#14

1 2 0
                                    

Murid mulai berdatangan dari tadi Arin telah mengur semua kesalahan sebentar lagi bell tapi Tiara belum datang "kemana tu anak?" Bisiknya dalam hati "pagi kakak osis" sapa Tiara yang baru datangan dengan cengiran ciri khasnya

"Dari mana aja lu ha?" Arin mentapnya dengan tatapan intrograsi "biasa macet" Arin hanya geleng-geleng "maaf kak dasinya tolong di pake" ucap Arin pada seorang pria kakak kelasnya yang tak memakai dasi

"Tar juga dipake" saat pria itu akan melangkah Arin mencengkal tanganya "sekarang juga kan bisa" Arin tersenyum ramah membuat pria itu mendesu dan memakai dasinya dihadapan Arin "puas?" Tanya dengan nada kesal "iya lu bisa pergi"

Tiara anteng memperhatikan temannya yang terus mengoceh saat anak-anak bandel tak mau menuruti peraturan "gak bisa harus sekarang!" Bentak Arin pada pria yang tidak memasukan baju kedalam "masa gua buka cenala disini" Arin membuang mukanya

"Wah kakak modus ni" goda adik kelas membuatnya salah tingkah "yaudah sana dikamar mandi!" Perintahnya kedua pria itu berlari dengan cengegesan yang membuat Arin kesal.

"Cabul" ejek Tiara yang tengah mengunyah permen "enak aja" Arin memukul kepala Tiara dengan bukunya

"Ekhem" Daniel datang membuat Arin diam "dasinya pake!" Perintah Arin yang melihat dasi milik Daniel yang diikat di dahinya layaknya Naruto.

"Gak bisa" ucapnya membuat Arin membuang nafas kasar "masa gak bisa" senyuman iblis terukir diwajah Daniel membuat Tiara mudur alon-alon tanpa sepengetahuan Arin

"Ya lu pakein lah" Daniel menatapnya dengan tatapan elang andalannya "gak lu bisa sendiri" Daniel mengangkat bahunya acuh tanganya dicengkal Arin saat Daniel akan berlenggak pergi

"Yaudah sini" Daniel tersenyum manis dan berdiri tepat di hadapannya "agak bungkuk napa gak nyampe ini" protes Arin yang tak sampai hingga membuatnya terjingkit-jingkit "dasar kurcaci" Daniel sedikit berbungkuk membuat wajahnya pas dengan wajah Arin.

Arin diam sejenak saat merasakan terpaan nafas dari Daniel "kenapa diam?" Arin tersadar dan mulai memakaikan dasi, "nah udah" Arin mundur beberapa langkah memberi jarak untuk mereka "ck yang ginu udah?" Tanya Daniel sambil memandangi dasinya, yang terpasang tak benar

"Ish tadi udah bener" gerutunya sambil mendekat dan membenarkan, tangan kekar Daniel menarik pinggang Arin membuatnya lebih dekat alhasil jantung Arin mempompa lebih cepat

"Apaan si lepasin!" Arin memukul tanganya namun Daniel tetap diam dengan wajah lempeng tak berdosa "cepeg benerin" perintahnya pada Arin, Arin menyipitkan matanya dengan susah payah Arin membenarkan dasi Daniel

"Nah udah" akhirnya selesai setelab beberapa menit Arin mengantur nafas dan deru jantungnya yang ingin berlari "jangan lupa hari selala latihan basket" Daniel mencubit hidung Arin dan pergi membuat Arin tersenyum malu salah tingkah

"Kyahhh Daniel!" Gerutunya pelan, Daniel yang masih bisa mendengar tersenyum simpul.

Bell berbunyi semua murid masuk kedalam kelas untuk mengikuti pelajaran termasuk Arin, "Rin lu bawa kaos olahraga kan?" Tanya Tiara yang tengah menulis "hmm bawa kok" jawab Arin yang sama fokusnya

"Baik anak-anak pelajaran ibu telah selesai minggu depan kita lanjut kemateri baru" semua murid memberikan salam dan membereskan peralatannya sebelum pergi keluar untuk olahraga

Hari ini bagian kelas Arin olahraga barengan dengan kelas XII-IPA II kelas Karin "yuk Rin bagian kita" Arin dan Tiara menganti kaosnya untuk mengikuti pelajaran kebugaran jasmani.

Setelah semua murid berkumpul pak Jojo guru olahraga memberikan istruksi untuk pemanasan "satu dua tiga.." dengan pokus Arin mengikuti segala pemanasan namun tak lama sebuah bola mengantam kepala Arin membuat nya meringia kesakitan

"Sorry gak sengaja" dan ternyata Karin yang melakukannya,Arin hanya mengosok-gosok kepalanya yang sakit "iya gapapa" Karin kembali keposisinya

"Pelajaran kali ini adalah Sprin, kalian harua berlari secepat mungkin! Yang disebut namanya langaung berdiri diposisi!" Perintahnya

"Semoga gua engak" bisik Arin
"Arin,Amel, Ocha Tiara dan Syasa!" Semua yang disebut namanya langaung berdiri dan mengambil posisi

"Kalian pokus kedepan!" Pak Jojo memberikan istruksi dan larangan yang dilakukan selama Sprin "kalian paham?" Tanya pak Jojo semua ngenguk dan peluit pun ditiup.

Arin berlari secepat mungkin termasuk Tiara namun dia terlihat santai saat sejajar dengan Arin yang paling belakang "kaya keong ya lama" ejek Tiara lalu mempercepat larinya.

Tak mau kalah Arin ikut mempercepat langkahnya alhasil dia bisa melwati Amel dan Ocha kini posisinya di belakang Syasa sedangkan Tiara masih menjadi pemimpin

"Hiahhhh" Arin berteriak saat berlari melewati Syasa membuat Syasa begong dan memperlambat "kyahh kau tak bisa" Tiara semakin cepat mereka bersaingan saat Finis didepanya

Brukk

Tiara terjatuh lemas membuat Arin berhenti dan terduduk disamping Tiara "Ra Ra bangun Ra" anak-anak mulai mendengat "bawa dia ke uks" Rayan ketua kelas langsung mengendongnya.

Sedangkan Arin mengituki dari belakang "tunggu disinu biar gua panggil bu Cici" Arin menganguk dan menjaga Tiara jauh disana seseorang tengah tersenyum licik "lu gak bakal bisa Tiar" bisiknya dalam hati

"Tiar bangun!" Arin terus menpuk-nepuk "kenapa dia?" Tanya bu Caca yang baru sampai "saya gak tau bu tiba-tiba pingsan" Arin mundur saat bu Caca memeriksa keadaan Tiara

"Gimana bu apa yang buat dia pingsan?" Tanya Arin yang muali khawatir "kayanya dia kurang istirahat" terangnya membuat Arin mengerutkan keningnya,

Setaunya Tiara adalah manusia kebo yang tak bisa jauh dari bantal "kamu tunggu disini ya sampe dia sadar ibu ada urusan" Ari menganguk dan menatap gusar kearah Tiara yang terbaring lemah dengan keringat bercucuran

"Mama mama" Tiara mengigau membuat Arin menggegam tanganya mencoba menenangkan "Ra sadar dong Ra" Arin mengelus pelipis Tiara yang bercucuran keringat

"Mama!" Jeritnya "ehhh ayam ayam" latah Arin yang lepleks lompat kebelakang, "ish Tiar lu ngagetin tau" Arin mendekat karena Tiara mulai menangis "lu kenapa Ra?" Arin mendekap tubuh Tiara yang mulai gemetara manahan tangisan "keluarin semua ada gua disini" Arin mengelus rambut Tiara.

Membuatnya memakin menjadi "tuhan apa aku tidak bisa hidup bahagia? Apa belum cukup kau ambil keluarga ku dan sekarang apa lagi aku mohon hentikan semuanya aku tak bisa sekuat itu!" Teriak Tiara dalam hati.

"Rin hiks gua hiks" Arin melepas pelukannya dan menatap sahabatnya dengan iba "gapapa Ra gua yakin lu kuat apapun masalah lu apapun kesakitan lu gua akan jadi obatnya" Arin memeluk kembali tubuh Tiara

"Makasih Rin" mereka saling berpelukan sedangkan disana ada seseorang yang tengah memandangi mereka dengan kebencian

"Tiara bertahan karena ada Arin? Baik, kita buat Arin benci Tiara" seringai Heln membuat Syasa merinding "gimana caranya?" Heln mebisikan sebuah rencana licik membuat Syasa tertawa geli

"Gua bakal jadi tameng pertama buat lu Ra" bisik Arin

Vote vote vote

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang