Chapter 1. Not A Happy Intro

37 4 6
                                    


Ketika matahari hendak terbenam, disebuah restoran kecil di daerah pinggir kota. Pintu masuk terbuka lebar bertuliskan 'Open'. Lampu bertuliskan Ji-Rice resto itu mulai menyala.

Namun tak selayaknya restoran yang selalu dipenuhi oleh pelanggan. Tidak ada satu meja pun yang terisi kala itu, menu yang tersedia adalah menu makanan utama yang biasa dimakan sehari-hari.

Jika dilihat dari luar, tepat di jalanan yang tidak banyak dilewati kendaraan. Hanya beberapa orang berjalan kaki melewati jalan itu. Memang pantas saja terlihat sepi karena jauh dari keramaian, atau lebih tepatnya memang kurang strategis.

Seorang gadis membersihkan kaca jendela dengan lap dan semprotan pembersih. Seharian ia bekerja disana karena ia putri sang pemilik restoran kecil itu.

Ayahnya, sedang menyapu dari dapur sampai ke depan restoran.

"Ayah, biar aku saja.. Ayah sebaiknya istirahat saja didalam" ucapnya pelan, mengingat ayahnya yang sedang dalam kondisi tidak sehat karena mengidap Artritis, sejenis penyakit radang pada sendi.

"Tidak apa-apa Sharon.. lagipula sejak tadi ayah hanya diam saja" katanya lagi menenangkan putrinya.

Sharon, gadis berusia 22 tahun itu hanya menghela nafasnya pelan, ya memang hari ini mereka hanya mendapatkan tujuh pelanggan yang datang. Jadi kebanyakan mereka diam menunggu tidak melakukan apa-apa, pantas aja ayahnya merasa bosan.

"Ya sudah.. " gumam Sharon kemudian melanjutkan untuk membersihkan kaca jendela.

Suara mesin motor matic terdengar semakin dekat dan kemudian berhenti tepat didepan restoran.

Sharon menoleh, mengenali pemilik dari suara motor tersebut. Seorang pria tanpa mengenakan helm turun dari motornya dan melambaikan tangan ke arah Sharon sambil tersenyum ke arahnya.

"Hai Sharon" ucapnya sambil berjalan menghampiri Sharon.

"Oh Dion?!.." katanya senang melihat kekasihnya datang menemuinya.

"Kamu mau tutup sekarang?" Tanya Dion.

"Ah..iya, sebentar lagi. Kalau masih tetap sepi kita mau tutup" jawab Sharon sedikit sedih.

"Tidak apa-apa.. semoga besok bisa lebih ramai ya" kata Dion sambil mengusap lembut rambut Sharon dan menyisipkan rambut samping Sharon kebalik telinganya.

Sharon tersenyum sambil mengangguk pelan,

"Ekhem!" Suara deheman sang ayah terdengar bergema, membuat Dion berjalan mundur selangkah ke belakang dan menengok ke dalam.

"Ah, Hai paman,.. he he.. aku mampir lagi" kata Dion sambil masuk ke dalam.

"Kau masih tidak bekerja hari ini?" Tanya Ayah Sharon.

"Ayah.. dia baru saja keluar dari pekerjaannya kemarin" kata Sharon langsung menyela ayahya.

"Ah.. em.. yah, mengenai itu aku sudah mendapat pekerjan baru" jawab Dion sambil duduk di kursi.

"Oh benarkah?" Sharon meletakkan lap dan semprotan pembersih kemudian duduk disamping Dion.

"Iya.. aku akan mulai lusa" jawab Dion.

"Benarkah? Pekerjaan apa? Tidak jauh kan?" Tanya Sharon terlihat antusias.

"masih di daerah sini. Aku akan mengantarkan paket" jawabnya.

"Oh syukurlah, semoga kamu betah sekarang" kata Sharon lagi.

"Tentu saja, aku akan berusaha yang terbaik. Untuk kita juga" jawab Dion sambil menggenggam tangan Sharon.

[Red Stain]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang