empat.

79 13 2
                                    

Sungguh, Adria tidak tahu dari mana dirinya mendapatkan keberanian untuk "menyatakan perasaannya" kepada seorang Jung Chanwoo. Setelah berjalan meninggalkan Chanu, Adria akhirnya bisa bernapas lega lantaran perjalanan singkat tanpa perbincangan itu terasa sangat menyesakkan. Batin Adria berkecamuk, apakah ini hal yang benar? Apakah ia boleh memanfaatkan Chanu untuk kepentingan dirinya? But the cat is already out of the bag; Adria sudah kepalang basah, lebih baik dilanjutkan bukan? Toh Chanu tidak dirugikan..... kan?

***

Waktu menunjukkan pukul 16:50, Adria segera bergegas ke studio untuk bertemu dengan Chanu. Adria duduk bersandar di sofa ruang tunggu studio sambil menunduk memperhatikan sepatu putihnya, tentu saja untuk menghindari tatapan dari orang-orang yang ada di dalam sana serta beberapa penggemar Chanu yang mungkin saja sekarang sedang berpikir bahwa Adria adalah sebuah ancaman. Lamunannya disadarkan dengan kehadiran sepasang sepatu hitam di depan miliknya. Ia menengadah dan mendapati Chanu sedang menatapnya lekat-lekat.

"Lo, di sini lagi?"

"Iya, kan udah janji mau balik bareng?" Adria menjawab, tentu saja sedikit terbata karena kini tatapan Chanu terasa semakin mengintimidasi ditambah lagi tatapan dari beberapa wanita yang sedang menatapnya dari kejauhan dengan tatapan yang tidak dapat diartikan oleh Adria.

"Gue ga janji"

"Ah iya, sorry. Maksudnya gue yang janji" Adria dapat merasakan tatapan Chanu mungkin saja sudah membuat lubang di dahinya.

Chanu tidak berkata apapun, ia segera mengambil tasnya dan berjalan keluar. Adria terpaku, apakah ia harus mengikuti Chanu keluar atau tidak. Menyadari Adria tidak beranjak dari duduknya; Chanu behenti berjalan, berbalik ke arah Adria dan mengisyaratkannya untuk segera ikut dengannya.

Lagi. Tidak ada percakapan di antara mereka. Adria, berjalan mengikuti di belakang Chanu. Ia hanya perlu berada di dekatnya, jadi bukan sebuah masalah untuk Adria.

"Lo, ngapain sih masih nungguin gue?" tanya Chanu yang membuat Adria berhenti berjalan dan menatapnya dengan bingung. Apa yang harus ia katakan? Apakah Adria harus jujur tentang kutukannya?

Chanu melipat kedua tangannya di depan dada sambil menunggu Adria bersuara. Nihil. Adria tidak bersuara barang sedikit pun.

"Ah yaudahlah" kata Chanu lalu kembali berjalan. Sungguh, jika bukan untuk menyelamatkan hidupnya sendiri, Adria tidak akan pernah mau berurusan dengan manusia ini.

Adria berpikir mungkin bagi seorang Jung Chanwoo, diikuti oleh seorang wanita bukanlah hal aneh mengingat popularitasnya di kampus. Chanu boleh berpikir Adria merupakan salah satu pemujanya atau apa pun sebutannya asalkan bukan penguntit, yang penting Adria dapat berada di sekitar Chanu.

Adria memang bukan penguntit, tapi bagaimana Adria bisa mengetahui jadwal seorang Jung Chanwoo? Perlu diakui bahwa semua orang yang mendengarkan radio kampus tentu tahu kapan jadwal siaran Chanu, tapi sayangnya Adria bukanlah seorang pendengar radio. Terimakasih kepada temannya, June, yang secara kebetulan berteman juga dengan Chanu.

Adria ingat betul bagaimana antusiasnya seorang Koo June memberitahukan segala informasi tentang Chanu sambil mengunyah hot bar yang ia beli di kantin.

"Catet nih dri. Chanu tuh Rabu sama Kamis abis kelas siaran sampe jam 5. Sisanya jadwal kelas biasa sama kayak kita. Cewe yang nembak Chanu tuh banyak, ga cuma lo. Tapi tenang aja sebagai temen Chanu gue dukung lo" bla bla bla dan berbagai macam informasi lainnya yang tentu saja tidak dapat dicerna oleh Adria. Sedangkan Yeri, agak berbeda dengan June. Yeri tampak khawatir dengan Adria. Tentu saja, mendekati seorang yang populer seperti Jung Chanwoo sangat berisiko. 

timelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang