III. Be My Leaf

64 27 6
                                    

hii guys, i'm back! makasih ya udah nyempatin waktu buat baca...

kali ini kita bahas tentang Kim SeokJin ya...

sebelumnya aku sudah kasih tau kalian kan, kalau bunganya Seokjin itu pikok. nah kalian bisa liat bentuk bunganya di mulmed.

oke langsung aja, selamat membaca ^^


.

.

.



              Kediaman keluarga kim yang megah itu terasa kosong dan sunyi. Kim Seokjin tengah duduk bersila diatas ranjangnya yang dilapisi sprei berwarna krem kalem. Dengan buku-buku berserakan disekelilingnya.

Besok adalah hari lomba olimpiade fisika yang akan diikutinya, dan ia sedang menghatamkan beberapa materi yang besok akan dilombakan. Tidak perlu ragu dengan kecerdasan akademik pria ini, ia memang dibentuk sejak kecil untuk jadi si robot genius seperti kakak-kakaknya yang lain oleh orang tuanya.

Rambut karamelnya yang halus dengan potongan model comma hair nampak mencuat tak tentu arah, hidung mancungnya yang indah menyangga kacamata bulat untuk membantu penglihatannya. Kelopak mata mono dengan bulu mata panjang melindungi kedua manik matanya yang hitam jernih.



Seokjin memilki fitur wajah yang lembut, ia adalah yang paling tampan diantara kedua kakak laki-lakinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seokjin memilki fitur wajah yang lembut, ia adalah yang paling tampan diantara kedua kakak laki-lakinya. Meski begitu, ia hanyalah seorang robot pewujud keinginan bagi kedua orangtuanya.

Ibunya adalah seorang dosen terhormat yang bekerja pada salah satu universitas bergengsi di Korea, sedangkan ayahnya adalah seorang pilot, yang mana berarti bagi kedua orangtuanya, pendidikan adalah sebuah keharusan.

Seokjin tidak pernah memiliki cita-cita. Ia tidak dapat menentukan apa hal yang disukainya ataupun sebaliknya. Bagi Seokjin, segalanya yang diinginkan kedua orangtuanya adalah keharusan.

Itu sebabnya Seokjin tumbuh menjadi anak yang penurut. Tak ada hal yang perlu dikhawatirkan, ia tak mengenal rasa susah karna kehidupan telah menawarkan segalanya padanya. Ia hidup berkecukupan.

Namun rasa kosong mulai terasa. Ia mulai beranjak dewasa, ia pun adalah seorang jenius disekolahnya. Tapi entah mengapa, Seokjin merasa dirinya hanyalah sebuah boneka yang tak mampu menentukan pilihannya sendiri.

Setelah beberapa jam berkutat pada soal-soal latihan olimpiade, Seokjin memutuskan untuk membereskan buku-bukunya, memilahnya menjadi dua tumpukan. Satu tumpukan buku di letakkan diatas meja belajarnya, dan yang lain dijejalkan kedalam tas ranselnya.

Seusai itu, Seokjin menghempaskan tubuhnya keatas ranjang, menatap langit-langit kamarnya yang putih bersih. Ingatannya berkelana pada kejadian petang tadi, dimana ia bertemu dengan remaja energik yang menolongnya kabur saat dihadang berandalan.

ERSTWHILE : Pada suatu masa tentang kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang