Udara siang menerpa wajah Adnan. Ia melangkah keluar lalu menuruni tangga satu per satu. kamarnya ada di tingkat dua. rumahnya hanya tiga tingkat. Sampai di halaman depan, terik matahari seakan menembus kopiah putih yang menempel di kepalanya. Ia melangkahkan kaki ke luar.
Ssst.. ssst.. Adnan! Adnan!
Adnan menghentikan langkahnya. Telinganya menangkap ada suara memanggil-manggil namanya dari balik jendela. Suara yang sudah ia kenal. Ia picingkan matanya mencari asal suara itu. Tepat di sebrang rumahnya. Seorang gadis Tionghoa berwajah bersih membuka jendela kamarnya sambil tersenyum. Matanya yang sejuk menatap Adnan penuh binar.
“Adnan, panas-panas begini keluar, mau ke mana?
“Toko.
Bisa nitip?
Adnan mengangguk.
Nitip apa?
“Kitab Dars al-lughah juz 3 ya?,”
Baik, insya Allah,”
Uangnya?,”
Gampang, nanti saja,”
“Syukran Adnan,”
“Afwan. Adnan membalikkan badan dan melangkah.Gadis Tionghoa itu, namanya Yara. Dia puteri Pak Rudi, tetangga sebrang rumah Abu Adnan. Berasal dari keturunan Tionghoa. Sebuah keluarga Kong Hu Cu yang taat. Bisa dikatakan, keluarga Yara adalah pelanggan setia tokonya. Mereka sangat sopan dan menghormati mayoritas muslim di tempatnya.
Yara gadis yang menarik. Ia seorang Kong Hu Cu, namun ia suka pada bahasa Arab. Ia bahkan sempat hafal beberapa hadis memakai bahasa Arab. Di antaranya hadis uthlubul ilma wa lau fii shiin. Sebuah hadis yang membuat dirinya sedikit merasa bangga. Adnan mengetahui hal itu pada suatu kesempatan berbincang dengannya di depan toko. Mereka tak sengaja berjumpa. Yara datang ke toko Abu Adnan membeli peralatan untuk tugas sekolahnya, sedangkan ia sedang membantu ayahnya di toko. Mereka berdiri bersebrangan.
Hai, namamu Adnan, iya kan?”
Benar,”
“Perkenalkan namaku Yara,”
Yara? Puteri Pak Rudi yang tionghoa itu?”
“Kau benar,”
“Apa bedanya Tionghoa dengan Tiongkok?,”
“Tionghoa itu etnis. Tiongkok itu Cina. Yang jelas Cina ada dalam kata-kata agamamu. Kata-kata yang paling banyak diingat orang-orang. Hebat kan?” kata-kata yang dimaksud Yara adalah hadist.
“Hei, bagaimana kau mengatakan Cina ada dalam kata-kata agamaku yang paling banyak diingat orang-orang? Dari mana kau tahu itu?”Kenyataannya tak sedikit orang yang tahu hadist yang sering dibaca dan mudah diingat oleh setiap orang. Dari sekian siswa di SMA Al-Azhar mereka semua diajarkan pelajaran agama. Tidak terkecuali Yara, gadis minoritas seorang Kong Hu Cu yang terpaksa masuk ke sekolah dengan lingkungan Islami, karena hanya dengan satu alasan bersekolah yang berlokasi tidak begitu jauh dari rumahnya. Rasa ingin tahu Yara mengalahkan rasa perbedaannya, hingga ia tetap masuk di semua pelajaran meskipun berlawanan dengan keyakinannya.
“Kau menghafal hadist? Apa aku tidak salah dengar?”
Adnan heran.
“Apa ada yang aneh?”
Adnan tidak menjawab.
“Aku hafal sebuah hadist yang banyak orang tahu,”
“Benarkah?”
“Kau tak percaya? Coba kau dengarkan!”Yara lalu membacakan hadist yang ia hafal. Jadilah suasana depan toko Adnan habiskan untuk menyimak seorang gadis Tionghoa membaca sebuah hadist. Bacaannya cukup baik, tak ada satu huruf pun yang ia lupa.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
HANYA SEBATAS RASA
RomanceBunga itu layu, padahal sudah ada yang berusaha menjaganya. Dirawat penuh kesabaran, tanpa letih. Namun, ia membutuhkan tangan lain untuk membuatnya mekar dan harum.