Be Yourself

57 2 0
                                    

Dulu seringkali bingung dan aneh dengan orang yang mengatakan "be yourself". Sering kali waktu kecil berpikir memang ada orang yang meniru cara orang lain? Atau memang bisa ia menjadi bukan dirinya sendiri, meniru cara orang lain bukannya malah lebih susah(?) Bukankah tidak mungkin meniru cara orang lain(?) Karena kita hanya bisa melakukan sesuatu dengan cara kerja kita masing-masing. Apakah mungkin seseorang bisa menjadi bukan dirinya? Sungguh tidak masuk akal kala itu bagiku.
Tetapi seudah dewasa, baru aku menyadari arti kata tersebut. Karena seringkali "aku menjadi bukan aku". Aku ragu dengan apa yang aku percayai benar atau tidak, karena terlalu memikirkan penilaian orang lain. Menjadi dewasa perkara menjadi semakin bingung (bagi seseorang yang bermental lemah seperti aku). Usianya semakin bertambah tetapi aku merasa semakin kekanak-kanakan. Terlalu biarkan ego dan emosi menuntunku. Sedangkan kewajiban dan hal yang penting dinomor sekiankan.

Aku yang anak kecil itu sebenarnya lebih dewasa dibanding aku yang sekarang. Aku yang anak kecil itu lebih berani dan tegas dalam bersikap dibanding aku yang kini telah dewasa. Selalu saja menampilkan tampang berani padahal sangat takut. Tidak pernah jujur dengan perasaan sendiri. Jika yang benar a maka aku pilih b, jika yang benar b maka aku pilih a. Sepertinya dalam pikiranku hanya sebuah penyimpangan saja, seolah-olah "menolak untuk menjadi benar"

Anak kecil... terlihat lemah diluar tapi sebenarnya jauh lebih optimis dari orang dewasa yang putus asa. Anak kecil memang terlihat lemah. Tetapi gairah untuk hidup, menikmati pekerjaan & aktivitas apapun adalah keahliannya. Mereka tidak terlalu peduli dengan penilaian orang lain. Bahkan kebanyakan dari mereka selalu berpikir: bagaimana menyenangkan orang-orang disekitarku? Aku harus berbuat apa supaya ia bahagia?

Hidupnya sederhana, tidak perlu emas atau kebahagiaan yang luar biasa baru bahagia. Ia akan selalu bersyukur disisi lain tidak merasa puas dengan mudah. Kebahagiaan orang lain ialah kebahagiaannya juga.

Berbeda dengan kebanyakan orang dewasa. Bagaimana caranya aku yang menerima banyak? tak peduli mereka mau seperti apa yang penting hanyalah aku. Tidak ada ruang untuk orang lain (tidak sempat).

Sewaktu dulu, percakapan dan interaksi dengan kawan dan sanak saudara adalah kepuasan sendiri. Sungguh menyenangkan bisa bersama mereka, sampai-sampai lupa akan waktu. Tidak menyadari apa yang kita lakukan itu ternyata membuat sebuah kenangan. Kenangan yang bagiku kini rasanya sangat sentimen, menyentuh hatiku yang kian rapuh. Bahkan sebuah bangunan sekolah rasanya sangat bernilai, tiap sudutnya masih terpampang nyata. Menengok keelokan bangunan sekolah, mencium semerbak udara segar kala pagi hari. Berpikir sendiri disana dengan hati dan pikiran yang merajah,
tenang.. damai dan fokus.

Kini, ku anggap kenangan itu begitu penting. Hingga terjerembab di dalamnya. Melupakan realitas hari ini, meninggalkan kehidupan sekarang. Sebab kenangan dahulu terlalu indah

Padahal sekarang pun kita bisa membuat kenangan. Buat kenangan dengan tidak perlu terlalu dipikirkan. Lakukan dan nikmati masa-masa yang sedang berlangsung sekarang. Nanti, di masa depan kau akan rindu kenangan hari ini, waktu yang kita habiskan bersama.

Hal itu akan terjadi jika sekarang ini "aku hidup". Hidup yang tidak hanya bernafas aja tetapi juga membawa jiwa kemana-mana.
Karena memang tidak mungkin kita menghilangkan jiwa kita sendiri. Menghilangkan karakter kita sendiri? Hal itu akan selalu melekat selama kita masih hidup bahkan sudah tiadapun akan tetap ada.

Hanya saja jika kita tidak berusaha berpikir membunuh karakter diri, menghilangkan atau merutukinya dengan sumpah serapah, bisa saja kita kehilangan sisi baik dari sosok itu. Hingga yang tersisa ialah sisi buruk dan perangai kekesalan.

Sekarang setelah dewasa menganggap percakapan hanyalah formalitas, tutup diri dari apapun 'aku takut'. Aku takut diingkari, aku takut dikhianati. "Aku akan menghianati mereka terlebih dulu sebelum mereka menghianatiku". Sebuah pandangan putus asa dan sinis terhadap dunia. Pandangan yang begitu marah pada masa lalu.

Sungguh egois dunia, begitupun denganku.




Perkara DewasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang