Cahaya mentari menyusup melalui celah jendela, menerpa rambut hitam legam seorang pemuda yang masih terlelap. Silau itu perlahan mengganggunya hingga ia menggeram pelan, beranjak dari ranjang untuk menyibakkan gorden kamar.
"Kenapa aku harus bangun sepagi ini?" gumamnya, setengah mengeluh. Sambil mengumpulkan tenaga, ia turun menuju lantai dasar, berharap bisa menyapa kedua orang tuanya dan menikmati sarapan bersama. Namun, ketika sampai di ruang tamu, ia hanya disambut oleh kesunyian. Tidak ada tanda-tanda kehadiran mereka di rumah.
"Mungkin mereka sudah berangkat kerja," pikirnya, menghela napas kecil. Ia melangkah ke dapur, mengambil sekotak susu dari kulkas, dan saat hendak menutup pintunya, matanya tertuju pada selembar kertas kecil yang tertempel di sana. Ia mengambilnya, membaca pesan singkat dengan alis yang perlahan berkerut.
"Maafkan kami karena tidak memberitahumu sebelumnya, tapi kami harus segera pergi. Jaga dirimu."
Ia mendesah, membaca pesan itu dengan nada jenuh. "Urusan pekerjaan lagi, ya? Baiklah... berarti aku sendirian di sini—"
TING TONG!
Baru saja hendak menyelesaikan kalimatnya, bel rumah berbunyi. Dengan langkah malas, ia menuju pintu depan, bertanya-tanya siapa yang datang sepagi ini. Sesampainya di depan pintu, ia membuka pintu... dan seketika matanya membelalak kaget. Di depannya berdiri seorang pria berambut pirang, tampak lebih tua darinya, mengenakan kemeja navy yang tidak terkancing penuh, dengan lengan tergulung hingga siku. Penampilannya sederhana namun memikat, dipadukan dengan jeans putih dan sneakers yang stylish.
"Uchiha Sasuke? Apa aku benar?" tanya pria itu dengan senyum tipis, matanya berbinar penuh kepercayaan diri.
Sasuke, yang masih tercengang, berusaha mengumpulkan kata-kata. "Err... Anda siapa?" tanyanya pelan setelah beberapa detik.
Pria itu tersenyum lebih lebar. "Aku yang akan menjagamu sampai orang tuamu kembali," ujarnya singkat sambil menyelipkan kedua tangan ke dalam saku celananya.
Sasuke terdiam, mencerna kata-kata pria di depannya. "Apa aku tidak salah dengar?" gumamnya pelan, kali ini mencoba menyembunyikan keterkejutannya di balik ekspresi datar.
---
Sasuke's POV
Ini pagi yang penuh kejutan. Aku tidak pernah menduga akan dimulai dengan pesan singkat dari orang tuaku yang mendadak pergi tanpa kabar, diikuti dengan kedatangan pria asing ini yang mengaku akan "menjagaku." Siapa dia sebenarnya? Bodyguard? Atau apa? Kenapa orang tuaku tidak bilang apa-apa sebelumnya? Kepalaku mulai pusing memikirkan semua ini.
Pria asing itu, tanpa permisi, langsung menuju dapur seakan rumah ini miliknya. Apa-apaan ini? Dapur adalah area yang sensitif—aku tidak ingin ia merusak barang-barang di sana. Belum lagi, aku bahkan belum tahu namanya!
Dengan rasa ingin tahu, aku menyusulnya ke dapur. Sampai di sana, aku terpana melihat kelihaiannya memainkan bahan masakan. Apa dia seorang koki? Aku jadi penasaran dengan rasa dari masakannya.
"Hei. Kau belum memperkenalkan dirimu, tapi kau sudah langsung memasuki rumahku dan memasak begitu saja," ujarku dengan nada tegas.
Dia hanya diam, tetap fokus. Tidak sopan sama sekali! Aku, Uchiha Sasuke, diabaikan begitu saja!
Aku menaikkan suara, berharap mendapat respons darinya. "Aku sedang berbicara denganmu, bukan dengan tembok atau kulkas! Usuratonkachi!"
Hasilnya? Hanya lirikan sekilas. Ia kembali sibuk tanpa sepatah kata. Kesal, aku menyerah, berjalan menuju meja makan dengan langkah menghentak. Biar saja, biar dia tahu betapa kesalnya aku sekarang.
Setelah beberapa saat menunggu, pria asing itu akhirnya datang, membawa nampan berisi makanan yang tampak sangat lezat. Tanpa basa-basi, ia menyajikan hidangan itu di hadapanku, lalu duduk di seberangku, menatapku dengan tenang.
Aroma makanan yang menggoda langsung membuatku tidak tahan lagi. Aku mulai menyuapnya dan takjub—rasanya benar-benar enak! Aku melirik sekilas ke arahnya, dan...
DEG!
Dia tersenyum! Jantungku tiba-tiba berdebar kencang, wajahku memanas. Oh tidak, jangan sampai dia melihatku seperti ini! Aku langsung menunduk, mencoba menyembunyikan rasa gugupku.
"Masakanmu benar-benar enak," ujarku, berusaha terdengar santai. Ia hanya membalas dengan senyum—senyum yang entah mengapa membuatku merasa tergetar.
Tanpa menunggu lebih lama, aku merapikan peralatan makan dan berjalan ke dapur untuk mencuci piring. Saat mencuci, tiba-tiba sebuah tangan muncul di sampingku, mengambil spons dari tanganku. Aku menoleh, dan melihat pria itu tersenyum lembut. Tanpa pikir panjang, aku menepis tangannya dan buru-buru mencuci tanganku sendiri.
"Apa yang kau lakukan?" tanyaku panik, melangkah cepat kembali ke kamarku, menutup pintu dan bersandar, mendesah panjang. Apa yang sebenarnya terjadi?
---
Author's POV
Pria pirang itu hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala melihat respon Sasuke yang jelas-jelas kebingungan dan salah tingkah.
"Ada apa dengan anak itu?" gumamnya pelan. "Aku cuma ingin membantu..."
Beberapa waktu kemudian, Sasuke muncul di ruang tamu dan duduk di sofa, menatap tajam pria yang kini duduk di seberangnya. Sasuke menyilangkan tangan di dada, mengarahkan remote TV ke arahnya seperti sedang menginterogasi seorang penjahat.
"Sekarang perkenalkan dirimu. Kita sudah menghabiskan setengah hari bersama, dan aku bahkan tidak tahu siapa namamu."
Pria itu tersenyum tipis dan memperkenalkan dirinya dengan nada tenang. "Naruto. Uzumaki Naruto."
Sasuke mengangguk kecil, menatapnya dengan tatapan penasaran. "Kau sudah tahu namaku. Baiklah, salam kenal, Uzumaki Naruto."
TO BE CONTINUED
KAMU SEDANG MEMBACA
Me & Mr.Uzumaki Naruto
Fiksi PenggemarSasuke tiba-tiba saja menemukan memo yang tertempel dikulkas rumahnya yang berisi jika kedua orang tuanya sudah pergi keluar kota untuk urusan bikin sementara waktu. Namun, disaat yang bersamaan seorang pria datang dan mengaku pada Sasuke bahwa dia...