"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi."
Tut.
Seperti malam-malam sebelumnya, lagi dan lagi, hanya suara operator yang terdengar. Aku menghela napas pasrah, kembali menyimpan benda pipih itu ke atas nakas. Ini sudah ribuan kali aku mencoba untuk menghubunginya, dan ribuan kali juga hanya suara operator yang menyapa.
Satu bulan yang lalu aku sudah memutuskan untuk kembali padanya. Menekan semua ego agar kami bisa kembali bersama. Tapi yang kudapat justru dia yang memilih pergi dariku. Meninggalkan aku yang mencoba untuk memperbaiki semua kesalahpahaman yang terjadi di antara kami.
Aku akui memang aku yang salah pada awalnya. Di saat dia terus memohon memintaku untuk kembali dan menyelesaikan semuanya, aku malah memilih lari dan pergi. Hingga aku sadar, bahwa aku sudah mengambil langkah yang salah.
"Aku mohon, kembali lah."
"Mau sampai kapan kamu lari seperti ini?"
"Apa kamu sudah tidak ingin bersamaku?"
"Dengar Lula, aku akan selalu disini, menunggumu, dan akan selalu menjadi tempat berpulang ternyamanmu."
"Kembalilah."
Bulir bening itu kembali jatuh. Aku menahan isak pilu ketika teringat kembali pesan-pesan yang dia kirimkan padaku, saat aku memilih pergi darinya. Rasa sesal itu menggorogoti relung hati, membuatku kembali menahan sesak menyadari kebodohanku sendiri. Dan seperti malam-malam sebelumnya juga, malam ini pun kuhabiskan dengan tangisan penyesalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita & Rasa [SUDAH TERBIT]
Historia Corta[Cerpen ini sudah diterbitkan dalam bentuk antologi bersama karya peserta PAB lainnya.] #PAB2020 Ini tentang kita. Tentang rasa nyaman, pada tempat berpulang yang sesungguhnya. Kita Dan Rasa ©2020 by cloudynaf