Pedang yang diayunkan memiliki makna. Setiap gerakan yang ia lakukan akan terkesan. Semua tampak nyata dimatamu.
Tapi apa kau yakin dia yang kau butuhkan?
A is for...
Matanya terbuka lebar. Keringat dingin terus mengucur di pelipisnya. Itu mimpi. Gadis itu memejamkan matanya kembali. Mimpi itu terus menghantuinya. Rasanya tak bisa lari dari mimpinya.Gadis itu mengikat rambutnya asal. Ia segera bangun dari kasurnya. Menggunakan bathrobe dan pergi keluar kamarnya. Pemandangan pertama yang ia lihat hanya suaminya yang sedang memasak. Setiap pagi seperti itu. Gadis itu berjalan menuju dapur untuk mengucapkan selamat pagi.
"Yeobo" ucapnya sambil memeluk suaminya dari belakang,"selamat pagi". Lelaki bahu lebar itu memutar balik badannya. Tangan besarnya menangkup kedua pipi istrinya. Mata mereka bertemu sebelum gadis itu menutup matanya. Lelaki itu mengecup bibir istrinya," pagi juga Aphrodite-ku" ucapnya. Gadis itu tersenyum dan membawa tangan suaminya ke genggamannya.
"Seokjin-ah,bagaimana kau bisa terlihat nyata dimataku?"
×××
Mata itu kembali terbuka lebar. Anak dewa Ares itu terbangun dari atas kasurnya. Seokjin terduduk diatas kasur dengan wajah kebingungan. Mimpi itu datang lagi. Seokjin mendesah pelan. Tangannya mengepal kesal. Seokjin segera mengambil bathrobe sutranya dan memakai terburu-buru. Kaki jenjangnya melangkah keluar kamar. Membuka pintu paksa dan menatap sekitar. Masih sama,masih seperti biasa di luar kamarnya para maid menyambutnya. Seokjin mengusap wajahnya kasar.
"Siapkan sarapanku" ucap Seokjin kepada salah satu maid. "Sudah tuan" maid itu menunduk tak menatap Seokjin. Seokjin hanya berdehem dan pergi ke ruang makan. Bathrobe sutranya tak bisa menutupi jeritan kecil para maid. Dada bidangnya sedikit ter-ekspos membuat dirinya angkuh akan ketampanannya. Mau bagaimana lagi jika Seokjin benar-benar anak dewa Ares yang tinggal di Bumi.
Seokjin melahap sarapannya. Meja makan yang panjang itu sepi. Hanya dirinya duduk dipaling ujung. Semua anggota keluarganya sudah naik ke langit. Meninggalkan Seokjin. Bukan kejam, hanya saja ibunya,dewi Aphrodite menyuruh Seokjin untuk tinggal di Bumi selama mungkin.
Setelah sarapan,Seokjin segera bersiap berangkat bekerja. Para maid mengantarnya hingga gerbang depan. Mobil Seokjin melaju menjauh dari rumahnya. Mata Seokjin menatap lurus. Jalanan di Seoul padat,membuat dirinya harus bersabar. Lampu lalu lintas silih berganti warna. Seokjin melajukan mobilnya hingga tempat kerjanya. Bandara Internasiol Incheon. Ia menarik kopernya dan mengampit topi pilot di lengannya. Dirinya berjalan angkuh menuju pesawat yang akan di terbangkannya.
"Jadwal penerbangannya benar-benar ke Itali?" Tanya Seokjin kepada co-pilot wanita disampingnya. Co-pilot disampingnya mengangguk. Seokjin tersenyum,"kalau begitu aku akan pulang" Wanita di sampingnya tertawa,"Bukannya rumahmu di Seoul,Seokjin-ssi". Seokjin mengangkat bahunya acuh,"Entah aku harus menganggap Seoul rumah atau bukan" ucapnya pelan lalu mendengus,"Yang penting hari ini aku pulang ke rumahku".
Wanita itu menepuk Seokjin," Aku tahu perasaanmu dibuang ke Bumi" ucapnya,"Tapi apa benar Aphrodite yang mengutusmu menetap di dunia fana ini?". Seokjin terdiam beberapa saat. Hingga suara dari HP wanita membuyarkan. "Aku ada panggilan,tunggu sebentar" wanita itu berjalan keluar dari kemudi pesawat. Seokjin masih terdiam. Matanya menatap satu buku tebal di bangku kemudi milik co-pilot. Tanpa sepengetahuan wanita itu,Seokjin mengambil bukunya. Ia menatap buku itu dengan seksama. Buku tak penting itu dilempar Seokjin kembali ke tempat duduk.
"Seokjin-ah,Aphrodite tak berbohong kan?"
A is for Aphrodite
Lanjut kalau kalian suka
Tiba-tiba aja ada ide gegara artinya Aegis/Aigis ehe. Trus nuuna dapet nama Aigis dari jaket kelas :v
KAMU SEDANG MEMBACA
Aegis
FanfictionDia berhak atas segalanya. Berlindung kepada dirinya pilihan yang tepat dan kau hanya harus membayar nyawa.