part 1

178 22 31
                                    

10 Days With You | 1

Langsung saja seperti perkenalan biasa, namaku Nana. Nana Bawel, Nana Cerewet, Nana Cantik, boleh.

Sekarang aku sedang duduk di sofa merah di salah satu rumah ibuku di Amerika. Hari ini mulai masuk musim dingin, jadi udara tidak sehangat biasanya. Sudah banyak orang memakai mantel dan menyambut natal dari jauh hari. Tapi beda dengan keluargaku, keturunan rebahan yang santai tiap menyambut natal. Mungkin berkumpul bersama sambil bernyanyi dan makan-makan.

Meski salju belum lebat, udara dingin sudah berani mencekam kulit sampai menembus ke tulang-tulang. Aku selalu menunggu jalanan menjadi putih. Bola-bola salju seringkali terlempar di jendela rumah, atau deretan boneka salju yang tidak sebagus bahkan jauh beda seperti di kartun TV. Yah, aku salah satu orang +62 yang beruntung bisa menikmati salju di umur yang cukup muda. Dulu aku ngidam banget bisa pegang salju tapi bukan lewat layar TV.

Kalau tanya kenapa aku di Amerika? Aku lagi kuliah. Rasanya baru kemarin aku nonton Masya and The Bear sepanjang hari, tau tau udah berangkat ke Amerika buat kuliah. Sering ditanya jurusan apa? Jurusan yang belajar tentang manusia dan budayanya. Iya, aku mahasiswi Antropologi, beasiswa S2 Clark University, universitas swasta di Worcester, Massachusetts, Amerika Serikat.

Beruntung aku bukan orang yang sering buat blog kalau pernah dilema milih jurusan atau bahkan salah pilih jurusan. Tapi aku bilang begini bukan berarti aku berjalan dengan mulus di atas jalan berduri, atau berlari diatas batuan api tanpa luka bakar.

Kesekian kalinya adikku membuat rumah berantakan hanya demi mencari sepatu bot untuk keluar. Dalam tumpukan barang yang dikeluarkan adikku dari kerdus, aku melihat sebuah buku catatan, atau sejenis dengan note dan diary. Warnanya hitam berkilau. Sudah usang, tapi masih elegan.

Antropologi Satu Jiwa

Aku tertawa membacanya. Ah, ini buku catatan yang kubawa saat kuliah dulu. Kalau di telinga orang, jurusanku ini jurusan travelling yang isinya jalan-jalan. Perfect!

Aku punya kisah semasa kuliah di Indonesia. Bukan duduk depan dosen tapi tentang kuliah lapangan. Ini versi anak sosial, nggak jauh beda juga. Biar sekadar tahu kalau jurusan Antropologi ada kuliah lapangannya. Sayang aku tidak seheboh dulu yang kalau uang gopay habis langsung teriak-teriak, atau kalau paketan habis langsung merayu seperti kerapu, untung punya teman peka.

Susahnya melepas kenangan sama seperti dipaksa minum madu. Pasalnya, aku tidak suka madu. Kuliah itu sama seperti masuk SD, kita kenalan sepolos-polosnya sebagai mahasiswa baru. Pikiranku menjalar. Mengingat tiap detik waktu yang tidak seharusnya habis secepat ini. Ketika logatku masih gue lo, dan bahasaku anjing atau monyet. Ketika kami, menolak lupa semua yang terjadi.

***

Yuyu~

Gimana? Feel different than Rindu Fajar? Semoga bisa menghibur dan mohon dukungannya all.
Love,
El Nath

10 Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang