(4) Surprising Day

947 138 34
                                        

Karisma tegas menguar begitu saja dari pribadi tegap berbalut jas hitamnya, serasi dengan pakaian yang dikenakan sang permaisuri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karisma tegas menguar begitu saja dari pribadi tegap berbalut jas hitamnya, serasi dengan pakaian yang dikenakan sang permaisuri. Jenggot tipis di wajahnya memberi kesan bahwa dirinya terlalu sibuk untuk mengurus hal satu itu. Tidak mengapa, malah itu semakin membuat sosoknya nampak berwibawa.

Kiranya sudah tiga puluh menit Sana menghadap ayah mertuanya, berbincang mengenai rumah tangganya bersama si putra bungsu.

“Bagaimana kabar dokter Minatozaki?”

“Ah beliau baik-baik saja, Abeonim. Sepertinya pekerjaan di rumah sakit baru sudah mulai banyak, saya senang sekali beliau sekarang fokus berkarir sebagai dokter,” tutur Sana. Ya, belum lama ini Master Kim meresmikan sebuah rumah sakit berstandar internasional di Seoul. Di sanalah ayah Sana bekerja sekarang.

Terlihat Master Kim mengulas senyum ringan. “Aku harap ayahmu betah bekerja di sana. Kulihat dia punya kompetensi yang bagus. Oh kudengar kau pernah menjadi sekretaris di perusahaan middle up, aku baru saja pecat seorang sekretaris karena kinerjanya buruk sekali. Kalau boleh aku minta tolong gantikan dia sementara waktu ya?”

Untuk beberapa sekon Sana membisu dengan kening mengerut. Lumayan kaget karena Master Kim mengetahui riwayat pekerjaannya dua tahun yang lalu.

“Oh kau jangan khawatir, maksudku bukan untuk sekretaris umum tapi sekretaris bagian riset dan pengembangan.”

“Ah, itu ‘kan posisi yang penting. Abeonim percaya pada saya?” tanya Sana tidak yakin.

“Kenapa tidak? Aku sudah lihat riwayat pendidikan dan pengalamanmu, kurasa kau bisa dipercaya untuk posisi itu,” jawab Master Kim seraya mengecek paper dalam tab-nya. “Hari ini manajer riset dan pengembangan sedang meeting di luar, tolong temui dia hari senin. Aku akan bilang Yi En bahwa pengganti sekretarisnya sudah ada.”

“Ya?”

Hanya itu yang terucap setelah Master Kim menyebut nama itu lagi. Kedua netra senja itu terangkat menatap Sana yang kehabisan kata-kata.

Pria paruh baya itu mengambil napas, “Kenapa? Apa kau kebetulan kenal dengan Yi En?”

Entahlah.

Di dunia ini yang bernama Yi En harusnya tidak hanya satu orang saja. Tapi entah mengapa Sana yakin sekali kalau itu adalah si pria bermarga Tuan. Ia ingat Yi En dipromosikan untuk menjadi manajer di perusahaan afiliasi TKC di Jepang beberapa bulan silam.

“Dan soal perjanjian pernikahanmu dengan Taehyung itu, kau masih ingat ‘kan?”

“Dan soal perjanjian pernikahanmu dengan Taehyung itu, kau masih ingat ‘kan?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika Sana kembali ke Pine Hedge, rupanya Taehyung sudah pulang lebih dulu. Raut cemasnya tergambar jelas di wajah rupawannya.

Eommoni membawamu bertemu abeoji ya?”

“Huh? Bagaimana kau tahu?” tanya Sana kaget.

“Tahu,” jawab Taehyung singkat. Sejujurnya ia menunggu Sana bercerita tentang hal itu. Tapi kelihatannya Sana tidak akan memberitahunya apapun. Akhirnya Taehyung hanya menghela napas panjang setelah menarik sebuah asumsi. Kalau begitu ia akan cari tahu sendiri.

“Jisoo menitipkan hadiah untukmu.”

Hari ini Sana menerima banyak sekali kejutan ‘kan? Sekarang bibirnya membulat membuka hadiah yang kata Taehyung dititipkan oleh Jisoo. Tepatnya Jisoo mengirimkan sebuah night dress minimalis berwarna broken white. Astaga pipi Sana langsung memerah seperti rebusan udang.

“Apa isi hadiahnya Jisoo?” Sana tersentak mendengar suara bariton Taehyung. Serta merta ia sembunyikan dress pemberian Jisoo di balik punggung. Ekor matanya langsung menangkap sosok pria yang berdiri di bingkai pintu kamar.

“Jisoo bilang aku harus memfotomu pakai hadiah itu,”

“Apa? Eonnie bilang begitu?” Taehyung mengangguk.

“Ah, eonnie itu benar-benar,” gerutu Sana pelan. “Tolong bilang pada pacar hyung-mu itu, aku belum bisa pakai karena... karena...”

“Hmm?”

“Aissh bilang aku gendutan atau apalah, aku tidak percaya diri memakainya, kau mengerti ‘kan? Po-pokoknya bilang saja aku sangat berterima kasih... tapi... tapi aku tidak bisa pakai sekarang. Ya... pokoknya begitu deh, pokoknya jangan tanya kenapa,”

Taehyung mengernyit heran karena Sana bicara cepat sekali dengan pipi bersemu merah. Ia terkekeh sedetik kemudian merasa istrinya itu lucu. “Kenapa kau jadi salah tingkah begitu?”

“Salah tingkah apa? Aku tidak salah tingkah!” ujar Sana berkilah.

“Memangnya Jisoo kasih apa sih?” Pria itu mengambil langkah maju membuat jantung Sana nyaris copot.

“Taehyung!” Pemuda Kim itu semakin heran dibuatnya, tawa renyah khas itu bahkan belum mereda.

“Kau kenapa sih? Dasar aneh,” ledek Taehyung masih melanjutkan langkah kakinya. Tanpa merasa berdosa meraih charger yang tergeletak di meja nakas, tepat di samping Sana mendudukkan diri dengan tegang.

Sekon demi sekon menjadi mendebarkan bagi Sana. Taehyung hanya berjongkok di sisi meja nakas, terlihat memastikan tiket pesawat yang baru saja ia beli kemudian menyematkan kabel pengalir daya. Pemuda itu mana tahu kalau jantung istrinya sudah kehilangan akal sehat.

“Kenapa melihatku begitu?” tanya Taehyung setelah merasa Sana mengawasinya sejak tadi. Netra hitamnya menyorot teduh pada perempuan yang duduk di hadapannya. “Kau lupa undangan minumku?”

[To be continued]Please do vote & comment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[To be continued]
Please do vote & comment

**
sana kerja sama mantan dan dia ldr sama tae. rawan krisis ga sih ni rumah tangga 😿

 rawan krisis ga sih ni rumah tangga 😿

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

itu hadiahnya Jisoo buat Sana kke kke. sekarang Sana bingung pake ga ya~

Pine HedgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang