9

28 1 0
                                    

Waktu hujan menuruni bumi. Waktu rindu menyelimutiku.
~Reinata Hanandra~

Sepulang sekolah Reina menangis. Ia menceritakan semuanya kepada Naya.

Reina juga telah jujur pada Reina tentang perasaannya pada Bumi.

Naya memaklumi itu. Reina sedang menjalankan masa remajanya.

Dan perihal Aldo yang pindah. Naya sudah tau itu dari Bundanya Aldo.

Kemarin Bundanya Aldo menelfon Naya.

"Mah, hiks kenapa Aldo hiks harus pergi lagi hiks. Reina gapunya hiks sahabat hiks laki laki selain hiks dia mah. Hiks Reina gamau Aldo pergi hiks ." ucap Reina disela sela tangisannya.

"Reina, kamu ga boleh kaya gini. Suatu saat kamu bakal punya sahabat laki laki lagi kok. Tenang aja ya." ucap Naya menenangkan.

"Kamu gabisa nyegah Aldo. Aldo pasti gamau kalau harus ninggalin kamu. Tapi Aldo gabisa bantah keputusan Ayahnya. Kamu juga ga bisa nyegah Aldo buat pergi." ucap Naya.

****

Reina tak bisa tidur setelah menangis tadi. Kini Reina bukan memikirkan Aldo. Tapi Bumi.

Reina tidak sengaja melihat postingan Dinda. Disana ada foto Bumi dan Dinda. Dekat sekali. Bukan hanya satu foto tapi ada beberapa.

Sesak.

Air mata Reina berhasil menerobos tanpa ijin pemiliknya.

"Gue ga boleh nangis. Mungkin mereka udah pacaran dan gue harus mundur meski ini akan sulit. Dinda beruntung bisa sedekat itu dengan Bumi. Sedangkan gue, gue slalu dapet perlakuan dingin Bumi. Bumi juga beruntung bisa dapet Dinda yang cantik sepertinya juga Dinda baik. Buktinya bisa deket sama Bumi. Semoga lo bahagia Bumi." Reina berbicara pada dirinya sendiri. Ia menangis tanpa suara.

"Emang takdir gue ga bisa dicintai sama lo Bumi. Ini resiko gue karna gue udah mencintai lo dalam diam. Gue harus nerima resiko dimana gue harus nahan sesaknya sendiri." lanjut Reina.

"Tenang aja Bumi, gue ga akan ganggu lo lagi. Mungkin lo ngerasa keganggu sama gue. Meski gue sama lo jarang jarang ngobrol." ucap Reina terhenti karna isakan tangisnya semakin menjadi.

"Gue bakal mundur sekarang juga gue bakal mundur. Cinta gue ga didasari apapun. Cinta gue semakin bertambah hanya karna ngeliat lo dari jauh. Gue aja sampai bingung sama diri gue sendiri. Kenapa gue bisa begitu cintanya sama lo. Meski gue sadar lo ga bakalan bisa sama gue. Itu ga akan mungkin." ucap Reina lirih.

Reina berusaha menghentikan tangisannya. Ia memilih tidur. Mungkin semua ini bisa hilang bila ia tertidur. Mungkin.

****

Ujian telah berakhir. Semakin hari. Reina semakin sering bertemu Bumi. Perasaan Reina tak berubah, tapi sikapnya yang berubah. Reina semakin tidak peduli dengan Bumi. Tapi perasaan Reina masih sama.
Sepulang sekolah. Reina, Aldo dan Rendra menuju bandara untuk mengantar Aldo.

"Jangan lupain gue ya Rein." ucap Aldo.

"Mana bisa. Lo sahabat terbaik." ucap Reina diakhiri dengan cengirannya.

Aldo mengacak pelan rambut Reina.

"Gue pergi dulu ya bang. Yang sabar ya ngurusin Rein." ucap Aldo diangguki Rendra. Rendra memeluk Aldo. Aldo kembali mengacak pelan rambut Reina.

Reina hanya diam. Ia ingin menangis tapi ia tak mau membuat Aldo merasa bersalah.

Aldo berlari menuju pesawat yang akan membawanya ke Bandung.

Lo pergi hari sabtu. Gue gatau lo kembali hari apa. Batin Reina.

****

Perjalanan pulang dari bandara, hujan mengguyur kota ini. Reina meminta Rendra untuk berhenti. Reina ingin main hujan tapi dilarang Rendra. Dan disinilah mereka berada dicafe nuansa klasik. Reina memilih duduk di dekat jendela lebar agar dia bisa melihat hujan dengan leluasa.

"Libur sekolah kapan?" tanya Rendra.

"Mulai besok." jawab Reina kemudian menyeruput jus alpukat yang tadi dipesannya.

"Ga ada rencana liburan?" tanya Rendra lagi.

"Kerumah oma aja. Nenangin diri." jawab Reina.

"Ga pengen muncak disono? Kan deket sama gunung." ucap Rendra.

"Liat situasi dan kondisi." ucap Reina singkat. Reina kini memandang keluar jendela.

"Lo itu sama hujan emang sahabat sejati ya? Setiap lo lagi butuh hujan. Hujan slalu ada buat lo. Bahkan hujan ngalahin gue. Nama lo sama hujan juga hampir sama. Rein dan Rain." ucap Rendra.

Reina tersenyum karna ucapan Rendra tadi.

"Gue ga nglarang lo hujan hujanan. Tapi kali ini fisik dan batin lo lagi rapuh. Kena hujan dikit pasti lo sakit." ucap Rendra.

"Bang, gue kangen kakek. Gue rindu dia." ucap Reina berkaca kaca.

Reina tidak terlalu dekat dengan kakeknya sewaktu kakeknya masih hidup. Tapi Reina merasa beliau selalu ada dan selalu dekat dengan Reina.

Setiap Reina mengucapkan Rindu pada kakeknya. Reina tak bisa menahan air matanya. Ia akan selalu teringat akan kenangan Reina dan beliau.

Rendra beralih duduk didekat Reina. Kemudian memeluk Reina. Reina terisak.

Hujan semakin deras. Reina dan Rendra memilih untuk pulang karna hari mulai petang.


Part yang pendek:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Always youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang