Bagian 1

35 4 0
                                    

"Sa, gue gak pengin jantungan"
Clarisa yang berjalan di samping Sheira memutar bola matanya malas.

Clarisa, satu satu nya teman cewek yang Sheira punya. Satu satu nya orang yang jutek dan peduli dengan Sheira secara tulus. Mereka dulu tidak satu kelas, jadi sekarang Sheira ingin merencanakan untuk hidup normal dimulai dari bersama dengan Clarisa.

"Masih pagi Shei, gue males adu bacot"
Clarisa melangkahkan kakinya di koridor lebih cepat dibanding Sheira.

"Lo tau gak?"

Clarisa memutar bola matanya malas, "Enggak Shei."

"Kemarin gue gak sengaja ketemu sama Erick di indoapril, gue bilang gini. 'Rick, tahun ini gak usah cariin gue kursi ya, kaya anak TK'."

"Terus?"
Clarisa memutar bola matanya jengah, Sheira ini~ benar benar sangat cerewet.

"Terus, si Erick malah jawab gini, 'Iya Shei, gak usah malu malu. Besok semua bangku gue booking buat lu'. Gila gak tuh Sa. Emang ya, temen gue bangsat semua."

"Gue enggak"
Ceplos Clarisa ketus.

"Emang lo temen gue?"
Sheira menatap Clarisa dengan alis yang menyatu.

"Bacot banget ya lo Shei, lo itu emang kaya guguk. Bodo amat gue ngambek."
Sheira tersenyum puas.

"Gitu dong ngegas"

Sheira memandang gerombolan yang terletak lebih dari lima meter di depan nya. Dadanya bergemuruh. Ide gila apalagi yang sahabatnya rencanakan?.

"Tuhan, Sheira pengin hidup normal"

Lagi, dan lagi. Doa itu yang terucap.
Padahal dirinya sudah belajar keras supaya prestasi nya meningkat. Dulu, ia kelas 11 Mipa 3. Sekarang 12 Mipa 2, Sheira sudah berusaha keras. Ia harap hanya Erick yang satu kelas dengan nya. Karena, Erick paling pintar diantara yang lain setelah Sheira.

Sheira menatap Clarisa dengan tatapan memohon. Tangan Clarisa di pegang erat oleh Sheira.

"Gak usah lebay, siapa tau di depan ada orang tawuran."
Clarisa menatap Sheira malas lalu menghentakkan tangan nya.

"Lo tau, pas kelas sebelas?, gue di suruh ke BK, gara gara ulah mereka. Masa semua kursi mereka kasih lem kecuali kursi gue. Lo tau?,  katanya  biar ga ada yang bisa duduk kecuali gue.

Gue langsung jadi omongan Sa. Dikira nya gue pake susuk. Emang mereka itu bangsat."

"Lo pikir Gue gatau berita itu?. Satu sekolah juga tau kali Shei."

Clarisa menghela napas jengah, tangan nya menarik tangan Sheira supaya berjalan dan menerobos kerumunan. Kini setelah melihat pemandangan di depan nya, Clarisa mulai percaya dengan cerocosan Sheira tadi. Mereka itu~ Bangsat.

"Erick, kenapa kamu kunci pintunya"
Hajar Pak Bowo dengan kata katanya. Guru itu berkacak pinggang sambil mengetukkan penggaris kayu nya.

"Dih Bapak kebo, eh kepo. HAHAHAHA"

Semua orang di kerumunan sontak tertawa. Memang tidak ada yang lucu, namun satu sekolah pun tau kalo ketawa nya Erick itu bikin nular. Kurang ajar.

"Kenapa di kunci hah?"
Hardik Pak Bowo lalu mengetukkan penggaris nya ke pintu.

"Lagi bokek Pak. Gak punya duit buat ganti kursi kaya tahun sebelum nya. HAHAHA"

"Gak lucu Rick"

Erick berhenti tertawa, "Saya gak nyuruh Pak Bowo ketawa"
Dan semuanya, tertawa lagi.

Guru itu sudah akan membuka mulutnya, namun Erick menempelkan telunjuk ke bibirnya sendiri, "Sssttt"

Erick mengalihkan pandangan nya, "Shei, dari tadi?."

SHEIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang