Chapter 2 Anger

8 3 2
                                    

Gerbang pintu besi tinggi berwarna hitam itu mulai terbuka, sebuah motor hitam besar melesat dari dalamnya. Suara mesin motor terdengar sepanjang jalan memecahkan keheningan jalanan yang sepi dan gelap itu.

Disaat yang bersamaan, Dion memarkirkan motor maticnya dipinggir jalan. dia kemudian turun sambil membawa sebuah paket kecil di tangannya.

"apa disini tempatnya?" gumam Dion yang melihat gang yang menyeramkan itu.

Dia berjalan perlahan kemudian di belokkan ia melihat seorang pria berdiri bersandar ke dinding. Pria itu terlihat berusia sekitar empat puluhan, tubuhnya agak gemuk dan sedikit pendek. Rambutnya agak botak dan terlihat seperti anggota gengster.

"em.. maaf apa anda menerima paket ini?" tanya Dion.

Pria itu menoleh kemudian menganggukkan kepalanya, sambil mengulurkan sebelah tangannya. Dion langsung memberikan bungkusan itu, dia jadi penasaran apa isinya.

Pria itu mengambil paketnya dan mengisyaratkan Dion untuk pergi. Saat Dion hendak keluar gang, ada panggilan masuk untuk si penerima paket itu.

"Bereskan si kurir itu, jangan sampai dia pergi hidup-hidup" seorang pria memberinya perintah.

Tidak lama kemudian sang pengendara yang memakai pakaian serba hitam itu sampai di sebuah jalan yang mulai terlihat cukup ramai kendaraan berlalu lalang. Dia berhenti di tempat yang sama dengan Dion.

Pria itu melepaskan helmnya, kemudian meletakkan helmnya di motornya. Hans Vinson, langsung turun dari motornya tanpa melepaskan sarung tangan yang ia kenakan. Ia melihat kesekeliling, jalanan cukup sepi disana setelah jam sembilan karena toko-toko sudah tutup. Penerangannya yang juga kurang karena hanya ada beberapa lampu yang terpasang sehingga jarang ada orang yang lewat.

Hans melihat sebuah motor matic terparkir tidak jauh darinya, ia kemudian melihat jam di tangannya, hampir jam sembilan. Hans segera berjalan masuk ke gang dipinggir toko bunga itu, suasananya yang lembab dan gelap serta bau aneh menyengat semakin kuat saat ia berjalan semakin jauh.

Hans melihat sebuah smartphone tergeletak di tanah,

"Akh!" Hans langsung berlari saat mendengar suara seseorang.

Ia berbelok di ujung gang dan melihat seorang pria ditusuk dengan pisau di perutnya oleh pria lain disana. Hans melihat wajah pria itu yang sedang menusuk Dion itu, sama persis dengan foto yang dikirimkan tadi malam.

Pria itu sadar ada seseorang yang datang, dia segera melepaskan pisau yang tertancap di perut Dion.

"A...rg..h" Dion terjatuh ke tanah sambil merintih kesakitan, darah mengalir terus menerus dari perutnya.

Hans berjalan mendekat, pria itu segera mengarahkan pisau pada Hans.

"siapa kau?" tanyanya sambil mengarahkan pisau dan tangannya yang sudah dilumuri oleh darah itu.

Pria itu berjalan sambil mengayunkan pisau ke arah Hans yang langsung refleks menghindar ke samping. Saat itulah dia mengambil kesempatan untuk lari dari dalam gang.

Hans hendak mengejar pria itu tapi ia menoleh ke arah Dion yang sudah terkapar di tanah. Kedua mata Dion masih bisa melihat samar-samar dan menatap Hans. Hans melihat kondisi Dion yang sudah seperti itu, nyawanya tidak akan tertolong pikirnya.

Hans kemdudian kembali berjalan keluar gang dengan cepat ia segera memakai helmnya lagi dan menyalakan mesin motornya. Dia harus mengejar targetnya yang kabur karena waktunya terjadi lebih cepat dari perkiraan. Hans mengemudikan motornya dan mengerjar mobil yang berusaha menjauh darinya.

[Red Stain]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang