10

369 13 0
                                    

***

Malam yang cukup panjang seakan tidak cukup untuk orang-orang pergunakan untuk beristirahat, apalagi untuk mereka yang terlalu lelah dengan apa yang sudah mereka lewati seharian. Saat tengah terbuai dalam mimpi masing-masing, Ivanaldy yang tengah memeluk Sora terkejut dengan gedoran pintu kamar mereka. Keduanya terperanjat lantas Sora beranjak membuka pintu.

“Ada apa Rea?” Tanya Sora sambil menyisir rambutnya yang ia pikir sedikit berantakan.

“Maafkan saya Yang Mulia, tapi Pangeran Pelangi terluka.” Lapor Rea was-was. Dan kabar itu tentu membuat Sora dan Ivanaldy senam jantung.

“Apa?” Mereka langsung berlari menuju kamar anaknya.
Disana Sora dan Ivanaldy tengah melihat pelayan membersihkan luka-luka di tangan anaknya.

“Sayang! Kamu baik-baik saja Nak? Kenapa ini bisa terjadi?” Sora berlari dan langsung memeluk tubuh anaknya. Anehnya, Pelangi tidak menangis sama sekali. Justru bocah itu terlihat tertawa bahagia.

“Apa yang terjadi?” Tanya Ivanaldy.

“Saya yang berjaga malam Yang Mulia. Saya tadi bermaksud untuk memeriksa kamar Pangeran apakah beliau bangun dan membutuhkan sesuatu. Tapi saat masuk kamar, Pangeran sudah tidak ada. Ketika saya mencari-cari, Pangeran ditemukan di dapur dengan bermain pisau tajam dan dengan kondisi tangan yang sudah berdarah.” Pelayan pribadi Pelangi itu melapor dengan takut-takut.

“Lalu kemana pelayan lain yang seharusnya berjaga di depan kamarnya?” Tanya Ivanaldy dengan geram, melihat kondisi tangan anaknya yang terlihat memprihatinkan.

“Yang Mulia! Mohon tenanglah!” Sora mencoba meredam emosi suaminya.

“Sayang, bagaimana aku bisa tenang? Lihat tangan anak kita!” Kata Ivanaldy pada istrinya yang masih memangku Pelangi yang mulai mengantuk.

“Maafkan saya Yang Mulia. Saya tadi mengantarkan kopi untuk pengawal di depan.” Jawab pelayan lain dengan takut-takut.

“Sayang, mana yang sakit? Bilang ke ayah!” Ivanaldy mengelus rambut puteranya.

“Asik ayah, pisau asik!” Celoteh Pelangi sambil tersenyum menggemaskan pada ayahnya.

“Kalian sudah panggilkan dokter?” Tanya Sora.

“Sudah Yang Mulia. Dokter istana sedang dalam perjalanan, seorang pengawal sudah menjemputnya.” Jawab Rea.

Dan benar saja, tak lama setelah itu dokter istana datang dan mengobati tangan Pelangi. Memberi obat penenang. Pelangi masih berada dipangkuan ibunya, tadi tidak mau terlepas bahkan berteriak saat akan ditidurkan diranjang. Ia ingin tidur dipangkuan ibunya. Dokter memeriksanya sekali lagi, masih dengan Pelangi yang berada dipangkuan Sora. Setelah itu, Pelangi tertidur karena efek obat penenang yang sudah bekerja. Lalu dengan perlahan Sora menidurkan anaknya itu.

Dokter kemudian mengatakan diagnosisnya pada sepasang suami istri itu.

“Dengan sangat menyesal, saya harus sampaikan, kalau Yang Mulia Pangeran mengalami autisme.” Ungkap dokter itu.

“Ap..Apa? Autisme?” Ivanaldy dibuat tergagap. Sedangkan Sora tak berucap apapun, dia hanya menundukkan kepalanya. Air matanya tumpah tanpa diminta.

“Salah satu faktor ASD (Autism spectrum disorder) ini adalah pengaruh gangguan sindrom down, distrofi otot, neurofibromatosis, sindrom Tourette, lumpuh otak (cerebral palsy), serta sindrom rett. Dan hal itu menyerang Pangeran Pelangi, Yang Mulia.” Lapor dokter istana. Sora beringsut ke ranjang anaknya, mengelus kepala sang putera dengan air mata yang berderai. Sedangkan Ivanaldy masih shock. Pun dengan para pelayan disana. Mereka turut sedih.

COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang