Part 6

663 100 19
                                    

Taehyung sibuk memainkan ponselnya sambil mendengarkan celotehan Jimin yang tidak Taehyung pahami. Ia sempat melirik Taeyong yang juga sibuk dengan ponselnya, wajahnya sedikit ditekuk, "Taeyong - ah, Taehyung - ah! Kalian pikir aku ini apa? Aku bicara hingga mulutku berbusa, kalian tak menjawab sama sekali. Malah sibuk dengan ponsel kalian masing - masing."

Poor Jimin, sini ngomong sama aku aja.

Usai menggerutu, ia tetap tak mendapat jawaban. Hanya tatapan 'Makanya, lebih baik kau diam.' yang menjadi balasannya, dari Taehyung.

"Sebentar chim, aku masih menanyakan dimana Jaehyun. Aku lapar", sahut Taeyong, merasa kasihan dengan temannya.

"Kalau itu aku juga!"

Tak butuh waktu lama, sesosok tiang listrik membawa bungkusan berlari menghampiri mereka. Tersenyum manis lalu meletakkan makanan mereka.

"4 brownies dan 1 cappucino untuk Taeyongie hyung, 1 cheesecake dan 1 mocha untuk Jimin hyung, serta latte untuk Taehyung hyung.", absennya, sembari menyodorkan apa yang ia sehut tepat ke hadapan si empunya nama. Yang terakhir disebut namanya dengan sangat akrab -padahal ia tidak kenal- mengernyit heran.

Taeyong yang melihat wajah teman es nya ini tersenyum, "Aku sudah mengenalkan dirimu lewat chat padanya.", ujarnya menjelaskan.

Kepalanya mengangguk lucu, membuat tiga pemuda dihadapannya diam - diam gemas. Sedikit terkejut bahwa ternyata anak baru bak es kutub itu bisa bertindak lucu.

Jimin membuka kotak cheesecake kesukaannya dengan brutal. Memakannya seperti bocah yang lupa diberi makanan oleh ibunya hingga satu minggu.

"Terima kasih, sayang.", Taeyong tersenyum, manis sekali, suaranya pelan, hanya Jaehyun yang bisa mendengarnya. Membuat jantung Jaehyung terasa seperti sedang berdisko. Senyuman ikut terukir di wajahnya, 'Harusnya kau berterima kasih pada Hoseok hyung yang murka, hyung.', batinnya kasihan.

"Oh, Taehyung. Ini Jung Jaehyun. Satu tingkat di bawah kita. Jurusan ilmu komputer dan teknologi informasi-", kenal Taeyong. Diikuti dengan tangan Jaehyung yang disodorkan kepada Taehyung, meminta untuk dijabat.

Taehyung bergerak memajukan tubuhnya yang bersandar malas, "-dia pacarku.", sambung Taeyong menghentikan pergerakan Taehyung.

Tubuhnya seketika membatu mendengar pengakuan Taeyong. 'Laki - laki dengan laki - laki?', batinnya tak percaya.

Jaehyun yang sedari tadi tersenyum sempat menurunkan sudut bibirnya. Berpikir bahwa sosok yang baru dikenal kekasihnya ini, homophobic. Oh, Jaehyun takut jadinya. Ia melirik ke arah Taeyong dan Jimin yang sama - sama memperhatikan gelagat Taehyung.

Taehyung melihat kebawah, mencerna hal ini, lalu kembali bergerak maju. Membalas jabatan tangan Jaehyun sekilas, "Kim Taehyung."

Jaehyun menghela nafas lega setelah Taehyung melepas jabatan tangannya. "Err, hyung. Si pembuat kopi berpesan agar kau menghabiskan minumanmu."

Taehyung mendongak, melihat ke arah Jaehyung yang kembali tersenyum tipis. Diambilnya gelas kopi di depannya. Ia sebelumnya tak menyadarinya, tapi matanya menangkap sebuah logo di gelasnya.

Sebuah logo indah dengan kata 'Hope World Cafe' yang terukir indah di sampingnya.

Taehyung langsung mengernyit, bayangan dimana si barista itu menghampirinya, dengan senyuman manisnya, menemaninya duduk, hingga memaksanya untuk meminum dua cangkir kopi. Duh, Taehyung merinding mengingatnya.

Tapi tak bisa dipungkiri, minuman buatannya memang enak. Jadi Taehyung memaklumi kepercayaan dirinya yang tinggi.

Ia menusukkan sedotan diatas gelas tinggi itu, menyedot santai latte yang ia suka. Menyegarkan, menenangkan. Membuat pikiran Taehyung yang terganggu menjadi tenang seketika.

Taehyung terkekeh dalam hati, entah bagaimana. Ia menarik kedua sudut bibirnya yang kaku, membuat seutas senyuman tipis yang berhasil membuat tiga pemuda dihadapannya mengaga lebar, bibir bawah Jimin hingga dengan mengejutkannya jatuh ke lantai. Oh, maaf, aku terlalu hiperbola.

Matanya masih menuju logo yang ada di gelas tersebut, ibu jarinya mengusap pelan logonya. Menyalurkan rasa terima kasih yang entah bisa dirasakan sang pembuat kopi atau tidak.

'Magic coffee, huh?', batinnya. Menyadari bagaimana kopi di tangannya berhasil merubah suasana hatinya. Persis seperti vanilla latte yang disuguhkan barista itu kepadanya, kemarin.

Sebentar, Taehyung seketika lupa namanya. Siapa ya?

Ia mengangkat kepalanya, disambut dengan tatapan bingung ketiga teman barunya, dengan tambahan mulut Jimin yang masih terbuka lebar. Taehyung prihatin, bagaimana jika ada llat yang masuk ke dalam sana.

"Kenapa?"

"Kau sehat?"

"Emm.", balasnya singkat.

"Omong - omong, ini berapa. Biar aku ganti."

"Tak usah diganti, minum saja, habiskan.", lagi, Taeyong mengedipkan matanya. Taehyung mulai berasumsi bahwa lelaki yang suka datang hampir terlambat ini punya sakit mata.

Taehyung kembali menyedot latte yang sepertinya menjadi latte favoritnya selama 20 tahun ia hidup di dunia ini.

"Uhm, Taehyung hyung. Maaf. Apa kau homophobic?"

Oh tidak, Jaehyun dengan segala rasa penasarannya. Membuat dirinya mendapat tatapan tak bersahabat dari Taehyung. Tak hanya itu, kekasihnya yang lebih tua darinya bahkan memberikan sepasang death glare kepadanya. Dan Jimin yang mempertemukan kedua alisnya.





"Ups."















bersambung...

_________________________
Kalian bosen ga?
Kalo bosen aku discontinued nih wkwk

nimatoyushi
09.04.20

ᴍᴀɢɪᴄ ᴄᴏꜰꜰᴇᴇ ↪ ʜᴏᴘᴇᴠTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang