it feels so weird. Tapi, lembut. Meski sedikit sakit. Rion benar-benar mengisap bibir bagian atas dan bawahnya, dan Allea bisa merasakan bagaimana hangatnya lidah Rion ketika menyapu bersih permukaannya.

Mimpi apa ia semalam? Ternyata berciuman di bibir rasanya seperti itu. Dibilang enak, tidak juga. Nyeri, sebab Rion terlalu keras melakukannya. Tapi, karena itu seorang Orion Raysie Alexander yang melakukan, kata luar biasa saja tidak cukup mampu menggambarkan betapa nikmatnya. Seperti jeli, kaki Allea terasa lemas seakan tak menginjak lantai. Deg-degan, dan salah tingkah.

Mulutnya masih terasa agak pahit dan tenggorokannya sedikit panas gara-gara cairan memabukkan itu. Tapi, semuanya nyaris tidak Allea permasalahkan. Ia benar-benar lupa segalanya, kecuali keintiman mereka yang terjadi beberapa saat lalu.

Astaga, Tuhan... tadi itu ciuman pertamanya!

"APA KAMU SUDAH GILA, ALLEA? YANG KAMU MINUM TADI ALKOHOL! STOP FUCKING STRESSING ME OUT!"

Sentakkan Rion yang berapi-api membuat Allea mengerjap cepat—menyadarkan dirinya dari kebucinan yang tak masuk akal. Rasanya seperti tengah tertidur pulas, dan diguyur satu ember penuh bongkahan es besar. Ia lupa, kalau Rion tadi cuma mengisap bibirnya karena cairan alkohol yang berada di dalam mulutnya. Tidak lebih. Sebenarnya, apa yang ia pikirkan?

Tapi, caranya emang harus gitu banget ya?

"Ngapain kamu yang stres? Aku yang minum, kamu yang repot. Tenggorokannya nggak minjem punya Kakak juga, kan?" sahutnya, berusaha menutupi rasa panas yang menjalari wajah. Ditatap sedemikian intens olehnya, membuat Allea salah tingkah. Dia terlihat menakutkan, tapi juga berkali lipat jauh lebih tampan.

"Lea, kamu tahu aku nggak sedang bercanda. Berhenti bertingkah kekanakan, dan jangan terus bikin aku kesal!" tekannya, masih menyorotkan pandangan tak senang.

"Siapa? Aku?" tunjuk Allea pada diri sendiri. "Memangnya apa yang kulakukan hingga membuat Kakak kesal?" Ia balas menatapnya, benci ketika terus diperlakukan seperti anak kecil olehnya. Buncahan bahagia yang sempat mengobrak-abrik perutnya, seketika padam. Itu lagi, itu lagi—senjata yang dia gunakan untuk membuatnya mundur perlahan.

Rion tersenyum sinis, lalu menggeleng-geleng. "Apa yang sedang kamu lakukan, Allea? Berusaha menarik perhatianku dengan tampak murahan di sini? Datang ke tempat orang dewasa, mencakari wajah orang asing, melempar ponselmu hingga hancur berserakan, dan sekarang, meminum alkohol?"

Allea tercekat, untuk beberapa saat ia kehilangan kalimat. Kecuali menatap Rion dengan perasaan terluka, ia tidak bisa berkata-kata.

"Apalagi setelah ini? Memesan hotel dengan kekasihmu itu?" Rion menjentikan jari, sambil mengangguk paham. "Ah ya ... kamu sangat ingin menjadi the bitch sesuai dengan yang kekasihmu inginkan, bukan? Itu yang kamu mau?" suaranya terdengar berat, tetapi begitu tajam dan menyakitkan. "Perlu Kakak bantu pesankan? Ruangan apa, biar gue yang pesenin!"

Chasing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang