Hidupku itu rumit dan aku minta kalian jangan mencoba untuk memahami. Cukup kalian baca saja aku sudah berterima kasih. Setiap nama pastinya mempunyai arti, tapi sampai saat ini aku masih tidak tahu arti namaku. Bukannya aku tak mau mencari tahu tapi aku rasa akan lebih istimewa ketika orang tuaku sendiri yang mengatakannya.
Aku anak pertama tapi aku menjadi anak ketiga. Orang tuaku mengadopsi seorang anak perempuan saat sebelum aku ada. Kemudian aku terlahir kembar namun na'asnya mereka lebih memilih menjadikan aku anak terakhir yang mana aku terlahir lebih dulu.
Tak ada satupun dari keluarga satu ini yang perduli terhadapku. Dari kecil aku selalu di bedakan, bukan hal begitu spesifik sih, tapi itu cukup terasa. Aku terkadang berfikir sepertinya aku bukanlah anak kandung mereka. Secara fisik aku tak ada kemiripan dengan siapapun kecuali bentuk tubuh.
Bola mataku berwarna hijau sedangkan semua keluarga ini tak memiliki bola mata berwarna hijau, hidungku bisa di bilang standar tidak mancng tapi tidak juga pesek sedangkan mama mempunyai hidung pesek dan papa berhidung mancung. Dari segi otak, Mama pintar Papa apa lagi sudah tidak di ragukan lagi, Ay dia juga pintar bahkan dari dulu dia selalu menduduki peringkat pertama, kak Al dia memang pandai bahkan sempat mendapat juara 2 lomba paralel. Kalau aku jangan di tanya, otakku itu berkapasitas sedang.
Kalau pulang sekolah aku akan lebih banyak menghabiskan waktu di kampung kumuh dekat sekolah atau lebih memilih menghabiskan waktu di rumah bik imah, pembantu paruh waktu di rumahku. Beliau sudah tua, tapi beliau belum mempunyai anak, karna itulah beliau sangat menyayangiku selayaknya anak sendiri.
Yang diketahui oleh teman-temanku adalah aku putri bik imah dan rumahku adaalah rumah bik imah. Sedari kecil Mama dan Papa tak pernah menyekolahkan aku di tempat yang sama dengan Ayla. Aku sebenarnya juga tidak perduli, toh mulai dari pendaftaranpun bik imah yang mengurus. Tapi setidaknya aku bersyukur mereka masih membiayai sekolahku selayaknya aku bersekolah di sekolah yang sama dengan Ayla. Setidaknya aku bersyukur mereka berteman denganku bukan karena harta, nyatanya mereka semua tak pernah membeda-bedakan satu dengan lainnya.
"tau nggak sih, katanya besok akan diadakan pemilihan putri sekolah. Katanya setiap kelas wajib menyalonkan putra dan putri perwakilan kelas. Btw kelas kita mau nyodorin siapa?" kata Putri, ratu gossip di kelas.
"wagelasih!! Itu beneran? Gue kita hanya gossip belaka, tumben banget sih ada acara kek ginian. Ngeribetin banget sih, emang buat apa sih?" tanya Anneke dengan penuh keluhan.
"ya ampun, berapa banyak popularitas cogan nantinya yang akan keluar!! OMG gue harus jadi yang terdepan," sahut Aulia.
Ya begitulah kelasku yang amburadul ini. Walaupun berita yang masih simpang siurpun akan mereka buat heboh. Entah itu cowok atau cewek kelas ini pasti selalu membuat hal heboh. Kelas kami lebih terkenal dengan kelas yang ramai. Banyak guru yang mengeluh saat sedang mengajar kelas ini.
"alah ribet banget sih lu pada, yang harus lu pada pikirin itu kalian mau ngajuin siapa?" sahut Andre yang terlihat gemas melihat kicauan yang lainnya. Salah satunya aku, yah kalian tau aku bukan orang yang pendiam, aku ini sama dengan mereka.
"nah itu yang sedang kita rundingin, btw lu semua tahukan yang masuk kelas kita lakinya biasa semua Cuma otaknya doang yang lancar. Kalau saran gue nih ya, mending kita nyalonin orang yang nggak cuma menarik secara visual tapi juga dengan pemikiran dan cara ngomongnya," sahut Nita.
"gue setuju dengan Nita, iya kalau yang dinilai hanya kepandaian kalau kecantikan juga? Lebih baik antisipasi. Setau gue, acara ini baru diadain di generasi kita jadi kita nggak perlu takut mau menang atau kalah," tambah Laras.
"gue boleh usul nggak?" tanya Rini, baru kali ini gue lihat Rini tanpa malu-malu menyampaikan usulannya. Yang gue tahu Rini itu pemalu kalau masalah menyampaikan aspirasi, lebih tepatnya kurang percaya diri.
YOU ARE READING
Perfect
Teen FictionPemegang sebuah kisah hidupmu adalah kamu sendiri bukan orang lain. Yang bisa mengendalikan dan mengukir kisah hidupmu adalah kamu sendiri bukan orang lain. Jangan meremehkan orang lain yang terkadang tanpa sadar telah mengendalikan hidupmu. Terlahi...