MUNGKIN

6 1 0
                                    

Zubair hampir lupa membawa sebuah buku tentang literasi menulis. Ia berniat menghadiahkan buku itu kepadaku. Zubair masuk ke dalam mobil Mazda yang berwarna silver. Ia selalu mengendarai sendiri sejak bisa membeli mobilnya. Siang itu ia lebih bersemangat pergi ke perpustakaan umum dari hari-hari sebelumnya. Ia ingin segera sampai di sana, lalu masuk ke ruang bacaan lalu bertemu denganku dan memberikan sedikit penjelasan literasi menulis kepadaku. Saat itu ia akan minta kepada adik perempuannya untuk datang ke perpustakaan. Setelah itu ia akan pergi makan siang dan minta kepada adiknya dengan mengajakku untuk menemaninya makan sambil berdiskusi tentang tema-tema menulis.

Zubair tidak seperti biasanya yang agak cuek dengan penampilannya, kali ini ia memoles rambutnya dan memandang di depan cermin hampir seperempat jam. Ia menyisir rambutnya serapih mungkin. Sebelumnya dua kali ia ganti setelan pakaian atas dan bawah. Akhirnya ia memilih kemeja lengan pendek berwarna olive yang ia beli di mall online store dua pekan yang lalu, dan celana coklat milo yang ia beli di tempat yang sama. Setelah merasa yakin bahwa penampilannya benar-benar rapih, barulah ia memakai kaos kaki dan sepatu sneakersnya. Setelah itu ia beranjak keluar meninggalkan kamarnya yang terletak di perumahan bertingkat tak jauh dari perpustakaan umum.

Fatma, adik perempuan Zubair sampai perpustakaan sepuluh menit lebih awal. Fatma yang seperti biasa berjilbab panjang hitam dengan segera menghampiri kakaknya. Gadis itu setiap hari selalu memakai warna jilbab yang sama, seperti tidak pernah menggantinya.

Zubair membaca ulang pesan whatsapp dariku pada smartphone yang ada di tangannya. Ia menunggu kabar dariku. Tidak terasa sudah setengah jam lebih ia berada di ruang baca, tapi aku belum juga datang. Ia melihat jam tangan di pergelangan kirinya. Ia sedikit kecewa. Seharusnya aku sudah datang tiga puluh lima menit yang lalu. Rasa kecewa itu perlahan berubah jadi kesal. Tapi ia berpikir kenapa harus kesal yang hadir dalam dirinya? Ia merasa ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. Kehilangan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia berusaha menepisnya, tapi tak bisa. Ia juga berusaha meredakan kesalnya. Aku benar-benar tidak datang menemui Pak Zubair.

Pak Zubair masih berharap aku akan datang. Ia kembali ke ruang baca. Ternyata tidak juga datang. Sampai sore tiba, aku tidak juga menampakkan batang hidungku. Pak Zubair benar-benar kesal pada dirinya sendiri. Ketika ia tampil serapih mungkin, orang yang paling ia harapkan untuk melihat penampilannya saat ini malah tidak datang.

Kenapa ia ingin aku melihat penampilannya? Ia belum tahu apa sebabnya.  Apakah ia jatuh cinta pada wanita seperti diriku? Ia tak berani mengatakan iya. Karismanya mencegah dirinya untuk mengakui itu. Jika ia tidak tertarik padaku kenapa ia ingin aku melihat penampilannya? Belum pernah ia menginginkan wanita lain melihat penampilannya sebelumnya seperti yang ia inginkan padaku, selain ibunya. Kalau ia tertarik padaku, apa menariknya wanita kurus sepertiku?

Apakah aku cantik? Biasa saja, bahkan ia tidak pernah melihat wajahku sampai detik ini karena aku mengenakan niqab. Para wanita yang pernah ia ajak diskusi lebih cantik. Apakah karena aku kaya? Jelas tidak. Ia tahu aku pasti tidak lebih kaya darinya. Tapi ada wanita cantik dan kaya yang menurutnya lebih cerdas darinya. Wanita muda itu pernah dikhitbah melalui Abu Zubair, tapi ia terpaksa menolaknya. Apakah aku mempesona? Mungkin. Lalu kenapa ia tertarik padaku? Ia sendiri tak bisa menjawabnya.
***

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA GUYS... 👣
#hanyasebatasrasa #hsr #kamu #rasa #khitbah #perkenalan #janji #mungkin #romance #love #nuha #adnan #zubair #yara

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HANYA SEBATAS RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang