Sudah tiga hari berlalu sejak kejadian memalukan Taehyung pada malam itu. Hoseok juga sudah baikan, suasana hatinya sudah lebih baik dari sebelumnya. Tapi ia tak bisa berbohong bahwa Taehyung masih memenuhi pikirannya.
Ia jadi suka melamun menatap pintu kaca kafenya sambil membayangkan sosok Taehyung masuk dengan wajah manisnya, menatapnya. Hoseok menghela nafas, ia lelah setelah membuat banyak sekali pesanan kopi spesial yang best seller di kafenya.
"Kau masih memikirkan Taehyung?" pria yang lebih akrab disapa Jin itu bertanya, sambil mengambil sepotong blackforest yang tadi ia buat dengan jerih payahnya sendiri.
"Mmm, aku rindu wajah menggemaskannya." Seokjin mendelik, melahap sesendok kuenya lalu berkomentar, "Apanya yang menggemaskan? Wajahnya saja datar begitu."
Hoseok berniat memukul lengan orang disampingnya, namun ia justru menerima sesuap blackforest yang dipaksa masuk ke dalam mulutnya yang tadi terbuka, berniat mengelak ucapannya.
"Nah! Kau harus sarapan!" titahnya sedikit berteriak. Mampu membuat beberapa pelanggan di dekat mereka menoleh bingung.
Yang lebih muda mau tak mau menguyah kuenya, sangat manis, semanis Taehyung. Hehe.
Head chef disampingnya menuang segelas susu lengkap dengan beberapa buah es batu, "Hyung, kau harus tau, dbalik wajah datarnya, ia sangat manis."
"Ya makanya aku bertanya, apanya yang man-" Hoseok gemas saat Seokjin menyembur sedikit susu yang baru saja diteguknya.
"Apa yang-"
"Lihat itu!" pemuda yang baru saja ingin mengomel itu langsung menoleh ke arah pintu kafe yang Seokjin tunjuk menggunakan dagunya. Sebuah senyuman langsung tampak di wajah Hoseok.
"Oh, keberuntungan sedang ada dipihakku, hyung." kekehnya, mengisyaratkan salah satu waitressnya untuk melayani seseorang yang baru saja memasuki kafe dengan menenteng sebuah paper bag putih.
"Ah, aku mau makan di dalam saja." baru saja ia ingin melenggang pergi masuk ke ruang istirahat, Hoseok menarik bahunya, "Hyung, kau jaga disini sebentar, hehe."
Seokjin menyipitkan matanya, ia yakin betul orang yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri itu sedang ingin meninggalkan tanggung jawabnya. Lebih memilih untuk melakukan pendekatan pada sosok pemuda yang baru-baru saja menginjak tanah Seoul.
Ia menggeleng, "Dasar kau." -keong racun. Baru kenal sudah ngajak-
Maaf.
Hoseok terkekeh, mengambil sepotong blackforest lagi untuk Seokjin, "Habiskan ya, hyungnim! Haha."
Sebenarnya ada saja pegawainya yang berjaga di area itu, siap membuatkan minuman ataupun menyiapkan kue. Hanya saja, ia ingin Seokjin duduk disitu, menyantap dua potong kue blackforestnya ditemani segelas es susu plain yang baru dipenuhi oleh Hoseok.
Waitress tadi datang membawa list pesanan dari Taehyung, yang sekarang sedang meletakkan dahunya pada telapak tangan kirinya. Menatap jalan Seoul yang sibuk.
"Oke, serahkan padaku. Kau urus pelanggan lain." waitress tadi langsung beranjak mendatangi customer lain yang baru saja datang.
Hoseok segera membuatkan secangkir latte hangat, ia tersenyum melihat keterangan di bawah kertas pesanan milik Taehyung. Waitressnya menulis dengan baik apa yang Taehyung ucapkan.
Table 14
Tulis dengan baik.
Satu cangkir latte panas.
Aku sedang membenci kehidupanku,
jadi lakukan magicmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴍᴀɢɪᴄ ᴄᴏꜰꜰᴇᴇ ↪ ʜᴏᴘᴇᴠ
Fanfiction[ꜱᴛɪʟʟ ᴏɴ ɢᴏɪɴɢ] Apa kau percaya bahwa kopi dapat membuat perasaan seseorang berubah? Aku percaya. Karena faktanya, kopi yang kubuat selalu membuat orang lain tersentuh. Sekeras dan sedingin apapun hatimu, kau pasti akan luluh akan rasa kopi buatank...