Mama

14 0 0
                                    

Ma, suatu hari di malam yang dingin, aku melihat tubuhmu yang renta menerobos gelap. Lalu aku bertanya, "Mau kemana?"

"Ke rumah Tuhan," jawabmu kala itu. Lalu kembali berjalan, tertatih-tatih sampai tubuhmu mengecil, dimakan jarak.

Aku melihatmu dari kejauhan --dengan ombak bergulung-gulung yang menyesakkan dada, masih berdiri dengan kokoh sembari mengunci gudang air mata. Tapi nampaknya, retina ini terlalu kaku jika tidak segera dibasahi. Air mataku jauh lebih produktif dari yang pernah aku kira. Aku tidak kokoh, ternyata.

Aku masih ingat betul, bagaimana orang --dengan pakaian hitam-hitam serta Yasin yang bertengger cantik di setiap jari-jemari orang-orang-- membanjiri rumah kita. Rumah kita banjir oleh Yasin dan tak lupa, air mata. Ma, Tuhan ternyata lebih menyayangimu, ketimbang aku, kakak-kakak, atau papa.

Kepada TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang